“Apa yang kamu lihat?” tanya Sean terdengar seperti raungan yang tertahan.
Wanita itu menatap Sean dan hanya geleng-geleng kepala. Apalah daya, tangannya terikat ke belakang sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara mulutnya terbungkam oleh kain.
Mata Sean melirik ke salah satu anak buahnya yang dekat dengan wanita itu untuk membuka kain yang membungkus mulut tersebut. Setelah mulutnya terbebas dari kain yang melilitnya, ia seperti mendapatkan asupan oksigen yang melegakan tenggorokan.
Sean tersenyum misterius, lalu bertanya lagi, “Apa yang kamulihat?”
Dengan jawaban sama, wanita itu menggelengkan kepala penuh rasa takut.
“Aku sudah membuka mulutmu.” Suara serak itu seakan sudah tidak bisa tertahan lagi. “JAWAB!” Dan benar, bentakan itu lebih cocok seperti bom atom yang mampu membuat satu mangan terkesiap sampai-sampai anak buahnya yang sedang menikmati mangsa berhenti sesaat.
Di saat bersamaan, air mata wanita itu menetes. Seperti ada rasa sakit di hatinya saat diminta untuk menjawab. Dengan menelan saliva karena diselimuti rasa takut yang amat sangat, wanita itu membuka mulutnya dan berusaha untuk mengatakan sesuatu. Namun, saat mulut wanita itu terbuka lebar tak ada suara sedikit pun muncul dari sana meski lekuk bibimya sudah sangat jelas.
Mata Sean menatap wanita itu beberapa saat, kemudian ia bangkit mendekat. Badan Sean yang menjulang tinggi, rela berjongkok agar matanya bisa melihat jelas wanita itu.
“Siapa namamu?” Nada dingin itu benar-benar mampu membekukan hati lawan bicaranya. Karena tidak ada jawaban dari sana, Sean mengangkat kasar dagu wanita itu. “Aku bisa melemparmu bergabung dengan mereka.”
Tanpa belas kasihan mata Sean mengarah ke wanita-wanita mengenaskan di sana. Tentu, dengan ketakutan wanita itu menangis menggeleng-gelengkan kepala. Tatapan Sean sama sekali tak teralihkan. Sesaat mata mereka saling terkunci. Sean
3 komentar
Write komentarKak kok ga bisa di download ya?
ReplyGak bisa didownload kak mau pdfnya plis
Replyini gmna sih downloadnya
ReplyEmoticonEmoticon