MENDIKNAS BARU, HARAPAN BARU

MENDIKNAS BARU, HARAPAN BARU

December 01, 2009 Add Comment
MENDIKNAS BARU, HARAPAN BARU
Oleh: DION EPRIJUM GINANTO, S.Pd


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono telah melantik Kabinet Indonesia Bersati Jilid 2. Tentunya seluruh bangsa Indonesia sudah tidak sabar lagi menantikan gebrakan baru pada Kabinet ini. Presiden dan wakil yang dalam masa pemilihan menteri merasa kesulitan karena terus mendapatkan tekana dari pihak parpol peserta kolaisi dan juga dari tim sukses, namun akhirnya dapat menyusun kabinet yang akan melayani bangsa Indonesia selam lima tahun ke depan.
Kita semua berharap, agar Presiden dan wakil tidak salah pilih dalam menempatkan figur ke pos-pos mentri. Karena jika terjadi salah pilih, maka akan berimbas pada nasib bangsa selama lima tahun. Selain itu, harapan agar para menteri meskipun dari partai politik maupun tim sukses untuk bekerja secara ikhlas, dan lebih mementingkan kepentingan Negara akan selalu dinantikan bangsa ini.

Harapan Untuk Mendiknas Baru

Dunia pendidikan saat ini juga menantikan pemimpin baru yang dapat sekiranya mereformasi sitem pendidikan Indonesia. Banyak sekali PR baru bagi menteri pendidikan yang akan menjabat pada periode 2009 s.d 2014. Posisi Mendiknas adalah posisi yang selama ini menjadi sorotan umum dan sering kali mendapatkan kritik tajam dari berbagai kalangan terkait dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang kurang berhasil.
Tentunya posisi menteri pendidikan adalah dianggap sebagai lahan basah bukan hanya bagi kalangan professional, namun banyak juga dari kalangan parpol yang mengincar posisi ini. Terlepas dari niatan luhur mereka untuk memberikan alur dan haluan baru pada induk penentu kemajuan bangsa ini; rakyat selalu berharap siapapun yang akan menjadi menteri pendidikan nasional ke depan harus mampu memberikan perbaikan-perbaikan signifikan dan total, demi mengejar ketertinggalan mutu SDM bangsa Indonesia.
Ada beberepa Pekerjaan Rumah (PR) untuk menteri pendidikan nasional yang mau tidak mau harus sesegera mungkin dijadikan prioritas utama pada program 100 hari Mendiknas. Beberapa agenda terdekat yang harus dilakukan menteri pendidikan nasional yang baru adalah:
a. Reformasi sistem Ujian Nasional (UN)
Ujian Nasional (UAN) saat ini menjadi momok dan musuh dalam selimut dalam sistem pendidikan nasional. Pasalnya UN yang dijadikan dalih bagi mendiknas sebagai alat ukur keberhasilan dan ketercapaian mutu pendidikan nasional, dalam pelaksanaanya banyak yang mengakui jauh dari KEJUJURAN. Mungkin Mendiknas saat itu Prof. Dr. Bambang Sudibyo tidak mengetahui apa fakta yang terjadi di lapangan, karena memang tidak mau terjun ke lapangan. Apa yang diketahui mendiknas saat itu adalah laporan, bahwa tahun 2009 UN sangat berhasil, terbukti dengan banyaknya sekolah di Indonesia yang mampu meluluskan 100 % peserta didiknya. Ditambah lagi dengan meningkatnya nilai UN pada mata pelajaran yang dahulunya sangat sulit utntuk sekedar menembus angka lima.
Namun pada UN kali ini, secara mengejutkan sekolah-sekolah yang letaknya di pelosok dan terpencil sekalipun mampu meraih angka delapan bahkan sembilan untuk mata pelajaran Matematika. Hal ini tentunya di luar pikiran sehat manusia, betapa tidak; mata pelajaran Matematika yang dahulunaya hanya mampu bertengger di angka 5 untuk skor maksimal, namun saat ini berubah seratus delapan puluh derajat.
Guswan menuliskan dalam artikel di blognya bahwa UN dikatakan telah meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pernyataan tersebut boleh dikatakan tidak berdasar dan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Apabila yang menjadi indikator adalah nilai rata-rata mata pelajaran yang di-UN-kan, maka memang benar telah terjadi peningkatan. Namun demikian, ada hal yang dilupakan atau terlupakan yaitu proses dalam memperoleh nilai-nilai tersebut. Sudah tidak terhitung lagi pengungkapan beragam kecurangan selama pelaksanaan UN di media massa baik cetak maupun elektronik.
Harapan baru untuk mendiknas adalah sebisa mungkin untuk mereformasi sistem UN, agar tidak lagi menjadi standar/alat kelulusan bagi siswa. UN ke depan fungsinya adalah lebih pada sebagai acuan kualitas pendidikan semata. Kalau kita mencermati Kurikulm KTSP, seyogyanya pemerintah tidak lagi menjadikan UN sebagai alat kelulusan. Karena dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Satuan Pendidikan (Sekolah) itu sendiri yang menentukan dan membuat kurikulumnya sendiri. Maka Sekolah tersebutlah yang berhak untuk menentukan alat ukur kelulusan siswa. Dengan demikian, kecurangan yang dilakukan secara berjamaah di seluruh Indonesia dapat dihentikan, untuk kemudian dapat menatap sistem pendidikan yang jujur, berwibawa dan bermartabat.
b. Meningkatkan Mutu Pendidik
Telah banyak sekali tulisan dan ungkapan bahwa guru adalah ujung tombak penentu kemajuan pendidikan. Semakin bagus kualitas guru, semakin baguslah kualitas pendidikan di negeri ini. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan mutu guru di antaranya:
1. Meningkatkan volume dan mutu Pendidikan dan Latihan (Diklat)
Meningkatkan volume diklat ditujukan untuk memeratakan kesempatan untuk mengikuti pelatihan. Karena kondisi yang terjadi saat ini adalah hanya guru-guru senior dari itu ke itu saja yang dikirim oleh kepala sekolah untuk mengikuti diklat, sementara guru-guru junior atau honorer selalu lupa untuk dikirim mengikuti pelatihan.
Meningkatkan mutu ditujukan agar diklat yang selama ini dilakukan dapat dirubah polanya. Diklat yang biasanya dilakukan hanya untuk menghabiskan anggaran pendidikan, ke depannya harus dibuat disain yang lebih mantap. Pembicara diklat sebisa mungkin untuk tidak didatangkan dari pengawas sekolah atau tim widyaswara belaka, namun lebih kepada trainer-trainer yang berpengalaman, dan jika perlu untuk memberikan guru yang berprestasi dan mempunyai kaalifikasi tinggi untuk dijadikan sebagai pemateri (trainer). Karena kondisi di lapangan saat ini, ketika pembicara membawakan materi metode pengajaran (misalnya dengan menggunakan peralatan teknologi), namun sang pemateri tidak mampu mengoperasikan komputer dan LCD dalam menampilakan materi melalui power point, dll.
2. Memberikan kesempatan kepada Guru untuk Melanjutkan Studi (S-2)
Kesempatan untuk melanjutkan studi bagi guru adalah kesempatan berharga dan selalu dinantikan bagi guru-guru di Indonesia. Karena di era global seperti saat ini, banyak sekali perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hanya didapat jika guru mengupdate ilmunya. Salah satu cara agar guru selalu terpicu untuk hal tersebut adalah dengan melanjutkan studi magisternya. Memberikan kesempatan melalui pemberian beasiswa kepada guru yang mempunyai prestasi dan kemauan untuk belajar, dinilai sebagai langkah strategis untuk kemajuan pendidikan. Jika selama ini beasiswa pendidikan lebih banyak difokuskan kepada dosen saja, maka ke depan Mendiknas harus mulai memikirkan beasiswa S-2 untuk guru.

c. Peningkatan kesejahteraan Guru (Khusunya untuk Guru Honorer)
Agenda terdekat Mendiknas baru yang selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Hal ini bukan berarti guru mengejar materi atau kekayaan, namun lebih kepada imbal jasa dari pemerintah kepada guru atas jeri payah yang dilakukan dalam mendidik putra-putri pertiwi. Kesejahteraan guru terutama bagi guru honorer masih sangat memprihatinkan, sudahlah gajinya kecil terkadang gaji tersebut diterima per tri wulan. Berarti selama tiga bulan sang guru honorer harus rela berhutang demi membuat dapurnya berasap. Jika selama ini permirintah telah menaikkan gaji guru untuk PNS, maka Mendiknas baru harus berani mendesak anggota dewan pusat dan atau daerah untuk memberikan alokasi tambahan untuk gaji guru honorer. Jika, gaji guru honorer dan guru PNS sudah seimbang maka, tidak akan ada lagi kesenjangan sosial di lingkungan sekolah.
d. Peningkatan Kualitas Infrastruktur
Mendikas baru juga tidak boleh melupakan bidang infrastruktur. Karena proses belajar mengajar hanya akan berjalan dengan lancar, apabila didukung dengan fasilitas saranan dan prasarana yang memadai. Selama lima puluh tahunan lebih bangsa Indonesia telah merdeka, namun kita masih sering jumpai gedung sekolah yang bocor, diding yang sudah pecah, lantai yang sudah hancur, meja yang kehilangan kaki, kelas yang tak berjendela dan berpintu, dll.
Menteri Pendidikan Nasional yang akan membantu SBY-Boediono, haruslah berani mengambil terobosan baru. Hanya sosok menteri yang berani mengambil kebijakanlah yang akan mampu memperbaiki infrastruktur sekolah di Indonesia.



e. Meningkatkan Moral Generasi Muda
Moral generasi muda yang saat ini mulai terdegradasi, harus menjadi PR tersendiri bagi Menteri Pendidikan yang baru. Sosok pemimpin yang beriwaba dan bermoral, pasti akan mampu membenahi sistem pendidikan nasional. Pendidikan bermakana memberikan didikan kepada siswa dan bukan sekedar mengajari ilmu namun lebih memberikan bekal pola bertingkah laku yang bermoral dan berakhlakul karimah. Moral bangsa ini hanya bisa diprebaiki dengan pendidikan, tentunya sistem pendidikan yang mempunyai aturan yang jelas yang akan mampu membenahi moral mereka. Mendiknas harus dapat bekerja sama dengan menteri Agama, agar dapat seiring sejalan dalam memberikan ajaran keagamaan. Mendiknas harus juga berani memberikan teguran kepada stasiun televisi dan situs-situs internet yang akhir-akhir ini memberikan tayangan dan tulisan yang tidak mendidik, dan terkesan merusak moral anak muda.
f. Memberikan Konsep yang Jelas tentang Sekolah Gratis
Konsep sekolah gratis yang selalu rame diiklankan pemerintah di televisi rupanya sering diartikan lain oleh masyarakat. Masyarakat tahunya anak-anak mereka tidak akan lagi dipungut biaya ketika berada di bangku sekolah. Padahal dalam UU disebutkan bahwa sekolah dan masyarakat harus bekerja sama dalam membangun pendidikan di daerah masing-masing. Namun, setelah adanya iklan Sekolah gratis, masyarakat tidak lagi bersedia meberikan sumbangan untuk pembangunan sekolah, dengan dalih Indonesia sudah punya 20 % anggaran untuk pendidikan.
Ke depan, agar tidak terjadi salah pengertian antara masyarakat dan pihak sekolah, Kementrian pendidikan nasional harus dapat meberikan sosialisasi yang gamblang tentang apa itu sekolah gratis. Karena dalam prakteknya, pemerintah terkesan tidak benar-benar siap dalam melakukan program ini, terbukti masih banyak biaya-biaya pendidikan yang masih dibebankan pada sekolah dan masyarakat (komite sekolah).

