lembar kitab wama kuning yang menjelaskan tentang berbagai adab yang hams dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya. Dan datang lebih awal dibanding sang pendidik ketika berada dalam sebuah majelis ilmu adalah salah satu adab yang ia pelajari.
Namun tampaknya, pelajaran tentang adab itu lak akan Hilya praktekkan pagi ini. Ketika kakinya sempuma menjejaki kampus, Hilya justru berhenti. Matanya membulat bahagia. Di sana, di ujung kon'dor tepat lurus dengan tempat Hilya berdin', seseorang juga tengah memasuki kampus dari area parkir dosen dengan langkah tegas.
Ya Allah, terima kasih. Sepagi ini aku sudah Kau izinkan melihat makhluk-Mu yang begitu indah. Hilya tersenyum.
“Hi1, kok masih di sini? Tadi katanya keburu telat?” Niswa yang akhimya berhasil menyusul Hilya ikut berhenti.
“Hust, Nis. Lima detik dari sekarang lebih penting daripada dua jam mata kuliah kita nanti.” Hilya berbisik, tatapannya masih sempuma lurus pada ujung koridor kampus. Niswa yang merasa tidak diperhatikan. akhimya mengikuti arah tatap mata Hilya.
“Huh, Ustaz Kece temyata. Udah ayo. Hi1, masuk ih. Katanya keburu telat.” Niswa dengan gemas menarik tangan Hilya untuk menaiki tangga, Hilya mengerucutkan bibir sembari
mengikuti langkah lebar Niswa. ***
“Nisaaaaa ....” Seisi ruang kelas kontan menoleh mendengar suara cempreng Hilya. Langkah gadis itu bahkan belum sempuma memasuki kelas. namun suara nyaringnya telah lebih dahulu memenuhi ruangan lempat belajamya ilu.
“Ups, afwan.2 Assalamualaikum, sahabat-sahabatku tercinta.” Hilya memamerkan rentetan gigi putihnya demi melihat kawan seisi kelas yang melotot mendengar suara cemprengnya tadi.
“Waalaikumsalam, Miss Ribut.”
Kali ini Hilya balas melotol ke arah seorang lelaki yang baru saja menjawab salamnya. Setelah mendapat cengiran tanpa
EmoticonEmoticon