Mendikbud.id - Masih banyak ditemukan guru-guru malas membaca. Kondisi itu mempengaruhi kualitas pendidikan Tanah Air. Ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Hasil riset Center Education Regulation and Development Analysis (Cerdas) yang dilakukan di sejumlah daerah.
"Problem utama kita memang di kualitas guru, dan itu yang sayang sekali tidak disebutkan oleh Mas Menteri," kata Praktisi pendidikan Indra Chrismiadji pada diskusi bertajuk evaluasi pendidikan tahun 2019 dan outlook pendidikan 2020 di Jakarta.
Secara pribadi ia mengaku telah telah berkeliling Indonesia dan menemukan problem utama pendidikan di Indonesia ialah tingkat membaca guru yang masih rendah bahkan tidak suka.
“Saya ngasih pelatihan dari Aceh, Papua, NTT, NTB, Natuna, Sulawesi, Maluku Utara dan lainnya, saya ketemu dengan guru-guru dan mengambil kesimpulan memang kemampuan baca mereka sangat rendah,” kata Indra yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (28/12/19).
Bahkan, ujar dia, rendahnya tingkat membaca tenaga pendidik itu tidak hanya di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) namun juga terjadi di Ibu Kota Jakarta. Oleh karena itu, persoalan tersebut perlu diselesaikan pemerintah sesegera mungkin.
Kajian internasional melalui riset Bank Dunia juga menemukan bahwa kesejahteraan guru Indonesia tidak berdampak pada kualitas mengajar seorang guru. Seharusnya, dengan adanya anggaran tambahan oleh pemerintah bagi guru, maka diharapkan mereka lebih rajin, inovatif, kreatif dalam mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didik.
Dalam kesempatan tersebut, Indra juga menyarakan agar proses pembuatan cetak biru atau blue print pendidikan nasional harus melibatkan orang-orang yang paham betul kondisi atau permasalahan pendidikan di lapangan. Selain itu, perlu juga melibatkan konsultan pendidikan terkemuka di dunia.
“Indonesia bisa meniru Malaysia dengan mengajak pihak dari luar negeri dalam penyusunan cetak biru pendidikan. Cetak biru pendidikan Malaysia disusun, selain orang-orang yang paham pendidikan juga melibatkan konsultan terkemuka di dunia,” kata Indra yang kami kutip dari Koran Jakarta.
Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyiapkan cetak biru atau blue print pendidikan nasional sebagai pijakan dalam pengelolaan kebijakan pendidikan ke depan. Dengan adanya cetak biru tersebut, diharapkan pengelolaan pendidikan berjalan lebih efektif.
Indra berharap dengan adanya cetak biru pendidikan, dapat diketahui kebutuhan daerah apa saja. Selain itu, tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah tidak ada lagi. Dengan begitu, ke depan, kebijakan yang dilahirkan akan lebih efektif.
Dia menambahkan, pembuatan cetak biru pendidikan harus memuat tujuan yang disepakati bersama. Setelah itu, harus ada pemetaan kondisi pendidikan seperti jumlah dan sebaran seluruh siswa, kebutuhan sekolah serta fasilitas sarana dan prasarana, dan ketersediaan guru.
EmoticonEmoticon