Indonesia -Singapore

December 08, 2018


Ketika PT. ADARO yang dimiliki oleh Hashim sedang terlilit kredit macet. Sandiaga menawarkan diri sebagai konsultant untuk melakukan recovery. Hashim setuju. Namun apa yang terjadi kemudian? Dengan data tentang keadaan Hashim, Sandi bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk ambil bagian dari proses akuisisi ADARO melalui skema arbitrase. Karenanya Deutsche Bank sebegai kreditur ADARO memaksa Hashim melepas saham kepada Sandi. Ini proses hostile take over yang cerdas. Karena Sandi engga keluar uang sama sekali. Semua dana dari Bank Mandiri yang ketika itu dipimpin Agus Martoyo. Kenapa Bank Mandiri percaya memberikan pinjaman kepada Sandi? karena pinjaman itu di jamin oleh investor institusi. Hashim meradang marah. Merasa dikianati oleh Sandi. Tetapi mau gimana lagi. Ini bisnis.

Ada yang tanya kepada saya bagaimana Saratoga begitu cepatnya berkembang. Darimana mereka dapat uang ? sumber dananya dari pasar uang dan perbankan. Mengapa begitu mudahnya dia dapatkan dana ? Ya karena setiap portofolio investasinya terkait secara tidak langsung dengan Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC) yang merupakan sebuah perusahaan dana investasi pemerintah yang didirikan Pemerintah Singapura pada tahun 1981 untuk mengelola cadangan devisa Singapura. GIC berinvestasi dalam ekuitas, fixed income, instrumen pasar uang, real estate, dan investasi khusus.

Portofolio investasi GIC dikelola tiga anak perusahaannya: GIC Asset Management Pte Ltd (pasar publik), GIC Real Estate Pte Ltd, dan GIC Special Investments Pte Ltd (investasi ekuitas terbatas, private-equity investment). Ciri khas portfolio yang didukung oleh GIC adalah bisnis rente atau yang tidak terkait dengan penyerapan tenaga kerja secara luas namun padat modal dan tekhologi seperti tambang , kebun sawit, property, telekomunikasi, jaringan tower (BTS), infrastruktur , logistic system, IT.

Pada tahun 2008, The Economist melaporkan bahwa Morgan Stanley memperkirakan bahwa aset GIC sekitar US$330 miliar, sehingga GIC merupakan dana investasi pemerintah terbesar ketiga di dunia. Bukan hanya Sandi yang menjadi proxy dari GIC ada beberapa pengusaha Indonesia yang mendadak jadi konglomerat di era reformasi. Apakah salah ? tidak juga. Karena untuk menjadi proxy dari GIC tidak mudah. Saratoga dapat dipercaya GIC karena hubungan baik keluarga William dengan petinggi GIC. Tahun 2015 Sandi mundur sebagai Dirut Saratoga digantikan oleh Michael Soeryadjaya, putra sulung dari Edwin Soeryadjaya. Sampai kini Saratoga dipimpin oleh Michael. Sandi hanya sebagai pemegang saham bukan pengendali. Pengedali tetap ada pada Edwin.

Teman saya berkata, “ Majunya Sandi sebagai Cawapres bisa saja karena dia masih proxy dari GIC. Who know ? Maklum lah kepentingan singapore di Indonesia besar sekali. Negeri itu berjaya selama sekian dasawarsa berkat kemurahan hati rezim sebelum Jokowi…”

Dalam Instagram-nya, PM Lee Hsien Loong dengan bangga juga mengunggah pertemuannya dengan Prabowo. Bahkan, Loong juga tak segan mendoakan sahabatnya yang akan maju dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang tersebut. Dia mengatakan, bertemu dengan pendiri dan ketua Partai Gerindra dan akan menjadi pembicara di Gala Dinner "The World in 2019”. "Beliau juga seorang kandidat calon presiden di Pemilihan Umum Indonesia April (tahun) depan, dan beliau tengah sibuk berkampanye di seluruh Indonesia. Kita berdiskusi tentang bagaimana Singapura dan Indonesia dapat memperkuat hubungan yang erat dan membawa hubungan (bilateral) kita kedepan. Saya mendoakan yang terbaik untuk beliau dan berharap beliau menikmati kunjungannya di Singapura," tulis Loong dalam akun Instagram.

Mengapa PM Singapore sampai terbuka memberikan dukungan politik kepada Prabowo. Tak ubahnya dengan Dubes Arab yang hadir dalam reuni 212, secara tidak langsung memberikan dukungan kepada Prabowo sebagai Cawapres. Karena baik Singapor maupun Arab keduanya adalah proxy Amerika Serikat. Hampir sebagian besar bisnis yang ada dikedua negara itu pasti berhubungan dengan TNC asal Amerika. Yang jelas di era Jokowi, Singapore kehilangan akses pertumbuhan ekonomi. Maklum 40% pasar property, jasa perbankan, pariwisata, perdagangan, berasal dari Indonesia. Ini terjadi karena kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi.

Tahukah anda setelah Petral dissolved ( dibubarkan), dan kemudian diganti dengan Intergrated Supply chain, perhari dana yang bisa diselematkan oleh Pertamina sebesar Rp. 250 miliar. Artinya dana sebesar Rp 250 miliar itu tadinya masuk kekantong para broker minyak , logistic, refinery, perbankan. Sebagian besar uang itu masuk ke Singapore sebagai settlement agent. Kenapa ? karena Singapore adalah negara yang punya service sebagai trader oil di ASIA. Perbankan Singapore mampu membiayai trade financing sampai mencapai USD 5 miliar perhari. Sehingga wajar bila hampir semua NOC berkantor di Singapore. Namun Jokowi tidak ada urusannya dengan kehebatan Singapore sebagai service provider di bidang itu. Singapore hebat, indonesia jauh lebih hebat. Setiap tahun potensi dampak finansial bagi Pertamina dalam bentuk nilai tambah setelah petral dibubarkan mencapai US$ 651 juta.

Tidak butuh lama, setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden dan Kabinet terbentuk, Menteri Keuangan, Bambang PS Brodjonegoro mengatakan berencana memanfaatkan potensi dana orang Indonesia yang parkir diluar negeri khususnya Di Singapore. Setelah itu MenKeu berserta team terbang ke Singapore bertemu dengan pejabat Singapore untuk mendapatkan informasi prihal dana tersebut melalui skema kesepakatan tentang Automatic Exchange of Information. Memang pada G-20 di Rusia tahun 2013 negara-negara anggota G-20 berkomitmen saling memberikan informasi yang relevan bagi negara-negara mitra untuk memberantas berbagai modus penghindaran pajak. Proses terus bergulir sampai terjadi revisi UU Pajak dan dikeluarkannya tax amnesty. Reuters menyebut, aset private banking dari nasabah Indonesia diperkirakan mencapai USD 200 miliar. Jumlah tersebut menempati 40 persen dari total aset private banking di Singapura.

Sebetulnya tidak ada tujuan Jokowi merugikan Singapore. Jokowi hanya focus membuat efisiensi ekonomi Indonesia. Dan kalau karena itu dampaknya merugikan ekonomi Singapore maka yang salah bukanlah Jokowi tetapi Singapore yang tidak mau berubah. “ Benar, Sngapore sejak tahun 2015 telah mengubah orientasi ekonominya tetapi tetap tidak lebih baik dibandingkan dulu ketika Indonesia menjadikan singapore sebagai outsourcing. Pemimpin singapore tadinya mereka pikir hebat tetapi nyatanya mereka tidak cukup cerdas berhadapan dengan seorang Jokowi.” kata teman saya di Singapore.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »