Bagi mereka yang saat ini punya tujuan jangka panjang untuk mempersiapkan diri masuk universitas, ada beberapa tantangan besar yang perlu dihadapi, salah satunya adalah: membagi waktu untuk belajar menghadapi tes seleksi masuk universitas. Sebagaimana kita ketahui, bahwa sebagian besar dari para calon peserta tes SBMPTN dan Ujian Mandiri tahun depan, saat ini masih duduk di bangku kelas 12 yang notabene berhadapan dengan jadwal sekolah yang sangat sibuk.
Sementara itu, ada juga sebagian calon peserta SBMPTN & UM yang saat ini sedang menjalani kuliah semester awal, dimana mereka juga akan disibukkan oleh kegiatan perkuliahan, seperti organisasi kemahasiswaan, tugas kuliah, kepanitiaan acara, ujian semester, dan lain-lain.Di balik berbagai macam kesibukan ini, selalu timbul pertanyaan dari para calon mahasiswa :
“Bagaimana caranya membagi waktu untuk belajar SBMPTN & Ujian Seleksi Mandiri di tengah-tengah kesibukan kelas 12 / perkuliahan?” – calon peserta tes SBMPTN & UMJawaban klisenya mudah : Mau tips bagi waktu belajar? Ya bikin jadwal belajar dong! Coba uraikan seluruh kegiatan harian lo, lalu kita sama-sama lihat dimana saja waktu luang yang bisa diisi dengan kegiatan belajar. Eh…eh…tunggu dulu nih! Memangnya semudah itukah membuat jadwal belajar yang efektif? Lalu apakah setelah bikin jadwal belajar yang detail, terus kita jadi otomatis punya waktu belajar dan kegiatan kita lebih terorganisir? Percaya atau Nggak, sebagian besar usaha untuk membuat jadwal belajar harian atau day-to-day, TIDAK AKAN BERJALAN EFEKTIF.
Lho kok bisa begitu? Cobain aja lo bikin jadwal belajar harian untuk persiapan tes (katakanlah SBMPTN). Tebakan gua sih lo cuma bisa bertahan ngikutin jadwal itu 1-2 hari doang. Di beberapa hari ke depannya, lo mulai ga disiplin dengan jadwal belajar lo. Terus lama kelamaan, lo malah bingung sendiri re-schedule ulang jadwal belajar lo karena di hari sebelumnya lo berhalangan belajar. Ujung-ujungnya, ga jarang orang yang bikin jadwal belajar harian malah lebih ribet ngurusin re-scheduling jadwalnya ketimbang belajarnya. Bagi yang pernah bikin jadwal belajar harian, mungkin ada yang baca tulisan ini sambil manggut-manggut. Believe me, been there-done that!
“Terus gimana dong? Apakah itu berarti kita ga boleh bikin jadwal belajar?”Kuncinya bukan boleh bikin jadwal belajar atau nggak, tapi metode yang digunakan itu efektif atau nggak. Contoh metode jadwal belajar yang (menurut gua pribadi) kurang efektif adalah metode yang paling sering digunakan para pelajar, yaitu metode TIME-TABLE. Prinsip metode penjadwalan ini TIME-ORIENTED banget, kita tinggal perlu menguraikan seluruh jadwal kita selama seminggu penuh, lalu kita plotting satu per satu kegiatan kita. Sebagai contoh gua illustrasikan jadwal belajar SBMPTN dengan metode time-table pada gambar di bawah ini:
Mungkin ada yang pernah coba bikin jadwal seperti ini di calendar apps smartphone lo? Berdasarkan pengalaman gua pribadi + klarifikasi ke beberapa orang yang pernah bikin jadwal belajar harian seperti ini, gua berani bilang metode pendekatan time-oriented ini kurang tepat untuk jadi jadwal belajar jangka panjang, khususnya belajar SBMPTN & Ujian Mandiri. Kenapa bisa gitu? Ada 2 alasan utama:
- Terlalu strict terhadap WAKTU hanya akan membuat lo ga bisa enjoy proses belajar. Kehidupan manusia itu dinamis, dan hampir selalu ada hal yang terjadi di luar rencana. Masalahnya dengan metode time-oriented gini, lo jadi ga fleksibel terhadap kegiatan lo. Begitu ada 1 jadwal belajar yang terlewat, berantakan sudah lo harus ngebenerin semua plot yang udah lo susun rapih sebelumnya. Biasanya sih, ujung-ujungnya energi dan perhatian kita malah tersita untuk menyusun ulang jadwal kita setiap hari.
- Dalam konteks persiapan tes jangka panjang, otak lo akan jauh lebih sulit mencerna jika semua pelajaran lo paksakan masuk dalam waktu singkat. Bayangkan kalo lo lakukan jadwal di atas, hari senin siang belajar TPA verbal, sorenya matdas, besoknya selasa bahasa inggris, terus nanti hari Jumat belajar Fisika, Biologi, & Kimia. Dalam waktu yang singkat, otak lo dipaksa untuk menerima begitu banyak informasi, istilah, konsep, dan lain-lain. Ujung-ujungnya lo malah bisa kebingungan sendiri. Bahkan bisa jadi istilah-istilah Kimia dan Fisika jadi kecampur-campur di otak lo saking pusingnya.
“Oke terus gimana dong cara bikin jadwal belajar yang efektif?”
Kuncinya adalah: ubah perspektif lo dalam membuat jadwal belajar. Kalau sebelumnya kita membuat jadwal dengan konsep time-oriented, sekarang coba ubah perspektif kita dengan membuat jadwal dengan konsep TASK-ORIENTED.
Apaan tuh konsep task-oriented? Prinsipnya kalau tadi kita mulai dengan membedah/menguraikan WAKTU yang lo punya kemudian baru plotting kegiatan yang mau lo kerjain. Sekarang justru dibalik. Lo bedah/uraikan dulu KEGIATAN yang mau lo kerjain, soal ada waktu/nggak, jangan lo pusingin ke arah situ dulu.
Maksudnya gimana sih membedah kegiatan? Yuk kita mulai dengan contoh dalam konteks belajar SBMPTN. Katakanlah misalnya lo mau membedah kegiatan belajar TKPA Matematika Dasar (Matdas).
LANGKAH 1: Telusuri Sebanyak Apa Bahan Materinya
Ada apa aja sih bahan materi matdas? Kalo kita lihat di zenius.net, lo bisa dengan lebih mudah menguraikan seluruh bahan materi Matematika Dasar SBMPTN, lo bisa lihat pembagian materinya di sini:
LANGKAH 2: Buatlah PAKET BELAJAR berdasarkan Topik Materi
Gambar di atas itu contoh dalam membuat paket belajar yang gua bedah berdasarkan topik-topik materi Matematika Dasar SBMPTN.
LANGKAH 3: Fokus Penyelesaian Paket Belajar dengan Target Mingguan
Oke setelah lo bikin paket-paket belajar, lo jadi tau betul ruang lingkup kegiatan yang lo akan lakukan. Lo juga udah bisa kebayang kira-kira kegiatannya akan seperti apa: bisa jadi pendalaman materi, bikin rangkuman/mind-map, latihan soal, atau try out mandiri. Dengan bikin paket belajar, lo juga bisa estimasi kira-kira berapa lama waktu yang lo butuhkan dalam menyelesaikan paket belajar tersebut. Bisa jadi 60 menit, 90 menit, 120 menit, terserah kapasitas dan waktu luang lo sendiri.Nah, setelah lo membedah daftar kegiatan yang mau lo jalani, langkah selanjutnya adalah plotting kegiatan-kegiatan tersebut menjadi target mingguan. Sampai di sini lo harus hati-hati, jangan sampai ujung-ujungnya jadi terjebak dalam sistem timetable lagi. Terus gimana dong supaya plotting kegiatannya tidak berbasis time-oriented? Berikut adalah beberapa hal yang perlu lo cermati:
A. Jangan terlalu strict terhadap waktu.
Dalam proses organizing kegiatan lo, jangan taruh komitmen lu pada ‘waktu’, tapi taruh komitmen lu pada ‘kegiatan’. Artinya apa? Ketika lu punya target ‘Paket Belajar’ yang harus dikerjakan dalam 1 minggu, lo GAK PERLU plotting bahwa paket Matdas-I harus dikerjakan hari Senin, atau paket belajar Matdas-II & III dikerjakan hari Rabu, lengkap dengan jam, menit, detik. Jangan seperti itu. Kalau lo lakukan itu, ujung-ujungnya jadi sistem time-table lagi. Jadi gimana dong? Bikin aja daftar paket belajar yang mau lo capai dalam seminggu, tanpa lo harus terbebani kapan lo harus mengerjakan itu.Kesannya ini sepele, tapi begitu lo ga dibebani oleh jadwal yang mengekang, lo jadi lebih fleksibel dalam mengerjakan target mingguan tersebut. Ingat, taruh komitmen lu pada ‘kegiatan’, gimanapun caranya supaya target lo itu tercapai. Dalam prakteknya, lo bisa ngerjain paket belajar itu kapanpun lo merasa NYAMAN mengerjakannya. Bisa jadi lo lebih nyaman nyicil 2-3 hari sekali, atau bisa jadi lo kebut semua di akhir minggu, terserah gimana lo NYAMAN & lagi MOOD untuk belajar. Ketika lo punya otonomi, punya keleluasaan, punya fleksibilitas, gua yakin belajar lo lebih efektif dan enjoy. Gak kerasa terus dikejar-kejar oleh waktu/deadline. Apalagi kalau paket belajar yang lo susun sebelumnya udah disertai dengan estimasi durasi waktu. Wah makin fleksibel lagi deh lo bisa menyesuaikan jadwal belajar dengan waktu luang lo!
Supaya lo lebih kebayang, gua kasih gambaran simpelnya seperti gambar ini:
Wah terus kalo misalnya ga berhasil mencapai target mingguan gimana dong? Inget prinsip ini:
Dengan prinsip di atas, ‘waktu’ bukan lagi jadi indikator yang harus ditaati, tapi hanya sebagai alat bantu untuk mengevaluasi sejauh mana lo udah menyelesaikan target kegiatan lo. Jadi kalo lo misalnya ga mencapai target minggu sebelumnya, lo tinggal masukin aja ‘paket belajar’ itu jadi target tambahan di minggu berikutnya untuk ‘nebus dosa’. Sistem evaluasi ini jauh lebih gampang dan efisien daripada sistem timetable yang harus ribet mikirin hari apa, jam berapa, dan sebagainya.Tujuan bikin jadwal itu bukan untuk dijalani secara strict 100%, tapi untuk merancang aktivitas yang terarah dimana penerapannya bisa terus kita EVALUASI secara berkala.
Dengan mengubah perspektif kita dari TIME-ORIENTED menjadi TASK-ORIENTED, kita jadi mengubah pola pikir dari yang tadinya:
“Wah sekarang hari Jumat terus udah jam 6 sore, yaah berarti udah waktunya belajar Biologi nih!”menjadi seperti ini:
“Oke, minggu ini target gua belajar paket belajar (A, B, C, D). Kira-kira untuk hari ini enaknya gua luangkan waktu untuk belajar yang mana ya…?”See the difference? Ini emang kesannya cuma ngubah perspektif doang, tapi efeknya BEDA BANGET, try it!
B. Ganti sistem kalender jadi sistem countdown.
Dalam metode task-oriented, kita udah ga perlu lagi memandang ‘waktu’ berdasarkan timetable kalender, tapi berdasarkan sistem ‘countdown’. Maksudnya gimana? Dalam konteks SBMPTN misalnya, kita bisa contohnya target mingguan yang udah gua illustrasikan pada gambar sebelumnya. Lo bisa lihat bahwa di kolom yang berwarna kuning ada tulisan W-37, W-36. Itulah yang gua maksud dengan sistem countdown.Sebagai gambaran, jadwal ujian tertulis SBMPTN tahun 2017 adalah tanggal 31 Mei 2017, artinya pada minggu ketika artikel ini ditulis, 11 September 2016, kita masih memiliki 38 minggu lagi menuju hari H-SBMPTN, atau bisa kita sebut W-38 (week-38). Berarti minggu setelah minggu ini akan kita sebut W-37, lalu W-36, dst… sampai 1 minggu sebelum hari-H SBMPTN kita sebut W-1.
Sistem countdown ini bukan saja lebih simpel, tapi juga bisa jadi ‘alarm’ yang ampuh untuk mengevaluasi sejauh mana lo udah progress dalam belajar. Kadang kalo orang berpikir dengan perspektif kalender, suka ga akurat kalkulasinya:
“Ah masih bulan (misalnya) Januari ini, masih lama kok SBMPTN…Nanti belajarnya dikebut belakangan aja”Padahal kalo pakai sistem countdown, kita bisa lihat secara akurat bahwa awal Januari 2019 itu udah W-20 SBMPTN. Berarti kita cuma tinggal punya 20 minggu lagi sampai pada hari ujian SBMPTN. Dengan pakai sistem countdown, lo jadi lebih awas dalam melihat progress sudah sejauh mana kesiapan lo.
C. Rancang penempatan aktivitas (paket belajar) secara terencana.
Inget pesan gua sebelumnya, jangan merancang jadwal belajar yang bikin otak kita overload karena kita memaksakan terlalu banyak informasi yang masuk dalam waktu singkat. Belajar untuk ujian seleksi masuk universitas jangan disamakan dengan belajar harian di sekolah yang gonta-ganti pelajaran/topik dengan cepat. Pertanyaan dalam ujian SBMPTN itu sangat menguji konsep pemahaman kita, banyak pertanyaan jebakannya, dan tipe soalnya sangat bervariasi. Jadi cara belajarnya juga harus lebih mendalam, lebih berorientasi untuk memahami konsepnya, sampai betul-betul menguasai materinya secara mendetail.Oleh karena itu, gua pribadi menyarankan agar lo bisa merancang program belajar lo untuk fokus pada 1 pelajaran (atau maksimal 2 deh) dalam seminggu penuh, baru kemudian minggu depannya masuk ke pelajaran lain. Lo bisa lihat kembali illustrasi yang gua tampilkan di atas, pada W-37 gua fokuskan pada pelajaran Matdas, pada W-36 fokus pada TPA, minggu berikutnya W-35, balik lagi ke Matdas, dst… Dengan begitu, lo jadi lebih fokus belajar pada 1-2 pelajaran secara mendalam hingga memahami konsepnya dengan matang.
****
Oke, secara garis besar itulah tips dari gua seputar membuat jadwal belajar yang menurut gua pribadi, lebih cocok diterapkan untuk persiapan tes jangka panjang seperti seleksi masuk universitas. Namun bisa juga diterapkan untuk persiapan tes lainnya seperti Ujian Nasional, TOEFL, IELTS, GRE, SAT.
Terlepas dari itu, perlu gua akui bahwa tips yang gua sampaikan di atas bukan berarti cocok 100% untuk semua orang. Jadi kalau memang lo merasa kurang cocok dengan tips di atas dan lebih nyaman dengan cara lo sendiri, jangan dipaksakan. Gua sadar semua orang punya caranya tersendiri & gua harap lo menerapkan cara yang paling membuat lo merasa nyaman & enjoy dalam belajar. Tapi buat lo yang mungkin selama ini masih merasa kesulitan dengan merancang jadwal belajar, coba deh bikin perencaan belajar lo seperti tips gua di atas. Selamat mencoba!
EmoticonEmoticon