Sekitar masalah utang

February 02, 2019

Pengertian utang.
Banyak orang Indonesia menyebut utang itu adalah utang. Persepsinya sudah terbentuk bahwa utang itu adalah hina dan zolim. Karena pengalaman tradisinya memang orang berhutang itu orang kere dan terjepit Oleh Pak kumis melintang yang ancam sita anak gadis orang kalau utang engga dibayar seperti kisah Siti Nurbaya dan Datuk maringgih dalam novel “kasih tak sampai.”. Padahal era sekarang orang berutang itu tandanya orang sukses dan bonafid. Ya Lebih banyak orang sukses karena hutang daripada yang gagal. Mengapa? Zaman berubah. Makna hutang sudah berkembang tidak sebatas pengertian tradisional.

Apa itu loan? Loan adalah pinjaman Hipotik atau gadai. Contoh anda ajukan pinjaman untuk KPR nah itu loan. Bank hanya focus kepada asset yang menjadi collateral. Tidak ada value dari anda yang bank lihat. Biasanya anda harus bayar uang muka sebesar 30% dan pembiayaan KPR 70% . Rumah itu akan dikuasai bank 100% selama utang belum lunas. Atau bisa aja bank biayai dengan LTV 100% tetapi anda jaminkan fixed income anda seperti gaji bulanan anda. Atau anda pinjam uang untuk modal kerja dengan jaminan rumah atau bangunan atau tanah. Yang nilai jaminan nya 130% dari utang. Contoh dulu pak harto pinjam uang dengan jaminan produksi crude oil dalam bentuk trade in. Paham ya.

Nah sekarang apa itu Debt? Anda pinjam melalui pasar uang yang orang tidak selalu melihat collateral namun value. Biasanya utang diterima diatas aset yang ada. Tergantung value. Contoh, negara berhutang mengeluarkan Bond, nah itu Debt namanya, bukan loan. Mengapa ? Tidak ada yang digadaikan oleh negara atas utang itu. Lantas apa jaminannya? Ya cash flow negara. Itu tercermin dari postur APBN. Siapa yang bisa menjustifikasi APBN itu likuid? Ya lembaga underwriter yang ditunjuk pemerintah. Tentu underwriter yang punya rating tinggi TRUST nya. Merekalah jadi rujukan investor.

Contoh lain lagi dana pihak ketiga yang ditempatkan orang di bank. Mungkin 100% dana anda di bank dijamin oleh 12% saja dari total modal bank yang ada. Loh kok anda aman? Ya yang jamin ada lembaga tersendiri yaitu LPS. Siapa yang bayar premi resiko uang anda itu ? Ya anda sendiri. Hebat ya? Sama dengan Bond yang jamin adalah underwriter. Itulah yang dimaksud dengan Debt. Paham ya DDBer.

Nah sekarang apa itu obligasi? Obligasi adalah kata lain dari Bond namun dalam arti sempit. Obligasi lebih kepada utang Murni yang tidak bisa di swap dengan saham. Sementara Bond bisa di swap dengan saham. Contoh convertable Bond. Obligasi beda, contoh obligasi pemerintah kan engga mungkin bisa ditukar dengan saham negara kalau gagal bayar. Namun dalam hal bunga sama dengan bond. Sama sama menggunakan kupon dan diperdagangkan dengan adanya yield. Paham ya.

Nah apa bedanya yield dengan bunga? Bunga dibayar atas nominal hutang. Sifatnya bisa tetap, bisa juga mengambang. Sementara yield adalah imbal hasil yang merupakan gabungan pendapatan bunga plus discount rate obligasi/ Bond yang diukur dari nilai par obligasi. Jadi bunga dan yield itu terpisah. Tetapi selalu bunga lebih rendah dari yield. Tergentung discount rate yang jadi acuan ketika menerbitkan obligasi/ Bond. Paham ya.

Arbitrase
Ketika Lehman brother menyatakan gagal bayar, Wallstreet tumbang. Mahdof sang miliarder yang mendapatkan berkah dari pooling Fund dana Ponzi jamaah gereja yang kemudian dananya ditempatkan di Lehman juga ikut collapse. Utang Lehman kepada mahdof engga bisa bayar. Mahdof akhirnya di penjara. Sementara lehman yang terima pinjaman dari Mahdof aman saja tak tersentuh. Bahkan CEO Lehman masih dapat pesangon sebesar USD 150 juta. Trump mengeluarkan obligasi sebesar USD 10 miliar untuk proyek ambisinya “ tajmahal casino resort” dan gagal bayar. Trump tidak masuk penjara. Ia berlindung dari UU pailit AS. Dia tetap dapat proteksi dari kebangkrutan dengan reschedule utang selama 10 tahun.

Itu sedikit contoh bagaimana Debt itu tidak mengenal arbitrase atau proses penyelesaian melalui pengadilan niaga. Mengapa ? Pertama, Debt itu hanya boleh di lakukan oleh orang yang qualified. Artinya yang pinjam maupun yang minjamkan dianggap orang yang paham akan resiko dan manfaat atas hutang piutang. Kedua, transaksi itu dilakukan dengan sistem keterbukaan informasi publik. Si peminjam telanjang bugil dihadapan publik. Sama dengan PL di etalage KTV Pattaya. Artinya tidak ada yang disembunyikan. Mengapa ? Tidak boleh ada sesal setalah menentukan sikap. Ketiga, akad dibuat dengan prinsip suka sama suka (convenience deal).

Dengan prinsip tersebut diatas maka selagi akad tidak dilanggar dan akhirnya hutang tidak terbayar maka pihak invesfor dalam posisi harus memberi solusi ( solution provider ). Contoh gagal bayar obligasi dari MNC kepada investor institusi yang berujung solusi. Bond yang diterbitkan oleh Bakrie yang default semua dalam posisi solusi yang berujung “ entar bayar nya “ semua Happy. Mengapa ? Mereka memang menggunakan uang itu untuk bisnis sesuai dengan akad. Asset nya bertambah membuktikan itu. Para investor itu pemain. Mereka sadar bahwa memberikan kesempatan kepada debitur itu jauh lebih bijak daripada menyeret nya ke pengadilan. Dan mereka tidak hidup dari bunga tetapi dari peningkatan value debitur. Mereka paham sekali ketika bertindak sebagai investor.

Nah Debt itu bukanlah hutang karena yang satu lemah dan lainnya kuat. Tetapi keduanya melakukan sinergi saling menguntungkan dan menghadang resiko demi masadepan bersama. Makanya hidup investor itu tidak nampak mewah. Mereka rendah hati dan tahu makna uang, bahwa uang itu hukan hak tetapi liabilities untuk terjadinya peradaban yang lebih baik. Mengapa ? Apapun uang tidak akan ada arti kalau tidak ada produksi. Produksi tidak akan terjadi tanpa kreatifitas. Kreatifitas tidak akan terjadi tanpa passion. Passion tidak akan ada tanpa cinta. Cintalah yang membuat mereka menghindari arbitrase kalau debitur gagal bayar.

Contoh Venezuela gagal bayar utang. Apakah Venezuela di tuntut di pengadilan ? Yunani gagal bayar Bond, apakah Yunani di tuntut ke pengadilan? Kan engga. Investor menawarkan solusi. Apa solusi ? “ Reformasi anggaran dan ubah mindset, kita akan kasih lagi duit. “ Untuk apa? “ Agar anda bisa maju dan bayar utang. “ Indah kan. Nah Yunani setuju dengan reformasi anggaran. Mereka dapat uang solusi. Sementara Venezuela ngeyel seperti kampret ya di didiamkan aja. engga juga dituntut suruh bayar. Ya apa yang terjadi ? kelaparan.! Yang salah ya pemerintah Venezuela yang janjikan utopia kepada rakyat tanpa nyuruh rakyat produksi dan mengubah mindset. Dan dari itu penguasa bisa korup. Financial resource tertutup

Konsep hutang.
Bagi Anda yang memilih JAMIN tentu sudah tahu visinya. Yaitu terwujudnya Indonesia maju berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Gimana visi gotong royong yang dimaksud? Saya akan jelaskan dari sudut pandang saya sebagai praktisi bisnis. Anda tahu kan infrastruktur ekonomi ? Nah nggaran infrastruktur itu mencapai Rp. 5000 triliun dalam 5 tahun kekuasaan Jokowi. Tahu berapa uang yang tersedia di APBN? itu hanya 8,9% saja. Atau kurang dari Rp. 500 triliun, dan sebesar Rp. 500 triliun itu lebih di focuskan kepada wilayah pinggiran Indonesia yang tingkat komersialnya rendah. Tetapi punya future yang bagus. Gimana dengan sisanya? dari mana sumber duit menutupi kekurangan anggaran sebesar Rp. 4500 triliun itu? Ya dari swasta atau BUMN.

Pemerintah melakukan stimulus ekonomi terukur. Mengapa ? karena ketika Jokowi berkuasa, situasi ekonomi Indonesia sedang dalam keadaan merah. Makanya perlu kebijakan stimulus. Namun karena duit tidak ada. Maka dibuatlah kebijakan moneter dengan tingkat suku bunga redah. Pada waktu bersamaan kebijaksanaan fiskal di keluarkan agar sektor real tumbuh. Tentu termasuk memangkas kebijakan yang distorsi terhadap sektor real seperti perizinan yang panjang, bisnis rente, dan perbaikan tarif dan insetif, pendalaman intrument keuangan. itu saja. Dengan kebijakan itu akan mendorong swasta memanfaatkan peluang investasi di bidang infrastruktur. Sekarang perhatikan bagaimana seni kebijakan itu bisa menghasilkan sistem gotong royong ?

BUMN mendapat penugasan membangun jalan tol, Pelabuhan, Bandara, PDAM, KEK, Jalur kereta. Pemerintah hanya memberikan konsesi kepada BUMN. Agar BUMN tidak terjebak dalam skema debt trap dan melanggar UU tentang kewajiban negara dalam program penjaminan utang, maka BUMN itu membentuk anak perusahaan yang khusus membangun infrastruktur. Setiap proyek satu anak perusahaan. Anak perusahaan ini secara akuntasi dan hukum terpisah dengan induk perusahaan. Jadi BUMN sendiri sebagai induk perusahaan aman dari resiko jebakan utang. Nah anak perusahaan itu yang melakukan perikatan hutang kepada konsorsium bank atau pasar uang. 
Apa collateralnya ? ya proyek itu sendiri. Kok bisa ? ya tentu bisa. Karena Negara punya BUMN kontruksi yang world class, yang bertindak sebagai EPC.

Setelah proyek selesai dibangun, maka Induk perusahaan memerintahkan anak perusahaan itu melakukan refinancing. Skemanya bisa melalui pelepasan saham di bursa atau menawarkan private placement melalui penawaran terbatas kepada investor, atau mengeluarkan reksadana berbasis proyek yang ditawarkan terbatas kepada investor. Hasil dari refinancing ini digunakan untuk bayar utang. Apabila utang lunas, maka anak perusahaan akan berhutang lagi untuk proyek lainnya. Begitu seterusnya. Secara tidak langsung BUMN itu telah berlaku sebagai boutique investment dengan menawarkan produk investasi di etalage. Seperti jalan tol, pelabuhan, bandara , KEK, Kereta api dll. Tentu investor yang membeli adalah investor istitusi, bukan broker sapi.

Lantas apa manfaat negara.?
Pertama, negara bisa menyediakan infrastruktur untuk mendukung sektor real agar bisa tumbuh. Menjaga ritme pertumbuhan ekonomi tetap terjadi ditengah krisis. 
Kedua, karena insfrastruktur itu dibangun melalui skema PPP atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) walau dikelola oleh swasta atau BUMN namun assetnya tetap milik negara. Akumulasi asset berupa jalan tol, kereta, bandara, pelabuhan , KEK, PDAM dan lain lain itu menjadi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) negara, yang sumbernya tidak dari APBN tapi dari luar APBN.
Ketiga, PMTB itu meningkatkan kapasitas ekonomi nasional untuk menarik dana dari sumber pasar uang melalui penerbitan SBN. Artinya walau utang bertambah itu karena asset juga bertambah. kalau engga mana mau investor beli SBN. Untuk apa utang itu ? Untuk pembiayaan fiskal membangun wilayah yang tingkat komersial nya rendah, investasi dibidang pendidikan dan infrastruktur umum yang tingkat pengembaliannya rendah. Ya semacam cross sharing. Siapa Yang akan membayar SBN itu? Ya orang kaya lewat pajak penghasilan atas laba yang meningkat akibat tersedianya infrastruktur yang membuat ekonomi jadi efisien.

Apa yang dapat disimpulkan dari uraian saya diatas? adalah orang kaya yang membiayai infrastruktur dan mereka juga yang menggunakan infrastruktur itu. Secara mutual simbiosis system mereka telah ikut berbagi kepada orang yang tidak mampu dan memberikan peluang membangun bagi wilayah lain yang nilai komersialnya rendah. Sehingga keadilan ekonomi terjadi lewat pembangunan yang merata di seluruh Indonesia. Begitulah makna gotong royong di era modern sekarang. Para insinyur, ekonom, ahli financial, bergotong royong membangun peradaban Indonesia yang maju berdaulat, mandiri, dan berkepribadian

***
Uang VS Dana
Anda pasti tidak percaya, bila ada perusahaan shadow banking bisa akuisisi perusahaan perdagangan emas dan tambang emas yang berada di dua negara seharga 200 kali dari asset perusahaan yang ada. Itu semua dana berasal dari penerbitan global bond di London. Tapi kalau anda bisa memahami perbedaan uang dengan dana, mungkin adan bisa percaya. Dalam bahasa inggeris uang itu disebut dengan money. Dana disebut finance. Mindset ilmu ekonomi sebelum tahun 90an masih belum secara jelas menbedakan antara uang dengan dana. Dianggapnya sama aja. Bahkan di era sekarang masih ada kampus yang mengajarkan prinsip ekonomi jadul itu.

Lantas apa bedanya money dengan finance ? sejak ada ilmu financial engineering , perbedaan pengertian money dan finance semakin lebar. Money dasarnya adalah kebijakan moneter ekonomi. Contoh uang yang ada pegang itu lahir dari kebijakan moneter. Karena uang berasal dari kebijakan negara maka cara mensuplai uang pun diatur oleh negara. Gimana caranya ? Lewat project program. Lewat program inilah swasta atau BUMN pinjam ke bank. Gimana kalau bank tidak cukup uang? ya negara pinjam uang ke Negara lain atau lembaga multilateral. Gimana kalau engga cukup juga ? Ya pemerintah cetak uang, yang berdampak kepada jatuhnya nilai uang. Kemudian uang itu ditempatkan di Bank Sentral. Kemudian bank sentral menyalurkannya ke perbankan lewat kredit program dan kredit likuiditas.

Makanya di era Soeharto, swasta yang bisa kaya raya hanya pengusaha yang punya koneksi kuat dengan kekuasaan. Dia hanya cari proyek yang sesuai dengan program GBHN. Kemudian dia tinggal datangi bank untuk minta kredit. Kalau sulit, dia akan datangi Bank Indonesia atau Departemen terkait atas program itu. Maka keluarlah surat rekomendasi. Jadilah uang dalam bentuk kredit investasi dan modal kerja. Apakah cara ini bagus ? Yang jelas hasilnya meningkatkan rasio GINI. Ketimpangan antara mereka yang kaya dengan mereka yang miskin sangat lebar. Mengapa? karena hanya segelintir orang yang punya akses kepada uang. Sementara dimanapun kekuasaan itu cenderung korup dan uang lah penyebab ketidak adilan terjadi.

Dengan adanya financial engineering yang berkembang di tahun 90an dan mencapai puncaknya tahun tahun 2000an, khususnya setelah adanya lberalisasi pasar uang dan investasi dalam kuridor WTO, maka munculah istilah finance. Apa itu finance ? Dana di create dan di supply bukan karena kebijakan moneter tapi oleh prinsip ekonomi. Apa itu? Dana itu berhubungan dengan tingkat pengembalian investasi dan tingkat resiko. Ada hitungan dengan standar yang ketat untuk mengetahui itu. Negara tidak bisa lagi menentukan program apa yang dibuat. GBHN udah engga laku lagi. Ukurannya sudah pasar. Jadi tugas negara apa ? tugas negara menciptakan kebijakan agar dana bisa mengalir kedalam bisnis. Kebijakan itu bisa dari segi perizinan , penyediaan infrastruktur ekonomi maupun keuangan. Tujuannya agar terjadi Demand and supply. Market equilibrium.

