InkPop's First Big Break

InkPop's First Big Break

January 29, 2011 Add Comment
©2011 Leigh Fallon/HarperCollins
A little over a year ago, HarperCollins launched inkpop, an online community/social network aimed at connecting "up-and-coming authors with talent spotters and publishing professionals in the teen market", as well as providing a forum for said up-and-coming authors to test out ideas and give/get feedback on each others' submissions. It's also been described as "
PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH DALAM PERBAIKAN MUTU PENDIDIKAN

PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH DALAM PERBAIKAN MUTU PENDIDIKAN

January 24, 2011 Add Comment
PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH DALAM PERBAIKAN MUTU PENDIDIKAN
(Dion Eprijum Ginanto *



Saat ini kita pasti bertanya-tanya apa yang menjadi sebab merosostnya kualitas pendidikan di Indonesia. Tentu banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari kebijakan pemerintah tentang anggaran, kebijakan kurikulum, kemampuan manajerial menteri pendidikan, kemampuan manajeria kepala sekolah, kualitas guru dan siswa, kurangnya infrastruktur pendidikan, dll. Sudah pasti masing-masing faktor mempunyai hubungan satu sama lain. Salah satu faktor yang selama ini lepas dari perhatian masyarakat adalah dari bidang kemampuan manajerial/kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sangat memiiki andil dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Damayanti (2008) menuliskan bahwa paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilahan. Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan prasarana”.
Menilik dari pasal di atas, sangat jelas bahwa kepala sekolah mempunyai peranan kunci dalam mengupayakan perbaikan pendidikan yang sudah dinanti-nanti oleh ratusan juta penduduk Indonesia. Tentu tugas ini sangat berat, mengingat saat ini virus yang menyebabakan sakitnya mutu pendidikan kita saat ini telah kian parahnya sehingga butuh waktu untuk benar-benar mematikan virus tersebut. Kepala sekolah yang notabene sebagai penaggung jawab proses pendidikan di sekolah tentu menjadi tumpuan dan harapan mulai dari siswa, orang tua, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Gebrakan dan inovasi kepala sekolah di era kurikulum KTSP di mana otoritas sekolah sangat dihormati, tentu sangat dinantikan.
Namun kenyataan di lapangan, kepala sekolah belum banyak yang berimprovisasi menampilkan kepiawaiannya dalam menyambut bola harapan dari berbagai elemen masyarakat. Asumsi rendahnya mutu kepala sekolah saat ini mulai mencuak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal; di antaranya adalah ketidak transparansian perekrutan dan penggantian kepala sekolah (ada indikasi negatif dari sebagian pengangkatan kepala sekolah, di antaranya adalah porses suap, politik balas budi, dan kekeluargaan), kurangnya forum atau sarana peningkatan mutu kepala sekolah, ketidakdisiplinan dari oknum kepala sekolah, dan rendahnya motivasi dari kepala sekolah itu sendiri.

Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah

Profesinal adalah suatu semangat bekerja secara teratur dan prosedural serta selalu berinovasi dalam peningkatan kualitas kerja. Profesioanalisme lebih ditujukan kepada anggota suatu profesi, semakin tinggi profesionalisme seseorang semakin menunjukkan tingkatan kualitas seseorang dalam bekerja.
Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya dalam Damayanti (2008) adalah: Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionlanya.
Sementara itu, kepala sekolah adalah termasuk profesi yang dijabat oleh orang-orang tertentu yang di lantik oleh pimpinan pemerintah tingkat kabupaten/kota. Kepala sekolah adalah jabatan tertinggi dalam struktur organisasi di sekolah. Dalam tugasnya kepala sekolah dibantu oleh beberapa wakil sesuai dengan tugas masing-masing.
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

Tugas Utama Kepala Sekoah

Masing-masing kepala sekolah pasti mempunyai gambaran kerja (job description) masing-masing yang mereka dapat sebelum mereka dilantik menjadi kepala sekolah. Dapat diyakini bahawa begitu banyak tanggung jawab dan kewajiban dari seorang kepala sekolah. Namun dari sekian banyak tugas kepala sekolah, dapat digenarilasi menjadi empat tugas pokok yaitu :
Kepala sekolah sebagai Mediator
Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, kepala sekolah harus dapat menjain komunikasi yang baik dengan pihak intern (guru, staff TU, siswa, karyawan lain) dan eksternal (pihak pemerintah, swasta, orang tua, dll). Kepala sekolah harus mampu menjembatani hubungan sekolah dengan pihak luar dan sebaliknya pihak luar dengan sekolah.
Kepala Sekolah sebagai politisi
Dalam artian ini bukan berarti jabatan yang ia peroleh melalui proses pragmatis dari keuntungan dalam memasukkan dirinya di kancah politik sehingga dari usahanya tersebut ia mendapat jabatan kepala sekolah. Namun lebih kepada kemampuan kepala sekolah dalam membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.


Kepala Sekolah sebagai Diplomat
Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.
Kepala Sekolah sebagai Decision Maker (Penentu Kebijakan/Keputusan)
Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah. Orang yang memperhatikan ganguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan. Kepala sekolah juga harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah.

Harapan Untuk Kepala Sekolah

Dalam masa kecurigaan saat ini, di mana masyarakat banyak yang pesimistis terhadap kinerja kepala sekolah, maka kepala sekolah diharapkan mampu membuktikan kepada khalayak ramai terhadap kemampuanya dalam memimpin. Sebisa mungkin untuk dapat menorehkan prestasinya melalui bukti real, misalnya prestasi sekolah dalam berbagai event perlombaan yang diselenggrakan tingkat lokal, nasional maupun internasional. Serta kepala sekolah diharapkan mampu memberikan motivasi kepada siswa dan guru agar bekerja keras dalam mempersiapkan dan menghadapi UAN yang tinggal hitungan hari lagi, dan bukan malah memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan kunci jawaban melalui SMS dan cara lainnya.
Kepala sekolah juga diharapkan untuk terus meningkatkan keprofesionalitasannya, dengan mengikuti berbagai wadah kegitan, misalnya musyawarah kepala sekolah (MKS) , kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), pusat kegiatan kepala sekolah (PKKS), dll. Selain itu di ere globalisasi saat ini kepala sekolah harus juga melek informasi dan teknologi, dan yang tidak kalah penting adalah kepala sekolah harus membudayakan malu pada KKN.
Ayo Bapak dan Ibu Kepala sekolah, kami segenap guru dan seluruh masyarakat Indonesia menaruh harapan pada Bapak dan Ibu. Tunjukkan pada kami gebrakan dan inovasi untuk membangun sekolah. Kami siap untuk berada di barisan terdepan untuk membantu. Karena kami yakin bahwa HARAPAN ITU MASIH ADA.

Sumber:

Damayanti, Sri (2008) Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah (online) available: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalisme-kepemimpinan-kepala-sekolah/ diakses dari internet tanggal: 28 Februari 2009

* Adalah Staf Pengajar di SMA 1 Batang Hari, dan Dosen di ABA NURDIN HAMZAH, JAMBI
MIND MAP sebagai Alternatif Metode Pembelajaran Inovatif

MIND MAP sebagai Alternatif Metode Pembelajaran Inovatif

January 24, 2011 Add Comment

Oleh Dion Eprijum Ginanto *


          Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode pengajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian pemahaman murid. Tentunya semua metode pengajarn yang pernah diterapkan selama ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Terlepas dari semua itu, metode pengajaran yang sering diterapkan oleh guru-guru kita saat ini adalah cenderung untuk hanya mengaktifkan salah satu sisi otak sang murid saja. Karena pada hakekatnya otak manusia terbagi menjadi dua, yaitu otak kiri dan otak kanan.
         Kedua belahan otak manusia ini memiliki tugas dan cara kerja yang berbeda. Otak kiri bekerja untuk hal-hal yang terkait dengan kata, angka dan daftar. Sementara otak kanan berkerja untuk hal-hal yang terkait dengan kesadaran, imajinasi, warna, keindahan. Sebagaimana dua kaki dan tangan, aktivitas manusia akan mudah dikerjakan bila kedua pasang organ tersebut bekerja dengan baik. Tentunya berjalan dengan dua kaki akan jauh lebih optimal dibandingkan dengan jalan satu kaki. Demikianlah perumpamaannya dengan otak kita. Umumnya manusia hanya memfungsikan salah satu otaknya saja, ada yang dominan otak kirinya adapula yang dominan otak kanannya. Bisa dibayangkan bagaimana dasyatnya otak manusia bila kedua belahan otaknya dapat dioptimalkan.
Begitu juga siswa dalam belajar, jika siswa bisa mengaktifkan dua sisi otaknya secara efektif, maka penulis yakin mereka akan dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Bukan hanya itu, kemampuan logika anak akan lebih berkembang ketimbang mereka harus menghafal kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Metode pengajaran/pemberlajaran yang dapat mengoptimalakan kedua belah sisi otak manusia tersebut adalah metode MIND MAP (Peta Pikiran).

Sekilas tentang Mind Map

        Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita dalam menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
        Mind Map merupakan istilah teknik pemetaan pikiran untuk membantu membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih "tersembunyi". Pemetaan pikiran ini akan melibatkan kedua sisi otak secara bersamaan, yaitu otak kanan dan otak kiri.
Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind Mapping  merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. (Prayudi: 2008)

Berikut adalah perbedaan antara Tulisan Biasa dan Mind Map:
Tulisan Biasa:
1. hanya berupa tulisan-tulisan saja
2. hanya dalam satu warna
3. untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5. statis

Mind Map (Peta Pikiran)
1. berupa tulisan, symbol dan gambar
2. berwarna-warni
3. untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5. membuat individu menjadi lebih kreatif.
Sumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76.

Cara Membuat Mind Mapping 

         Membuat peta pikiran sangatlah mudah dan efektif, dapat meringkas materi pelajaran berlembar-lembar menjadi hanya separuh lembar kertas. Yang harus kita lakukan adalah sambil membaca buku maka kita membuat pokok tipik/tema yang akan kita buat mind map. Maka tema/topic tersebut akan menjadi sentra dan kemudian dibuat cabang-cabang pohon, seperti halnya jika kita menggambar cabang/dahan yang akan diisi dengan sub-sub tema dari tema besar. Dalam membuat mind map disarankan untuk dapat menggunakan pena/pensil berwarna dan usahakan membuatnya sekreatif dan seindah mungkin.

        Untuk lebih jelasnya saya mengutip pendapat dari Anton (2008) tentang beberapa hal penting dalam mind mapping:
1. Pastikan tema utama terletak ditengah-tengah
Contohnya, apabila kita sedang mempelajari pelajaran sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia.
2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama
Dari tema utama “Sejarah Indonesia”, maka tema-tema turunan dapat terdiri dari : Periode,Wilayah, Bentuk Perjuangan ,dll.
3. Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol
Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Gunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-tema turunan tersebut..
Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu Peta Pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera kita, akan jauh lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang “miskin warna”.
4. Gunakan huruf besar
Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di Peta Pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.
5. Buat peta pikiran di kertas polos dan hilangkan proses edit
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi Peta Pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini melakukan modifikasi pada Peta Pikiran, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari.
6. Sisakan ruangan untuk penambahan tema
Peta Pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas Peta Pikiran untuk penambahan tema.


           Jika kita ingin megajar tentang suatu tema di kelas dengna menggunakan mind map, maka sebaiknya minimal guru harus mempunyai tiga spidol/kapur dengan warna yang berbeda. Langkah awal adalah buat judul di tengah-tengah papan tulis, kemudian buatlah gambar background untuk menghias judul utama dalam mind map. Berilah warna pada tulisan atau background nya agar terkesan menarik. Setelah itu tariklah cabang-cabang yang berkesan utnuk membuat sub judul, ingat dalam proses pembuatan ini meskipun memakan waktu untuk menghias papan tulis, jangan pernah abaikan murid, ajak siswa selalu berinteraksi dengan guru, sementara guru membuat mind map.
Saya secara pribadi pernah dan sedang menerapakan metode ini dalam mengajar bahasa Inggris, dan hasilnya sangat memuaskan. Beberapa keuntungan apabila mengajar dengan menggunakan peta pikiran di antaranya adalah:
  • Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
  • Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map bisa meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas
  • Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan efisisien, karena pada dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak, yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang seperti pohon. Pola ini dapat mempermudah proses recall pada setiap apa yang pernah dipelajari.
  • Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan guru, karena siswa/guru akan terangsang untuk mebuat gambar-gambar atau warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.
  • Mempertajam daya analisa dan logika siswa, karena siswa tidak lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian menghapalnya. Namun lebih kepada pemahaman dan kreatifitas untuk dapat menghungkan topic umum dengan sub-sub topic bahasan.

             Di Jambi, metode pembelajaran inovatif sudah mulai diterapkan di beberapa bimbingan belajar. Hasilnya adalah bahwa siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang bergabung pada lembaga bimbel yang menerapakan metode seperti ini. Tidak ada salahnya dan sangat disarankan agar metode Mind Map juga dapat diterapkan oleh gugu-guru dalam mengajar di sekolah. Tujuannya adalah untuk meminimalsir metode konvensional yaitu CBSA (Catat Buku Sampai Abis) CBSA terbagi 2: yang pertama guru mendikte dan siswa menulis; yang kedua adalah buku diserahkan kepada seorang siswa untuk dituliskan di papan tulis sementara guru asik ngobrol di kantor, HBSA (Hagal Buku sampai Abis), SKS (Sistem Kebut Semalam), dll.
             Sudah saatnya guru-guru di Indonesia untuk mengoptimalakan potensinya dalam mengajar. Memberikan yang terbaik pada murid, dengan membuat proses pembelajaran menyenangkan dan siswa dirangsang untuk aktif di dalam proses KBM adalah suatu keharusan di tengah era global seperti saat ini. Sekali lagi, salah satu metode inovatif yang dapat menciptakan semua itu adalah Mind Map (Peta Pikiran). Selamat mencoba dan mepelajarinya melaui buku, situs internet, guru lain yang sudah bisa, dll.

*) Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMA N 1 BATANG HARI dan Staff Pengajar di ABA NURDIN HAMZAH JAMBI
SWOT ANALYSIS SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI JAMBI

SWOT ANALYSIS SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI JAMBI

January 24, 2011 Add Comment
SWOT ANALYSIS SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI JAMBI
Oleh Dion Eprijum Ginanto, S.Pd

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menajadi satuan pendidikan bertaraf internasional. (UU RI No. 20 Th 2003 Pasal 50 Ayat 3) 

         Petikan ayat di atas adalah yang menjadi sumber rujukan dan dasar dari pemerintah untuk berupaya menghadirkan sekolah bertaraf internasional (SBI) di Indonesia. Ketertinggalan mutu pendidikan di Indonesia ternyata membuat pemerintah terus berupaya mengupayakan untuk mengejar ketertinggalan dan minimal mamapu menyamakan dengan kualitas pendidikan internasional. Oelh sebab itu pemerintah mencoba untuk menciptakan minimal satu satuan pendidikan di setiap daerah di Indonesia yang bertraf internasional.
         Isu sekolah Bertaraf Internasional ini menuai tanggapan yang beragam. Ada yang mati-matian membela dan mendukung berdirinya SBI di Indonesia, namun sebaliknya tidak sedikit pula yang menentang keberadaan SBI seperti yang digaungkan pemereintah. Bagi mereka yang mendukung SBI merka berdalih bahwa Indonesia sudah saatnya untuk memiliki sekolah yang diakui oleh dunia internasional. Namun bagi mereka yang menolak mereka berdalih Indonesia masih belum siap untuk memiliki Sekolah Bertraf Internasional, dengna alasan daripada dana APBN dihamburkan untuk membangun SBI, lebih baik untuk digunakan dalam upaya pemerataan pendidikan di pelosok tanah air.
         Lalu bagaimana dengan Jambi? Apakan Jambi sudah siap untuk mendirikan Sekolah Bertaraf Internasional atau Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)? Sampai tulisan ini ditulis, di Jambi sudah ada beberapa sekolah yang dijadikan pilot project dalam pendirian RSBI dan bahkan dalam waktu dekat akan membangun Sekolah Bertaraf Internasional di kota Jambi. Dalam hal ini menurut saya perlu untuk diadakan analisan SWOT dalam memberikan penilaian apakah Jambi sudah mampu atau belum.

         SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities and Threats) adalah suatu system analisa yang didesain dan digunakan dalam tahap awal dalam membuka keputusan dan rencana strategis dalam menjalankan perencanaan.. (Johnson and Barton in Gatot Subroto, n.d). SWOT Analisis banyak digunakan oleh beberapa ahli apabila mereka ingin memulai suatu pekerjaan atau ingin mendirikan usaha atau ingin melaksanakan program. Dengan menggunakan analisa SWOT minimal, kita depat melakukan penerlitian sederhana agar mendapat gambaran tentang sesuatu hal yang akan dicoba. Dalam hal ini saya ingin memaparkan tentang analisa SWOT tentang penerapan SBI di Propinsi Jambi. Namun alangkah baiknya apabila kita membahas tentang SBI.

Sekolah Bertaraf Internasional

        Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah nasional namun mempunyai kurikulum dan aturan yang bertaraf dan diakui dunia internasional. Perbedaan SBI dengan SI (Sekolah internasional) adalah sekolah asing yang didirikan di Indonesia yang diperuntukkan bagi siswa asing yang berada di Indonesia karena mengikuti oran tuanya bekerja. Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang dicetuskan oleh pemerintah dan secara resmi tertera pada UU No. 20 Th. 2003 Pasal 50 ayat 3.

Beberapa Ciri Sekolah Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:
  • Input siswanya disaring secara ketat, sehingga hanya siswa yang mempunyai kualitas yang tinggi yang dapat masuk ke Sekolah Bertaraf Internasional
  • Dalam satu kelas dibatasi 20 s.d 30 orang
  • Menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar untuk semua mata pelajaran kecuali pelajaran Bahasa Indonesia. Pembagiannya adalah 25 % bahasa Inggris dan 75 % Bahasa Indonesia. Bahkan dituntut untuk bisa 100% dalam bahasa Inggris.
  • Mempunyai fasilitas IT di setiap kelasnya yang dilengkapi dengan fasilitas internet.
  • Kemungkinan besar siswa yang orang tuanya kaya yang akan menjadi siswanya, karena biaya sekolah di SBI sangatlah mahal.
  • Guru harus mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang memadai, biasanya dibuktikan dengan nilai TOFL > 500
  • Mempunyai kurikulum local yang diakui internasional

SWOT Analisa SBI di Jambi

Seperti yang telah saya kemukakan di atas bahwa sebenarnya dalam pelaksanaan program baru maka terlebih dahulu harus ada analisa SWOT agar tidak ada permasalahan di kemudian hari. Berikut analisa SWOT penerapan SBI di Jambi menurut penulis:

Strengths (Kekuatan) 

a. Saat ini di propinsi Jambi sudah mulai mengimlimentasikan anggaran dana 20 %, meskipun dalam implementasinya belum maksimal, namun minimal ada jaminan untuk penerpan anggran dana 20% yang nantinya dapat mendukung SBI.
b. Sekolah Bertarah Internasional mendapat dukungan penuh dari pemerintah propinsi Jambi dan pusat. Karena memang SBI dicetuskan oleh pemerintah.
c. SBI sudah diatur dalam UU Sisdiknas Pasal 50 ayat 3
d. Di Jambi mempunyai area/sekolah untuk dijadikan sebagai Sekolah Bertaraf Internasional

Weaknesses (Kelemahan)

a. Belum ada kurikulum yang jelas dalam menerapakan Sekolah Bertaraf Internasional. Surya Darma (2007) menuliskan “Apa kurikulum yang akan diberikan kepada mereka agar ‘berstandar internasional’? Tidak jelas betul karena hanya disebutkan rumusnya adalah SNP + X. SNP adalah Standar Nasional Pendidikan sedangkan X hanya disebutkan sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional umpamanya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. Sekolah-sekolah yang mengadopsi atau berkiblat pada standar internasional seperti Cambridge atau International Baccalaureate (IB) adalah sekolah-sekolah yang memang dirancang untuk mempersiapkan siswa-siswa mereka agar dapat melanjutkan ke luar negeri. Dengan sistem kurikulum tersebut siswa mereka memang dipersiapkan untuk dapat belajar di luar negeri. Menjadi pertnayaan adalah apakah setiap siswa SBI akan melanjutkan studi ke lua negeri?

b. Tidak semua guru di Jambi memiliki kemampuan bahasa Inggris yang memadai, contohnya guru Matematika, Fisika, Kimia dll, jangankan untuk menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa Inggris, menggunakan bahasa Indonesia pun terkadang masih kesulitan. Dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman pemahaman murid, karena mungkin ada kesalahan dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa Inggris. Asumsi saya adalah jangankan untuk mendapatkan nilai TOEFL > 500, untuk test TOEFL aja saya yakin guru di Jambi mayoritas belum pernah melakukannya.

c. SBI dalam implementasinya cenderung meminta sumbangan wali murid dengna biaya ang tidak sedikit. Sehingga anggapannya adalah hanya siswa yang kaya saja yang bisa mersakan SBI.

Opportunities (Peluang)

a. Di Jambi ada LSM/NGO, Fakultas FKIP (UNJA dan IAIN), Litbang Diknas yang siap memberikan pelatihan dan diklat untuk guru-guru yang akan mengajar di SBI, terutama untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.

b. Kurikulum Gontor bisa dijadikan referensi utnuk menjalankan kurikulum SBI, Ana (2009) Gontor itu usianya sudah 82 tahun, tapi baru diakui ijazahnya oleh pemerintah pada th 2005 waktu presiden Gus Dur), karena selama itu gontor tidak pernah mau mengikuti kurikulum depdiknas. Tapi dunia internasional sudah mengakui ijazah gontor sejak tahun 1950-an. Sistem di sana 2 minggu berbahasa arab dan 2 minggu berbahasa Inggris (bahasa Indonesia boleh tapi sedikit, bahasa daerah dilarang) pelajaran agama disampaikan dalam bahasa arab, pelajaran umum (matamatika, fisika, geografi dll) disampaikan dalam bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Inggris disampaikan dalam bahasa inggris. Kurikulum yang diterapkan tersebut ternyata efektif, hal tsb dibuktikan dengan banyaknya santri gontor yang lolos dalam seleksi beasiswa misalnya di timur tengah, Mesir, AS dan Australia.

c. SBI akan semakin mudah untuk diterapkan karena mulai sekarang pemerintah daerah telah menunjuk beberapa sekolah untuk dijadikan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Threats (Ancaman) 


a. Adanya kecemburuan sosial, kecemburuan ini dapat terjadi antara guru SBI dengan guru non SBI, siswa dengan siswa, sekolah dengna sekolah.

b. Dikhwatirkan siswa akan menertawakan guru yang mengajar dalam bahasa Inggris, dikarenakan guru akan terbata-bata dalam mengajar dan bahkan siswa akan lebih gasih berbahasa Inggris dari pada guru-guru non pengajar bahasa Inggris.

c. Mengurangi rasa cinta tanah air peserta didik. Ada pendapat beberapa ahli bahwa konsep SBI merupakan neo kolonialisasi, karena dengan SBI mereka memaksa Indonesia untuk mengadopsi kurikulum mereka. Selaian itu, keseringan menggunakan bahasa Inggris sedikit banyak akan mengurangi rasa cinta tanah air. Yang lebih ironis adalah konsep SBI akan menutup peluang siswa miskin utnuk mendapat fasilitas memadai sebagaimana layaknya siswa SBI.

d. Akan ada tuntutan dari sekolah di pelosok karena merasa kurang mendapat perhatian, disebabkan anggaran dana pendidikan banyak terserap untuk SBI.

           Dari analisa SWOT di atas terlihat bahwa masih ada beberapa sisi kelemahan dan ancaman dalam pelaksanaan SBI. Oleh karena itu penulis memberikan alternative saran apabila memang pemerintah Jambi akan mendirikan SBI atau melanjutkan RSBI yang mulai dirintis:
Input harus benar-benar dari siswa yang berprestasi, tidak boleh dibatasi pada orang aya saja. Pemerintah harus memberikan beasiswa dan atau membebaskan biaya sekolah bagi siswa kurang mampu.
          Harus ada seleksi ketat bagi calon guru SBI, Yang paling penting adalah calon guru harus berprestasi dan menunjukkan loyalitas mendidik yang tinggi. Dalam hal ini tidak berarti guru senior yang lebih mempunyai peluang untuk menjadi guru SBI. Proses terbuka dan fair dalam perekrutan guru harus dilakukan oleh pemerintah
            Kurikulum tidak harus mengadopsi dari luar negeri, karena pada hakekatnya kurikulum diciptakan untuk kemaslahatan dan untuk keperluan dalam negeri. Kurikulum local yang berstandar internasional dirasa lebih arif daripada harus berinduk pada kurikulum luar.
           Pemerintah daerah, propinsi dan pusat harus dapat bekerja sama secara sinergis, jika perlu pemerintah membuat lembaga independent untuk mengawasi pelaksanaan SBI.
Tidak perlu menggunakan full bahasa Inggris, karena pada hakekatnya tidak semua siswa akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Maka bahasa Inggris yang digunakan guru-guru dalam mengajar akan sia-sia. Cukup dalam hal ini untuk benar-benar meningkatkan mutu guru bahasa Inggrisnya saja. Atau jika perlu mempekerjakan satu atau dua orang tenaga guru asing lebih efektif dari pada harus memaksa semua guru berbahasa Inggris dalam mengajar.
          Pemerintah hendaknya tidak terburu-buru dalam mengimplementsikan SBI, dibutuhkan riset dan pembahasan mendalam, hal ini untuk menghindarkan ketidak berhasilan program ini ke depan.
Pemerintah daearah hendaknya mampu bekerjasama dengan univeristas kuar negeri dalam memberikan beasiswa kepada siswa sebagi follow up siswa yang telah lulus dari SBI.

         Akhirnya secara pribadi saya sangat mendukung hadirnya SBI di Jambi, namun implementasinya tidak harus terburu-buru. Diperlukan penjajakan dan research pendahuluan sebelum benar-benar mengimplementasikannya. Akan lebih bijaksana apabila pemerintah daerah dapat melakukan pememerataan pendidikan hingga ke pelosok desa di Jambi, baru kemudian sambil merancang SBI dengan lebih visioner. Bravo Pendidikan Jambi….

*) Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMA N 1 BATANGHARI
CFP: ChLA 2011: Revolt, Rebellion, Protest

CFP: ChLA 2011: Revolt, Rebellion, Protest

January 14, 2011 Add Comment
Oh no! Almost let this CFP slip by without mention - the deadline is tomorrow, but if you have an abstract ready, this is going to be a good one!

Revolt, Rebellion, Protest:

Change and Insurrection in Children’s Literature June 23-25, 2011Hollins University — Roanoke, Virginia

Call for PapersRevolution, upheaval, protest, and cultural change have swept over the world in repeating cycles since
HARI GURU DAN GURU HONORER

HARI GURU DAN GURU HONORER

January 08, 2011 Add Comment
HARI GURU DAN GURU HONORER
Oleh: Dion Eprijum Ginanto *)


Tidak banyak orang yang tahu bahwa tanggal 25 November adalah hari guru di Indonesia. Memang peringatan hari guru ini tidak begitu istimewa di khalayak umum, karena tidak ditandai dengan hari libur nasional atau tanggal merah. Bahkan untuk kalangan guru sekalipun, pasti masih banyak dari mereka yang tidak mengetahui kapan hari guru di Indonesia diperingati. Saya berani memberi garansi jika ada questionnaire dan disebarkan kepada guru-guru di Indondesia, niscaya mayoritas dari mereka tidak tahu bahwa tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru Indonesia.
Hari guru bukan hanya diperingati di Indonesia saja, bahkan dunia dan setiap negara mempunyai hari yang berbeda untuk memberikan penghormatan kepada guru dengan menetapkan hari tertentu untuk merayakannya. Untuk dunia, hari guru diperingati setiap tanggal 5 Oktober.
Bukan suatu hal yang berlebihan jika untuk turut memperingati hari guru di Indonesia, saya membuat tulisan dalam rubrik koran ini. Hal ini dikarenakan topic “guru” akan selalu menjadi sesuatu yang hangat untuk dibicarakan dari waktu ke waktu. Mengapa demikian, karena menurut cerita yang sering didengar di setiap kali upacara bendera saat kita masih duduk di bangku sekolah dulu, bapak dan Ibu guru selalu menceritakan betapa mulianya dan betapa pentingnya peran guru dalam membangun bangsa dan Negara. Bahkan kita sampai hafal dengan doktrin cerita di Jepang, bahwa kaisar Jepang sewaktu mendapat serangan bom Atom dari Amerika di kota Nagasaki dan Hirosima, yang ditanyakan adalah “masih ada berapa guru yang tersisa di Negara saat ini.”
Namun, kelihatannya cerita tinggalah cerita; doktrin tinggalah doktrin yang tersisa hanyalah dongeng masa lalu yang memberikan sanjungan kepada guru. Lalu bagaimana nasib guru saat ini?
1. Pemerintah melalui UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mewajibkan untuk setiap guru di Indonesia harus minimal mempunyai kualifikasi Sarjana Strata 1 (S1). Namun adakah upaya nyata dari pemerintah untuk membantu guru dalam memperoleh gelar S1 tersebut? Sampai saat ini pun masih banyak guru-guru di Indonesia yang belum berkualifikasi S1.
2. Pemerintah memberikan gaji yang tinggi untuk guru PNS, namun tidak diiringi dengan manajemen dan pengawasan kepada mereka. Saat ini saya dapat merasakan sendiri ada beberapa oknum guru yang satu bulan hanya masuk ke sekolah 3 kali saja. Namun pemerintah belum berani memberikan tindakan tegas kepada oknum guru yang tidak disiplin tersebut. Tidak adanya pengawasan kinerja bagi guru yang mendapat tunjangan serifikasi guru, sebenarnya merupakan bom waktu yang suatu saat akan meledak dan membahayakan bagi pemerintah dan dunia pendidikan.
3. Pemerintah belum mampu memberikan jaminan keamanaan bagi guru, sebagai contoh pernah ada di Jambi, seorang guru memergoki siswanya sedang menonton video porna di HP nya, karena guru merasa ingin mendidik dan memberikan pelajaran agar siswa tidak mengulangi perbuatannya, maka guru terpaksa menampar siswa tersebut. Tapi tamparan atau jeweran yang beberapa puluh tahun lalu lazim diterima oleh siswa merupakan sesuatu hal yang biasa, orang tua tidak pernah protes kepada guru dan malah akan mendukungnya; namun kondisinya sekarang sungguh berbeda. Semenjak lahirnya Komnas Perlindungan Anak yang tidak dibarengi dengan Komnas Perlindungan guru, maka guru akan selalu menjadi korban. Seperti cerita tadi, hanya karena guru menampar siswa dengan pelan karena kedapatan melihat video porno, namun dengan semangatnya orang tua wali melaporkannya ke polisi, menuntut agar guru diberikan hukuman yang berat, sementara anak yang menonton video porno sama sekali tidak mendapatkan hukuman.
4. Dalam UU No. 14 tahun 2005 pemerintah mengisaratkan bahwa guru swasta/honorer setidaknya harus mempunyai gaji setara dengan gaji guru PNS; namun pernahkan pemerintah membuat peraturan pemerintah yang tegas misalnya akan membekukan yayasan atau sekolah yang memberikan gaji guru di bawah Upah Minimum Regional? Atau setidaknya pernahkan pemerintah membuka mata dan telinga, untuk sesekali mengecek kondisi guru honorer yayasan yang masih mendapatkan gaji sepereempat dari gaji guru PNS? Padahal tugas dan kewajiban daripada guru PNS dan guru honorer adalah sama, bahkan ada banyak guru PNS yang justru memanfaatkan keberadaan guru honerer di sekolah dengan memberikan limpahan tugas dan jam mengajar, sementara mereka enek-enakan tidak masuk ke sekolah.

Nasib Guru Honorer/Swasta
Berbicara tentang nasib guru honorer, pasti yang kita pikirkan adalah nasib mereka yang kurang beruntung. Bayangkan saja, seorang guru bertitel Sarjana Pendidikan digaji lebih rendah dari gaji seorang buruh pabrik yang hanya lulusan SD. Saya pernah merasakan mengajar dalam sebulan penuh, dengan masa mengajar hingga pukul 15.00 namun hanya digaji Rp. 280.000. Saya saat itu mengajar di sebuah yayasan pendidikan yang lumayan mempunyai nama di Jambi. Padahal jika dipikir, gaji seorang Cleaning Service saja saat itu bisa di atas Rp. 500.000; Sungguh memprihatinkan.
Namun, Pemerintah belum bisa berbuat banyak. Pemerintah melalui perpanjangan tangannya di daerah melalui Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten Kota tidak berdaya melihat nasib guru-guru yang hanya diperas keringatnya oleh oknum ketua Yayasan atau oknum Kepala Sekolah. Padahal jika pemerintah mau dan berani, pemerintah dapat dengan mudah mencabut ijin dari yayasan pendidikan yang tidak menghargai guru dengan memberikan gaji minimal di atas Upah Minimum Regional (UMR). Ada juga sih memang beberapa yayasan yang sudah menerapakan manajemen yang transparan dan maju, sehingga memberikan gaji kepada guru-gurunya bahkan melebihi gaji guru PNS. Namun untuk yayasan yang berada di daerah pedesaan mereka akan berdalih bahwa masyarakat tidak dapat ditarik iuran dengan mahal, karena jika diminta SPP tinggi maka yayasan tidak akan mendapat siswa. Serba susah memang, namun kesusahan ini ditambah dengan adanya kebijakan pemerintah yang sepihak dengan menerapkan pendidikan gratis dari SD s.d SMA. Dapat kita bayangkan, apa yang akan terjadi pada sekolah swasta? Secara otomatis orangtua dan siswa akan lebih memilih untuk bersekolah di sekolah negeri, karena GRATIS. Sedangkan sekolah swasta, dipersilahakan untuk gigit jari. Jika sekolah swasta gigit jari, maka guru honor yang menagajar di sekolah swastapun dipersilahkan gigit sepuluh jari.

