ARGA Saktiawan Dalglish tak pernah percaya ungkapan "cinta pada pandangan pertama", hingga hari yang sangat bersejarah itu.
Yang ia tahu hanyalah pintu ruangan tempatnya menunggu bersama para kandidat lain terbuka. Sesosok bayangan ramping dengan rambut sedikit ikal dan blus berwama toska melintas masuk, tergesa. Raut wajahnya cemas, pasti takut terlambat. Dan kecemasannya tetap tak terlihat berkurang sekalipun jelas tak akan ada yang memarahi atau menghukumnya.
Gadis ini di sekolah dulunya pasti tergolong murid rajin yang sangat patuh pada peraturan.
Dan Arga tak melepaskan-entah tak mau atau tak bisapandangan dari gadis itu. Gadis yang matanya memindai seluruh
penjuru mangan dan menemukan tempat duduk kosong tepat di kiri Arga.
Ban parfum beraroma citrus menyerang. Mata Arga terpejam. Bau itu, dan blus toska serta wajah sang gadis, membuatnya lupa segala.
Hingga pukul 9 tadi, saat meninggalkan rumah Dena membonceng ojek, ia masih menganggap yang terjadi saat ini sebagai suatu kesalahan. Keputusannya sudah telanjur mantap: pulang ke jogja setelah di-PHK dari PT Bentara Adisoka. Enough is enough! Ia bisa gunakan uang pesangonnya untuk berbisnismembuka counter ponsel dan pulsa atau ikut teman-temannya memulai startup.
Lalu Dena ngotot memberinya lowongan kerja ini, hanya karena masih butuh Arga temani di Jakarta, berhubung Renata
makin sering ada di luar rumah untuk menggarap tugas kelompok. Arga menerima hanya demi kesopanan-dan utang
EmoticonEmoticon