g. Perbaikan Kualitas Kepala Dinas di Propinisi dan Kabupaten Kota
Apalah arti menteri pendidikan yang bagus, apabila bawahannya dalam hal ini pelaksana lapangan tidak mempunyai kulitas yang tinggi. Tidak dapat dipingkiri bahwa, masih banyak pejabat di lingkungan pendidikan nasional di Indoneisa dalam perekrutannya menggunakan sistem Nepotisme dan Kolusi. Tidak heran jika, dalam pelaksanaan UN beberapa bulan yang lalu banyak kecurangan yang tidak terungkap, karena ada indikasai bahwa kecurangan-kecrangan tersebut malahan diperintahkan oleh kepada dinas yang ada di Provinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia. Imbasnya, kepala sekolah tidak dapat berbuat banyak karena mendapat tekanan dari atasannya. Kepala sekolahpun kemudian memerintahkan kepada guru-guru untuk menjadi tim sukses dalam menghadapi UN.
Sekali lagi, sebagus apapun menteri pendidikan di Indonesia, jika tidak dibarengi dengan kulaitas pelaksana di lapangan maka semua akan sia-sia. Memang pada dasarnya kepala dinas pendidikan provisi dan kabupaten tidak ditunjuk oleh menteri, melainkan oleh gubernur/bupati/walikota, namun menteri pendidikan dalam hal ini bisa memberikan pelatihan demi untuk meningkatkan kualitas kejujuran dan profesionalisme para pejabat eselon Pendidikan di Provinsi dan kabupaten kota.

Majulah pendidikan Indonesia, kami yakin HARAPAN ITU MASIH ADA. Selama ada kemauan dan tekat bulat dari kita semua maka pendidikan Indonesia selangkah demi selangkah akan sejajar dengan kualitas pendidikan Negara lain. Selamat kepada Menteri pendidikan yang terpilih, semoga dapat menjalankan amanah selama lima tahun ke depan dengan ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab.

*) Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMA N 9 BATANG HARI dan MAS Darussalam Jangga Baru, Batang Hari

GRACA MACHEL-AN AFRICAN FIRST LADY

October 27, 2009 Add Comment
Graca Machel

Graca Simbine Machel was born on October 17, 1945 in Incadine, Gaza, Mozambique. She was sent to a Methodist mission school at age 6 and later went to university in Portugal on a mission scholarship. There she mingled with students from other Portuguese colonies and developed her liberation politics. Upon returning to Mozambique in 1973, Graca joined FRELIMO. Though she received military training, she worked with women and children and taught school. In 1974, she was appointed Deputy Director of the FRELIMO Secondary School at Bagamoyo. Following independence in 1975, Graca became Minister of Education and Culture and a member of FRELIMO's Central Committee. During her tenure (she resigned in 1989), the percentage of children enrolled in primary and secondary schools doubled. Primary school enrolment increased from 40% of children in 1975 to over 90% of boys and 75% of girls by 1989. She married Samora Machel, the first President of Mozambique, in 1975.


Graca Machel and Samora Machel


Graca Machel is the widow of Mozambique first President, Samora Machel, killed in an airplane crash in 1986. They were blessed with two children and is step-mother to Samora Machels five children.



Graca Machel was devastated. Pictures of the Machel funeral show her bowed over her husband's casket, prostrate with pain. "His death was so unexpected, and it was in such a violent way," she recalled for Ebony. In the company of many other sympathizers, jailed South African activist Nelson Mandela and his then-wife, Winnie, sent warm condolences for the loss of Samora Machel. Machel replied as soon as she felt able to do so. The newspaper Scotland on Sunday quoted her reply, "Those who have locked up your husband have killed mine," she wrote to Winnie Mandela, "They think that by cutting down the tallest trees they can destroy the forest," she added.

The "forest" continued to grow, but Graca Machel felt she had given whatever she could to her government post. She was now a widow with the solitary responsibility of bringing up her family alone, and she felt it was time for a change of scene. Soon after her husband's death she resigned her post as Minister of Education, leaving behind a sterling record--1.5 million children in school, as against 400,000 when she had arrived. source: Answers


President Machel was killed in a plane crash in 1986. The Truth and Reconciliation Commission in South Africa is now inquiring into the plane crash, in which many believe the South African apartheid government to have been involved. Graca re-entered the global spotlight as a result of her July 1998 marriage to South African President Nelson Mandela. The couple commute between South Africa and Mozambique, and Graca continues her work with multiple organizations in Mozambique and at the U.N.


Josina Machel, Nelson Mandela, Malenga Machel and Graca Machel at Malenga’s graduation ceremony at University of Cape Town. Source:Oryxmedia

Mama Graca with son Malenga. Graca Machel also serves as a chairperson of the Whatana Group and investment company managed by her son Malenga in Mozambique.





The friendship between the two deepened in 1991, when African National Congress head Oliver Tambo died, passing his position as Machel's children's godfather on to Mandela.


Nelson and Graça were married on July 18, 1998, his eightieth birthday, in the presence of family, sixteen friends, and one photographer. "They were married in the new house [in Houghton], Mandela in a gold-patterned open shirt, Graca wearing a long white dress with wide puffed sleeves, Elizabethan-style. They were blessed beforehand by the Chief Rabbi, and also by the Muslim Sheikh Nazim Mohammed and the Hindu Mrs. Nanachene. They were married by a methodist Bishop, Myume Dandala -- since they had both been brought up as Methodists -- assisted by Desmond Tutu ..." Source: Anthony Sampson. Mandela: The Authorized Biography. 2000.


South African Former President Nelson Mandela (R), his wife Graca Machel (C), and Mandela's grandson Ziyanda Manaway celebrate Mandela's 91st birthday on July 18, 2009 in Houghton, Johannesburg. Mandela, South Africa's first black president, celebrated his birthday surrounded by family and anti apartheid stalwarts at his Johannesburg home.


Graca Machel laughs with Nelson Mandelas ex-wife, Winnie Madikizela-Mandela, at an event put on by South Africa's ruling African National Congress to mark his 90th birthday.


Graca Machel has been very active internationally and is world-renowned for her commitment to children's and women's rights, education, and development. She served as President of the National Commission of UNESCO in Mozambique, as a delegate to the 1988 UNICEF Conference, and on the steering committee of the 1990 World Conference on Education for All. In 1994 UN Secretary-General Boutros Boutros-Ghali appointed Graca the independent expert in charge of producing the U.N. Report on the Impact of Armed Conflict on Children, and Graca spent 1994-96 traveling to investigate the plight of children in countries beset by war. The subject had never before been studied in depth and Graca's report was ground-breaking. As a result of her report, the General Assembly authorized the Secretary-General to appoint a Special Representative on the impact of armed conflict on children.

Over the years, Graça Machel has gained international recognition for her achievements. Her many awards include the Laureate of Africa Prize for Leadership for the Sustainable End of Hunger from the Hunger Project in 1992 and the Nansen Medal in recognition of her contribution to the welfare of refugee children in 1995. She has received the Inter Press Service’s International Achievement Award for her work on behalf of children internationally, the Africare Distinguished Humanitarian Service Award and the North-South Prize of the Council of Europe, among others.


Graça Machel has served on the boards of numerous international organisations, including the UN Foundation, the Forum of African Women Educationalists, the African Leadership Forum, and the International Crisis Group. Among many other commitments, she is Chair of the Fund Board for the Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), Chancellor of the University of Cape Town, and Peer of the African Peer Review Mechanism.




MORE INFORMATION AND TEXT SOURCES

The Elders

Brandeis University
Checklist Kesiapan Keberangkatan Peserta Pertukaran Pemuda

Checklist Kesiapan Keberangkatan Peserta Pertukaran Pemuda

September 28, 2009 Add Comment
Checklist Kesiapan Keberangkatan


Dear Bapak/Ibu, dibawah ini ada daftar checklist kesiapan. Tujuan dari checklist ini adalah untuk membantu Bapak/Ibu memantau persiapan apa saja yang telah dilakukan dan persiapan apa saja yang belum dilakukan. Checklist ini bersifat anjuran kebutuhan aktual bisa bervariasi. Tapi kan lebih baik disiapkan dari awal. ALWAYS BE PREPARED!! Tapi ingat juga.. MAX. LUGGAGE 16 KG!!
(Data ini dkutip dari check list Pertikaran Pemuda Indonesia-Asutralia)


NO Item yang perlu disiapkan Jumlah Checklist ()
1. Pakaian
- Kemeja putih 1
- Kemeja semi formal 2
- Kaos kasual 4
- Celana hitam 1
- Jeans 2
- Jaket/Kardigen 1
- Baju renang 1
- Kaos Kaki 3
- Sepatu formal (hitam) 1
- Sepatu olah raga 1
- Sendal jepit 1
- Sabuk 1
- Pakaian tidur 2
- Pakaian dalam 7
- Celana pendek/training 2
Khusus perempuan:
- rok hitam 1
- rok semi formal 1
- cepol (konde untuk rambut) 2
- bicycle pants 1
- longtorso/kemben 1
- Untuk yang pake kerudung membawa kerudung putih dan hitam Masing2 1
- Untuk yang pake kerudung membawa kaos lengan panjang yang biasanya menjadi dalaman baju bisa hitam atau putih 1
Khusus laki-laki:
- Dasi 1

2. Perlengkapan
- Kamera1
- Alat tulis Satu set
- Alat beribadah: disesuaikan dengan agama masing-masing

- CD kosong Min. 5
- Gunting kuku 1
- Foto Keluarga dan teman-teman Secukupnya
- Semir sepatu 1
- Gembok kecil untuk suitcase 2
- Obat-obatan pribadi (obat alergi, Vitamin, obat dari dokter –kalau ada, obat nyamuk, obat maag dll)
- Perlengkapan Mandi
- Sabun cuci saset 1
- Adopter listrik colok 3 ke 2, karena di OZ listrik colokan lobang nya 3 1
- LIP BALM (bibir kita pasti akan pecah pecah karena perbedaan suhu udara), Lotion Kulit (untuk menjaga agar kulit kita tetap lembab dan tidak kering/pecah) 1
- KACA MATA HITAM (SUN GLASSES) 1
- Charger Hand Phone 1
- Topi 1
- Laptop bagi yang ada, usahakan software windows Asli. Laptop sangat berfungsi jika untuk memindahkan foto ke computer. 1
- Stick / Flash Disk 1

3. Kesenian

- CD lagu daerah jambi / Indonesia 1 buah
- Pamflet, CD promosi wisata daerah Min. 1

4. Suvenir (disarankan yang mewakili daerahnya)
- Keluarga angkat OZ (Bisa Berupa Kain batik jambi / Sarung)
2 – 3 buah
- Workplacement OZ (Gantungan Kunci) 2 – 3 buah
- Suvenir kecil 15 – 30 buah

5. Persiapan Kontingen (hal-hal yang perlu dibawa secara bersama)

- Medical Kit Kontingen (Isinya adalah obat-obatan First Aid, Antangin, Antimo, Obat batuk, Obat sakit kepala, Obat Maag, Obat sakit perut (diare), dll 1 set

- Pita Merah Putih untuk tanda di bagasi (INI SANGAT PENTING, KETIKA BERADA DI BANDARA OZ, KITA AKAN KEBINGUNGAN MENCARI TAS KITA, JIKA ADA PERTANDA PITA MERAH PUTIH MAKAN AKAN MEMPERCEPAT KERJA KITA) 2 roll

Administrasi
- Passport
- Photocopy passport
- Surat keterangan dari Diknas
- KTP
- Photocopy berkas-berkas administrasi yang diminta oleh DIKNAS (KK, AKTE LAHIR, NPWP, PHOTO, dll)



Maaf bapk dan ibu, tulisan ini saya buat pake table. namun piranti blog saya tidak bisa menampilkannya. jika ada yang kurang jelas sms aja ya...

AFRICA ON LENS- MICHAEL POLIZA

September 22, 2009 Add Comment

Michael Poliza is a wildly successful German IT entrepreneur who sold his companies in 1997 and set off to capture the world on film.



MICHAEL POLIZA-THE MAN BEHIND THE CAMERA


As a teenager, he was as well known as any actor could possibly be in the Germany of that time, and appeared in well over 100 television shows and films. Poliza went on to make his fortune in the IT world, but in 1997, sold his companies with a view to buying a boat and setting sail for some exotic and relaxing locale. However this is not a man to do things by half measure, and in record time the Starship Millennium Voyage was underway. This three-year multimedia expedition around the world on a 75 ft expedition yacht was sponsored by SONY, Microsoft, Deutsche Telekom, Olympus and the WWF, and was broadcast daily on the Internet and followed by millions of people around the world.





Poliza’s first coffee table book was published in Germany and focused on the journeys and discoveries of the Starship Millennium Voyage. Quickly becoming a bestseller, it sold more than 50 000 copies. True to his IT roots and passions, Poliza was one of the pioneering photographers to embrace digital photography, and his Starship book was the very first coffee table book to carry more than 50% digital content.

That expedition over, Poliza returned to the continent that had stolen his heart: Africa. His book by that name was released to massive acclaim around the world in July 2006. Published by art photography specialists, teNeues (www.teneues.com), this is without a doubt the most talked-about photography title of recent years, showcasing Poliza’s keen eye for the beautiful simplicity of Nature’s graphics. The 10 000-copy first print run sold out in three months – quite an achievement for a title that costs in excess of ₤70. A more concise version was published in March 2007. The Essential AFRICA showcases the best of the bestselling AFRICA in a more portable format.






Stunning Himba women




I was about 10-12ft away in a vehicle, flat on the ground. She is looking through the ribcage of a buffalo that her pride killed a few hours before. Shot near Duba Plains,Okavango Delta, Botswana one of the worlds best place to see lion/buffalo interactions...


Nature photography provides you with many moments that can easily be described with cute, sweet, lovely, wonderful etc. But it is also very very much, the survival of the fittest. Eat and be eaten. Life and death. Happens every day, every hour, every minute. It is part of life....

This young Impala Antelope lamb was actually killed by a young female leopard. She was just on the way to a tree to eat it when about 8 Hyena came out of the bush and chased her off. She lost her kill and just barely made it to the tree. If they would have gotten her, they most definitely would have killed her. Eliminate competition. All the cats do that as well. The leopard was lucky, the Impala was not.
Michael Poliza



Michael Poliza teamed up with his friend Stefan Breuer on an 8-week helicopter expedition across Africa. Their long-held dream of flying from Hamburg to Cape Town is taking them across both Europe and Africa at low-level so that they can capture the beauty of both continents and share these birds-eye-view images with the world. This expedition was covered extensively by media in Europe and Africa. The book on the expedition, Eyes on Africa, was published in 2007.






BOOKS


In 2006, to fulfill a long-held dream, widely acclaimed photographer Michael Poliza and friend Stefan Breuer undertook a helicopter journey across Africa. Skimming close to the ground, they flew over 19 countries. Poliza's alluring and often surprising photographs share this exceptional journey with the world. With a birds-eye view, we witness the astounding beauty, scale and diversity of this imposing continent. The accompanying texts give a behind-the-scenes look at the making of the photographs, and brief background to some of the most fascinating subject matters.









TEXT SOURCES AND MORE INFORMATION

Michael Poliza Official Website


Michael Poliza Photo Stream