Diana menatap gundukan tanah merah basah itu dengan napas tertahan. Air mata terus mengalir membasahi pipi tirusnya. Perlahan, ia mengelus deretan huruf pada nisan yang masih belum mengering di hadapannya penuh sayang.
'Sudah berapa kali aku katakan padamu untuk meninggalkannya?“ Dia menegadah, berusaha menghalau tetes bening di pelupuk mata agar tak kembali jatuh, saat rasa sakit dan sesak tak berperi tiada henti merajam sesuatu yang tersemat di balik dada. Suara gadis itu bahkan sudah mulai serak akibat terlalu lama menangis. "Tapi kamu tidak pernah mau mendengarkanku,‘ Ianjutnya.
'Sekarang lihat dirimu!‘ Menggigit bibir, ia memperhatikan kembali gundukan tanah itu dengan seksama. Tersenyum remeh guna menutupi hatinya yang kian perih, ia berujar, 'Terkubur di sini, karena orang yang kamu cintai.‘ Buliran bening yang sudah ia tahan matimatian, berhasi| lolos dari sudut mata Diana. Jatuh tepat di tengah pusara.
'Cintamu telah kalah sepenuhnya!‘
EmoticonEmoticon