Obyek Penelitian Etnografi Komunikasi

July 17, 2019
Etnografi komunikasi (ethnography of communication) pertama kali diperkenalkan oleh Dell H. Hymes, seorang ahli antropologi sekaligus juga pakar linguistik Amerika. Etnografi komunikasi merupakan suatu kajian mengenai pola-pola komunikasi sebuah komunitas budaya. Pengkajian etnografi komunikasi ditujukan pada kajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu mengenai cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Etnografi komunikasi oleh Dell H. Hymes pada awalnya diperkenalkan sebagai etnografi berbahasa atau etnografi wicara (ethnography of speaking). Istilah tersebut digunakan oleh Dell H. Hymes karena dalam mengkaji penggunaan bahasa dalam masyarakat memperhatikan dan mempertimbangkan konteks situasi, sehingga bahasa tidak berdiri sendiri sebagaimana kajian tentang gramatika yang dilakukan oleh linguistik, kajian tentang kepribadian yang dilakukan oleh psikologi, kajian tentang struktur sosial yang dilakukan oleh sosiologi, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, Dell H. Hymes kemudian memperbaharui kajiannya tentang etnografi berbahasa atau etnografi wicara tersebut menjadi etnografi komunikasi. Hal ini dilakukan karena ia memandang bahwa esensi dalam berbahasa adalah komunikasi. Suatu bahasa tidak akan memiliki makna jika tanpa ada komunikasi di dalamnya, dan bahasa tersebut tidak akan berguna, bahkan bisa musnah jika tidak dikomunikasikan. Dell H. Hymes menyebutkan bahwa etnografi komunikasi menjelaskan tentang kompetensi komunikatif seperti kaidah untuk berkomunikasi, kaidah yang diketahui bersama untuk interaksi, kaidah budaya dan pengetahuan sebagai basis interaksi, konteks dan isi peristiwa komunikasi, serta proses interaksi.

Obyek Penelitian Etnografi Komunikasi. Dell H. Hymes menyebutkan bahwa untuk mengkaji etnografi komunikasi, terlebih dahulu perlu memahami beberapa konsep penting yang terkait, yang merupakan obyek penelitian dari etnografi komunikasi, yaitu :

1. Guyup Tutur atau Masyarakat Tutur (Speech Community).
Dell H. Hymes memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan guyup tutur atau masyarakat tutur adalah suatu kategori masyarakat di mana anggota-anggotanya tidak saja sama-sama memiliki kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistik tertentu. Sedangkan menurut :
  • Seville - Troike, berpendapat bahwa guyup tutur atau masyarakat tutur adalah kelompok orang yang tidak harus memiliki satu bahasa tertentu, tetapi memiliki kaidah yang sama dalam berbicara. Sehingga, pada hakekatnya setiap penutur bukan hanya merupakan anggota dari satu guyup tutur atau masyarakat tutur saja melainkan bisa anggota dari dua guyup tutur atau masyarakat tutur (anggota masyarakat tutur yang berbeda-beda).
  • John Lyons, berpendapat bahwa guyup tutur atau masyarakat tutur adalah semua orang yang memakai suatu bahasa atau dialek tertentu.
  • Charles Hockett, berpendapat bahwa guyup tutur atau masyarakat tutur adalah sekelompok manusia yang memiliki karakteristik khas karena melakukan interaksi yang teratur dan berkali-kali dengan tanda verbal yang sama, dan berbeda dari kelompok lain karena adanya perbedaan yang signifikan dalam penggunaan bahasa.
Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa batasan utama yang membedakan guyup tutur atau masyarakat tutur satu dengan yang lain adalah kaidah-kaidah untuk berbicara. Karena pada kenyataannya, dalam satu suku bangsa atau kebudayaan bisa terdapat dua atau lebih masyarakat tutur atau memiliki lebih dari satu kelompok orang yang berbahasa dengan jenis linguistik yang berbeda.

2. Aktivitas Komunikasi (Situasi, Peristiwa, dan Tindak Tutur).
Dalam etnografi komunikasi, aktivitas komunikasi tidak lagi bergantung atau bertumpu pada pesan, komunikator, komunikan, media, dan efeknya melainkan aktivitas khas yang kompleks di mana di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi khusus dan berulang. Untuk mengkaji aktivitas komunikasi di dalam masyarakat tutur, maka perlu mengkaitkannya dengan satuan-satuan interaksi, yang oleh Dell H. Hymes dinyatakan dalam tiga satuan berjenjang yaitu :
  • situasi tutur (speech situation), yaitu situasi yang dikaitkan dengan tutur, sebagai konteks terjadinya komunikasi atau dengan kata lain situasi tutur merupakan konteks di mana komunikasi terjadi.
  • peristiwa tutur (speech event), yaitu suatu aktivitas berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa dalam setiap proses komunikasi pasti terjadi juga peristiwa tutur atau peritiwa bahasa. 
  • tindak tutur (speech act), yaitu sesuatu yang berbatasan dengan fungsi tunggal interaksional, seperti pernyataan referensial, permintaan, atau perintah, yang mungkin berupa tindak verbal atau tidak non verbal.

3. Tata Cara Bertutur (Ways of Speaking).
Tata cara bertutur  mengandung gagasan, peristiwa tutur atau peristiwa komunikasi di dalam guyup tutur atau masyarakat tutur. Di dalam guyup tutur atau masyarakat tutur terkandung pola-pola kegiatan tutur yang juga menggambarkan kompetensi komunikatif seseorang. Tata cara bertutur mengacu pada hubungan antara peristiwa tutur, tindak tutur, dan gaya. Tata cara bertutur antara masyarakat atau budaya yang satu dengan yang lainnya berbeda, bahkan pada aspek yang paling mendasar sekalipun.

Semoga bermanfaat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »