Komponen Tutur (Komunikasi) Dalam Etnografi Komunikasi

July 17, 2019
Dalam etnografi komunikasi, aktivitas komunikasi yang terjadi dalam suatu masyarakat tutur tidak lagi bergantung atau bertumpu pada pesan, komunikator, komunikan, media, dan efeknya melainkan bergantung pada aktivitas khas yang kompleks di mana di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi khusus dan berulang.

Untuk mengkaji aktivitas komunikasi di dalam suatu masyarakat tutur, maka perlu mengkaitkannya dengan satuan-satuan interaksi, yang oleh Dell H. Hymes dinyatakan dalam tiga satuan berjenjang yaitu :
  • situasi tutur (speech situation), yaitu situasi yang dikaitkan dengan tutur, sebagai konteks terjadinya komunikasi atau dengan kata lain situasi tutur merupakan konteks di mana komunikasi terjadi.
  • peristiwa tutur (speech event), yaitu suatu aktivitas berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa dalam setiap proses komunikasi pasti terjadi juga peristiwa tutur atau peritiwa bahasa. 
  • tindak tutur (speech act), yaitu sesuatu yang berbatasan dengan fungsi tunggal interaksional, seperti pernyataan referensial, permintaan, atau perintah, yang mungkin berupa tindak verbal atau tidak non verbal.

Komponen Tutur (Komunikasi) dalam Etnografi Komunikasi. Dalam upaya menganalisis etnografi komunikasi, seorang etnograf tidak cukup hanya memahami situasi tutur, peristiwa tutur, dan tindak tutur semata tetapi juga perlu memahami komponen yang membangunan suatu tuturan (komunikasi). Dell H. Hymes menyebutkan bahwa terdapat 16 komponen tutur, yaitu :
  • bentuk pesan, yaitu menyangkut cara bagaimana sesuatu topik diberitakan.
  • isi pesan, yaitu berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik.
  • latar atau setting, yaitu berkaitan dengan waktu dan tempat terjadinya tindak tutur.
  • suasana atau scene, yaitu mengacu pada latar psikologis atau batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis suasana tertentu.
  • penutur atau speaker atau sender.
  • pengirim atau addresor.
  • pendengar atau audience.
  • penerima atau addressee.
  • maksud hasil atau purpose outcome.
  • maksud tujuan atau purpose goal.
  • kunci atau key, yaitu berkaitan dengan cara, nada, atau semangat tindak tutur dilakukan.
  • saluran atau channel, yaitu mengacu pada medium penyampaian tutur, bisa lisan, tertulis, dan lain-lain.
  • bentuk tutur atau form of speech.
  • norma interaksi atau norm of interaction.
  • norma interprestasi atau norm of interpretation.
  • genre.

Dari komponen tutur tersebut di atas, selanjutnya Dell H. Hymes menyederhanakan kembali menjadi 8 komponen tutur yang dimaksudkannya agar memudahkan kita untuk mengingatnya. Delapan komponen tutur dimaksud, oleh Dell H. Hymes disusun menjadi akronim SPEAKING, yang meliputi :
  1. S (Setting and Scene). Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedang scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Misalnya, berbicara di pinggir jalan yang penuh dengan lalu lalang kendaraan bermotor, tentunya akan berbeda dengan berbicara di dalam ruangan yang sepi. 
  2. P (Participants). Participants merujuk pada pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, yaitu bida pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. 
  3. E (Ends). Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Misalnya, peristiwa tutur yang terjadi di ruang sidang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu perkara, namun para partisipan di dalam peristiwa tutur tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. 
  4. A (Acts Sequences). Acts sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran berkaitan dengan kata yang digunakan dan bagaimana penggunaannya, sedangkan isi ujaran berkaitan dengan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. 
  5. K (Keys). Keys mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan. Misalnya, pesan tersebut disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dan lain-lain atau dapat juga pesan tersebut ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
  6. I (Instrumentalities). Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, yaitu dapat berupa jalur tulisan, lisan, melalui telepon, bahasa, dialek, fragam atau register.
  7. N (Norms). Norms mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi serta pada penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Misalnya saja berhubungan dengan tata cara bertanya, berinterupsi, dan lain sebagainya.
  8. G (Genres). Genres mengacu pada jenis bentuk penyampaian, yaitu dapat berupa narasi, puisi, doa, dan lain sebagainya. 

Dengan melihat tuturan seseorang atau sekelompok orang, kita dapat menentukan atau setidak-tidaknya dapat menerka atau mengidentifikasi siapa orang tersebut, dari kelompok mana, makna sosial tuturnya, nilai, ajaran, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

Semoga bermanfaat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »