Pada kesempatan ini kami berbagi Materi Bahasa Indonesia Tentang Pengertian, Ciri dan Unsur-unsur Novel Tingkat SMP/MTs.
Pengertian, Ciri dan Unsur-unsur Novel
Pengertian Novel
Novel atau roman adalah karya sastra berupa karangan panjang dan berbentuk prosa yang di Pengertian, Ciri dan Unsur-unsur Novel.
Novel atau roman adalah karya sastra berupa karangan panjang dan berbentuk prosa yang di dalamnya terkandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku serta konflik-konflik yang terjadi dengan orang lain.
Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang berarti cerita pendek dalam bentuk prosa. Selanjutnya kata novella dikaitkan dengan istilah novelette dalam bahasa Inggris yang artinya sebuah karya prosa fiksi yang tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek. Sedangkan dalam bahasa Latin kata novel berasal dari kata novellus yang diturunkan dari kata noveis yang berarti baru.
Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang berarti cerita pendek dalam bentuk prosa. Selanjutnya kata novella dikaitkan dengan istilah novelette dalam bahasa Inggris yang artinya sebuah karya prosa fiksi yang tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek. Sedangkan dalam bahasa Latin kata novel berasal dari kata novellus yang diturunkan dari kata noveis yang berarti baru.
Berikut ini beberapa pengertian novel dari beberapa sumber buku:
- Menurut Tarigan (1991:164), novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
- Menurut Nurgiyantoro (2010:4), novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajiner.
- Menurut Sudjiman (1984:53), novel adalah prosa rekaan yang panjang dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
- Menurut Clara Reeve, novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis. Novel bersifat realistis, novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi; surat, jurnal, memoar atau biografi, kronik atau sejarah (Wellek & Warren, 2014:260).
- Menurut H. B. Jassin (Suroto, 1989:19), novel adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar biasa karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.
Ciri-Ciri Novel
Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaan relatif jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias.
Dari segi panjang cerita novel lebih panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang komplek.
Menurut Hendy (1993:225), beberapa ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
Menurut Hendy (1993:225), beberapa ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
- Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
- Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang.
- Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
- Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
- Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.
Unsur-unsur Novel
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun cerita. Unsur intrinsik terdiri dari plot (alur cerita), karakter (perwatakan), tema (pokok pembicaraan), setting (tempat terjadinya cerita), suasana cerita, gaya cerita dan sudut pandangan pencerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra yang tetap memiliki pengaruh terhadap isi atau sistem organisme dalam suatu karya sastra. Unsur ekstrinsik terdiri dari: biografi penulis, psikologi penulis, keadaan masyarakat di sekitar penulis dan lain-lain.
Menurut Nurgiyantoro (2010:68), berikut penjelasan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah novel:
a. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan umum dalam sebuah karya fiksi. Tema dalam sebuah karya fiksi sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya.
b. Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur adalah urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Sedangkan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
c. Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Istilah tokoh merujuk pada orang atau pelaku dalam sebuah cerita, sedangkan penokohan adalah cara seorang penulis menampilkan sifat dan watak dari suatu tokoh. Penokohan juga dapat disebut sebagai pelukisan gambaran yang jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam suatu cerita.
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar adalah segala keterangan, pengacuan, atau petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa dalam suatu cerita. Latar berfungsi sebagai pemberi kesan realistis kepada pembaca. Selain itu, latar digunakan untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut apakah ia ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah alat atau sarana utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Gaya bahasa juga dapat diartikan sebagai cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui bahasa yang digunakan dalam cerita untuk memunculkan nilai keindahan.
g. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang disampaikan seorang pengarang melalui cerita. Amanat juga disebut sebagai pesan yang mendasari cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca.
Tokoh dan Penokohan Novel
Menurut Nurgiyantoro (2010:258), tokoh di dalam novel terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung adanya tokoh utama, biasanya pemunculannya diabaikan dan kurang mendapatkan perhatian.
Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang oleh pembaca dianggap sebagai tokoh baik atau tokoh yang dikagumi. Sedangkan tokoh antagonis adalah kebalikan dari tokoh protagonis, yaitu tokoh jahat yang menjadi musuh dari tokoh baik.
Lihat juga...Soal Latihan 1 USBN Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2019/2020.
Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Tokoh bulat disebut juga dengan tokoh kompleks.
Tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang tidak mengalami perubahan atau perkembangan watak sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan perkembangan peristiwa di dalam cerita.
Tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit menampilkan keadaan individualitas dan lebih menonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaan untuk mewakili sifat tokoh tersebut. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Pembedaan tokoh ini didasarkan pada kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari dunianya.
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya (Rokhmansyah, 2014:34).
Penokohan dapat diwujudkan secara langsung dan tidak langsung. Menurut Kosasih (2012: 68), terdapat dua teknik yang dapat digunakan untuk menggambarkan karakter seorang tokoh, yaitu:
Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui: penggambaran fisik dan perilaku, lingkungan kehidupan, tata kebahasaan, jalan pikiran tokoh dan penggambaran oleh tokoh lain.
Daftar Pustaka
- Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.
- Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
- Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
- Wellek, Rene dan Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
- Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA. Jakarta: Erlangga.
- Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2. Bandung: Angkasa.
- Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
- Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
EmoticonEmoticon