Ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang berbun i with? tremoja/amn who ku/z'no. Yang dalam bahasa Indones'a dapat diartikan ‘Cinta datang karena terbiasa..’ Terbiasa bertemu dan bersama, tanpa diawali dengan adanya résa ‘inta itu sendiri. \
Pada awalnya Helena mempercayai ungkapan itu. Saat orang tuanya mengatakan bahwa ia sudah dijodohkan dengan lelaki bcrnama Arvinza Rahardian. Yang baru ia temui saat dirinya menempuh pendidikan di London. Tak pernah kecewa pada kenyataan bahwa lelaki yang dijodohkan dengannya adalah seorang duda. Ia tak pernah mempermasalahkan status Arvin. Selama tak terikat hubungan jcm's apa pun dengan wanita lain, Helena siap menerima Arvin apa adanya.
Namun, perjuangannya selama bertahun-tahun untuk mendapatkan hati Arvinza, tak mcmbuahkan basil. Pria itu masih mencintai mantan istrinya. Terlebih karena ternyata lelaki itu memiliki seorang anak dengan mantan istrinya.
Rencana pertunangan Helena batal. Meski ia sendiri yang membatalkan rencana pertunangan itu. Ia tak bisa bersikap egois ingin tetap memiliki Arvinza. Sementara ada seorang anak laki-laki yang sangat berharap kedua orang tuanya bersatu kembali.
Helena melepaskan Arvinza Rahardian, mcrelakan lelaki yang ia cintai itu kcmbali pada pemilik hati yang sesungguhnya.
Gadis itu menoleh pada sang ibu yang bcrdiri di depan pintu kamamya. “Ya, Ma..”
“Boleh Mama masuk?” Helena tertawa. “Boleh dong, Ma.”
Mira melangkahkan kakinya memasuki kamar sang putri. “Lagi ngapain? Sibuk?”
“Lagi nonton, Ma.”
Mira ikut memandang laptop yang sedari tadi dipelototi sang putri. “Nonton drama mulu. Awas, entar hidup kamu malah jadi kebanyakan drama, Len.”
“Mama, ih. Doain anak senditi kok gitu banget.”
Mira tertawa kecil lalu mengusap kepala sang putri dengan lembut. “Lem.”
“Ya, Ma..” “Ada yang mau Mama bicarakan sama kamu.”
“Ngomong aja, Ma,” jawab Helena setengah cuek. Terlalu mcnikmati drama Turki yang tengah ia tonton.
“Karnu ingat Tante Wina? Teman Mama yang minggu kemarin main kc rumah kita.”
“Oh. Yang dari Surabaya kalau Helen nggak salah ingat kan?”
“Iya. Nggak salah lagi.” “Kenapa, Ma?”
EmoticonEmoticon