”Dia jatuh sendiri, kok,"Ghani membela diri.
”Kak Rum, hanya lecet sedikit.Tak usah menangis, yaf’Jessica menenangkan putrinya yang masih terisak setelah ia memeriksa kedua lutut dan siku Rumana.
”Kita pulang saja kalau begitu,” putus Jessica. Dia menoleh ke arah Indah dan tersenyum.”Makasih, Kak Indah. Maaf aku baru sempat ke sini."
"Enggak apa-apa, Jess. Aku yang seharusnya minta maaf. Gara-gara flu, aku tidak bisa ke rumahmu untuk menunjukkan rancangan kamar bayil’balas Indah.
Setelah Rumana dan ibunya pergi, Ghani masuk rumah dengan marah. Dia menendang apa pun yang ditemuinya. Kini giliran Indah yang membujuk putra satu-satunya yang entah karena apa malah mengamuk.
”Ghani, Umi enggak mau beliin mainan baru Iho, kalau kamu merusaknya seperti ini,” Indah mengancam. Ghani malah menangis.
”Kenapa sih, Nak?” Indah bertanya kepada Ghani yang bersandar pada tembok dan menangis.
”Ghani sebel sama Rumana, Mi,"adu Ghani.
”Dia ’kan harus pulang, keperluan tante Jessie sudah selesai.”
‘Bukan!" bentaknya, dengan terisak Ghani melanjutkan, ”Ghani mau main bola, Rum enggak bolehin. Sekarang Ghani udah mau nemenin, Rum malah pulang.”
EmoticonEmoticon