PROLOG
Tangan besar itu meneengkeramku begitu kuat. Aku berontak, memukul, menendang, tapi tetap saja, tubuhku yang lemah dan terlalu lelah tidak sanggup menahan tubuh besar yang sedang menekanku begitu kuat.
Gigi-giginya yang tajam berusaha meraih bibirku. Aku kembali memukulnya, tapi suara menggelegar dari lelaki yang mengurungku di tembok ini malah membuatku semakin takut.
Bibirku bahkan sudah terasa amis karena dia terus memaksa meneiumku dan menggigit bibirku saat aku berontak.
Rahangku mulai terasa basah saat dia meneiumku di sana. Aku jijik, benar-benar jijik. Kugigit bahunya keras-keras, berusaha melengahkannya. Tapi ternyata tidak semudah itu, tanganku disentaknya dan diikat dengan tali agar tidak bisa bergerak.
Aku menangis, meraung sekeras yang aku bisa saat tubuhku dibanting begitu keras ke sebuah ranjang. Aku kembali beneriak, tapi kemudian aku merasa mulutku penuh akan sesuatu.
Dia menyumpal mulutku dengan sapu tangannya.
Dan suara sobekan baju-yang aku tahu pasti itu bajukumembuatku benar-benar berhenti berontak. Otakku memaksa untuk terus melawannya, tetapi tubuhku terlalu lemah, aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Hanya air mata yang turun dari kedua indra penglihatanku.
EmoticonEmoticon