Rantika Alexandrova menatap kesal pada isi dompetnya. la sudah beberapa hari berada di Manhattan sebuah kota penuh dengan seI negaranya Indonesia. Yang makan lontong saja hanya mengeluark
Seharusnya Ranti tidak menuruti keinginan sang ayah. Untuk ke ne hanya bermodalkan uang sebesar dua puluh juta untuk hidup di ko Beli minuman saja, harus mengeluarkan uang sebesar lima puluh I lagi ongkos ke sana ke sini membuat kantong Ranti terkuras habis
Hidup pada negara super maju seperti ini, bukanlah perjara mudah pas-pasan dan semuanya serba mahal.
Ranti Alexandrova bukanlah seorang gadis miskin dari keluarga se seorang pengusaha sukses di Indonesia. Ayahnya bukan tak sangg kebutuhan Ranti selama berada di Manhattan. Tapi yang Ranti tak menyuruh dirinya mencari jodoh dan menjelajahi dunia luar. Selam pulang ke rumah, dan besoknya pergi lagi pulang ke rumah. Tanpa
Jadilah, Ranti diterbangkan ke Manhattan dengan modal uang pastidaklah terlalu tua, baru berkisar dua puluh tujuh tahun. Dan ayahn mencari jodoh dengan berjelajah dunia luar.
Ranti tidak dibolehkan pulang ke rumah selama tiga tahun. Kecuali tentang pernikahan.
"Astaga! Uang segini mana cukup hidup di kota sebesar ini. Kalau 1 bisa hidup dengan uang satu juta untuk dua bulan." Ranti mengelul di Jakarta. Tapi ia berada di Manhattan semuanya serba mahal dew minuman luar biasa mahal.
Ranti menyeka keringat di keningnya. Hari ini rencananya, ia menc: bisa membantu dirinya hidup selama tiga tahun. Untung saja dirin) universitas ternama di dunia. Oxford University. Sebuah universitas
"Semangat Ran!! Nggak ada yang namanya pantang menyerah. Ka minum kamu bisa berhemat. Tempat tinggal sudah disediakan," R: sendiri. la berjalan penuh senyuman, dan sesekali tertawa melihat memainkan alat musik biola yang sungguh luar biasa merdu.
"Aww!" Ranti menghentikan langkahnya menatap pada celananya ‘ mengalihkan tatapannya pada mobil sport berwarna putih melaju \
EmoticonEmoticon