itu selalu menjadi fokusnya sejak dia mengenalnya. Layaknya matahari yang berada di tengah sebagai pusat rotasi, wanita itu menjadi pusat kehidupan si lelaki.
Selama bertahun-tahun, Layda Arum menjadi fokus kehidupan laki-laki 32 tahun bernama Prasetya Pradana-sapa saja Pras. Ketika mata Pras terbuka, nama Layda langsung memenuhi setiap ruang dalam pikirannya. Hingga dia membaringkan diri untuk tidur malam pun, nama itu pula yang terakhir kali dia pikjrkan.
Apakah Layda Arum melakukan pekerjaannya dengan baik? Apakah dia makan dengan teratur? Apakah dia terlalu lelah menjalani harinya? Apakah dia baik-baik saja? Pertanyaanpertanyaan itu seolah enggan meninggalkan kepala Pras, padahal dia tak pemah memedulikan ha] serupa untuk dirinya sendiri.
Sekali lagi, Layda sosok penting bagi Pras. Sosok yang selalu Pras pedulikan, apa pun situasinya. Layaknya kontrak kerja permanen yang ditulis dengan tinta darah yang tidak mungkin dihapus, Pras merasa hidupnya hanya untuk Layda sehingga dia peduli atas semua hal tentang hidup Layda.
Tidak peduli Layda membuat kesalahan sebesar apa pun dalam hidupnya, Pras hams tetap berada di sisi wanita itu untuk membelanya. Tidak peduli separah apa pun luka yang diguratkan Layda padanya, Pras diminta tetap diam di tempat. Ini seakan kontrak kerja mati yang ditakdirkan Tuhan untuk pria itu.
EmoticonEmoticon