Peran PGRI
Lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November di Surakarta melalui kongres guru se-Indonesia saat itu, menjadi latar belakang dijadikannya tanggal 25 November sebagai hari Guru Indonesia. PGRI di masa kolonialisme bernama PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda) yang kemudian berubah menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia, dicantumkannya nama Indonesia adalah untuk memberi semangat juang bagi para guru dalam menyongsong kemerdekaan) namun PGI harus ditutup pada zaman Jepang; karena pada zaman penjajahan Jepang seluruh organisasi kemasyarakatan harus dibubarkan. Akan tetapi, setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, semangat patriotisme guru semakin meninggi dan tidak kalah dengan semangat para pejuang kemerdekaan saat itu, guru-guru Indonesia kembali menyatukan visi dan misi dengan menyelenggarakan kongres di Surakarta pada tanggal 24-25 November 1945. Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu dedalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI saat itu mengusung tiga tujuan utama: 1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia, 2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan, 3. Membela hak-hak dan nasib buruh umumnya, dan guru pada khususnya.
PGRI saat ini adalah sebagai organisasi profesi tertinggi yang dimiliki guru. Seyogyanya ketika pemerintah kurang peduli dengan nasib guru khususnya guru honorer, maka PGRI harus mampu memainkan perannya untuk dapat memberikan tekanan dan desakan kepada pemerintah untuk memberikan aturan tentang gaji dan perlakuan terhadap guru honorer. Sehingga setiap Satuan Pendidikan akan lebih memikirkan kesejahteraan guru sebelum berani mengangkat mereka sebagai guru di suatu sekolah.
PGRI bila perlu mendata dan mengecek di lapangan berapa jumlah guru honorer plus berapa jumlah gaji mereka. Setelah itu PGRI dapat melakukan advokasi kepada guru honorer untuk memperjuangkan haknya di pemerintahan pusat. Atau setidaknya PGRI harus berani memberikan tekanan kepada ketua yayasan atau kepala sekolah dan atau Dinas Pendidikan Kabupaten Kota, agar lebih dapat menaikkan gaji mereka minimal di atas gaji UMR.
Sebenarnya pemerintah pusat tidak perlu untuk setiap tahun membuka seleksi CPNS untuk guru. Karena test CPNS yang selama ini dilakukan setiap tahunnya, dimanfaatkan oleh beberapa oknum tertentu utnuk memperkaya diri sendiri dan kelompok. Mereka dengan sagat mudahnya menjadi calo pelamar CPNS yang memberikan syarat kepada pelamar, jika ingin lulus test CPNS maka haru membayar minimal Rp. 45.000.000,-. Pemerintah daerah tidak perlu kebakaran jenggot jika membaca tulisan saya ini, karena ini sudah tidak menjadi rahasia dan hal tabu untuk dibicarakan. Pemerintah sebenarnya tinggal memeratakan gaji guru PNS dan honor/swasta, semisal pemerintah memberikan tunjangan kepada guru honor dalam satu bulan Rp. 1,5 juta saja, mungkin tidak akan ada lagi barisan antrean guru yang melamar menjadi PNS. Serta tidak akan ada lagi guru yang harus melakukan praktet suap menyuap seperti yang dilakukan GAYUS TAMBUNAN.
Dalam peringatan hari guru kali ini, marilah sama-sama kita bersatu padu: PGRI, Pemerintah dan Swasta untuk dapat lebih memberikan aksi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan guru, khususnya guru honorer/swasta. Karena ketiga elemen tadi yang saat ini masih bisa memberi harapan kepada mereka guru-guru kita yang masih berstatus Non-PNS. Selama kita bersatu, maka tidak akan ada lagi kesenjangan dan perbedaan mencolok antara guru PNS dan guru Honorer. Kepada guru honorer yang masih bergaji di bawah UMR, kami akan selalu memberikan apresasi dan terimakasih yang tinggi kepada Anda. Hidp Guru Indonesia!!!, SELAMAT HARI GURU INDONESIA.... SEMOGA GURU AKAN SELALU BERDIRI DI GARDA DEPAN DALAM MENCETAK GENERASI BANGSA YANG HANDAL, PROFESIONAL, BERMARTABAT DAN BERIMAN.


*) Penulis adalah Guru di SMA 9 Batanghari serta mengajar pada Akademi Bahasa Asing (ABA) Nurdin Hamzah Jambi.
Sir Ken Robinson Talks Education

Sir Ken Robinson Talks Education

January 07, 2011 Add Comment
I love these animated talks people have been posting lately...so cool, and the visuals add so much to the content, especially to illustrate the "big picture" (literally and figuratively), the relationships between things, time, thoughts, etc. This one is by Sir Ken Robinson and it's a brilliant, thought provoking, challenging discussion of the Western school system. Enjoy!

Children's Digital Games Workshop Blog LIVE too!

Children's Digital Games Workshop Blog LIVE too!

January 05, 2011 Add Comment
I forgot to make the announcement on here yesterday, that the blog for my second course of the semester, section 104 of the Information Workshops (INF 1005/1006), on the topic of Children's Digital Games, is also now officially up and running. Our first class was this morning and we're already off to a great start. Some representatives from the TPL's Console Gaming @ Your Library committee (the
Children's Cultural Texts and Artifacts Course Blog is LIVE!

Children's Cultural Texts and Artifacts Course Blog is LIVE!

January 01, 2011 Add Comment

The course blog for my new Masters seminar, INF2304 Children's Cultural Texts and Artifacts is now live and can be accessed here. Classes start this Monday, January 3rd, 1-4pm. Students: please check the iSchool website for the timetable and room number. To get things started off on the right foot this semester, I'm going to use the second half of my first lecture to take a trip over to the