Dari kebiijakan itulah akan lahir kreatifitas bisnis. Kreatifitas bisnis itulah value atau disebut dengan finance atau dana. Value ditentukan oleh aspek tekhnologi, bahan baku, pasar, SDM dan dukungan stakeholder. Bagaimana kalau anda tidak ada modal untuk memulai kreatifitas bisnis dan menghasilkan value ? Engga usah kawatir. Karena ada jembatan untuk melewati itu. Apa itu ? Lembaga venture capital. Kalau sulit deal dengan ventur capital, anda bisa deal dengan angel investor, yang lebih mengutamakan pendekatan pribadi. Nah kalau sudah bisa melewati itu. Maka anda bisa mengakses sumber kuangan. Di pasar uang, bisa dengan menarik pinjaman dari bank dan lembaga keuangan non bank dengan berbagai skema. Bisa juga melalui pasar modal lewat penerbitan saham atau menjual obligasi.

Jadi era sekarang itu tidak ada lagi istilah uang atau money dimana pemerintah sebagai creator dan presiden perutnya buncit. Tidak. Tetapi era sekarang yang berlaku adalah dana atau finance, dimana dana itu adalah value. Value itu dalam bentuk kreatifitas bisnis yang melahirkan tekhnologi , bahan baku yang terjamin, produk yang kompetitif dan SDM yang punya passion tinggi dan perusahaan/ negara yang punya komitmen kepada pemangku kepentingan ( stakeholder ). Contoh Apple asset nya hanya USD 366 juta. Namun valuenya sebesar USD 1 triliun pada tahun lalu. Hitung berapa valuenya?. Itu hampir sama dengan 250 kali. Artinya leverage asset nya mencapai 250 kali dari asetnya. Jadi kalau dia berhutang 10 kali dari asset realnya masih dibeli orang obligasinya. Inalum dengan TO Freeport Indonesia. Padahal asset inalum holding hanya US$ 469,7 tetapi bisa menerbitkan global bond unsecure sebesar USD 3,8 miliar. Itu artinya leverage sebesar 7 kali dari asset.


Masalah di kita sekarang banyak orang berpikir uang adalah money bukan dana atau finance. Berhutang berarti memindahkan ( gadaikan) asset dengan cash 70% dari harga pasar. Artinya kalau anda pinjam uang ke bank 100 harus punya colateral 130%. Makanya hutang jadi hantu menakutkan. Hutang jadi paranoid. Sarjana takut bisnis. Ya karena mindset tidak berubah. Padahal dunia sudah berubah.


***

FB ikut menanggapi pernyataan PS mengenai “ Menteri tukang utang “. Saya tidak kaget bila FB cenderung mendukung pernyataan PS. Karena saya masih ingat sebelum masa Kampanye teman saya banker mengatakan bahwa PS membentuk team pakar ekonomi untuk membangun opini menyalahkan kebijakan ekonomi Jokowi. Team ini di prakarsai oleh Amin Rais, yang punya banyak kolega dikalangan akademisi dan pengamat politik. Tentu ini semua ada anggarannya. Semua data yang disampaikan oleh FB tida ada yang salah, Itu semua valid. Saya hanya meluruskan opini yang terlalu miring, bahkan terlalu dipaksakan agar publik menilai buruk terhadap kinerja Jokowi.

Pertama, benar utang di era Jokowi meningkat drastis dibandingkan era SBY. Selama kurun waktu 2014-2018 utang pemerintah pusat naik 69 persen, dari Rp 2.605 triliun menjadi Rp 4.416 triliun. Peningkatan itu lebih tinggi ketimbang periode 2010-2014 sebesar 55 persen. Harusnya FB juga jujur menyampaikan data situasi dan kondisi yang diterima Jokowi dari SBY. Menurut data, sejak 2010 hingga 2011 tren pertumbuhan ekonomi selalu turun. Dari 2011, itu ada penurunan pertumbuhan 6,5% turun sampai 5,2%. Kalau dibiarkan terus turun maka hancur negara ini. Nah di era Jokowi tren nya naik lagi. Engga gampang itu. Buktinya hampir semua negara maju dan ASEAN belum mampu naik lagi. Jadi wajar saja kalau utang bertambah. Mengapa ? Namanya situasi down , utang itu jadi instrument untuk melakukan counter cyclical. Para pengusaha dan pejabat keuangan paham soal ini.

Kalau kurang paham, saya analogikan begini. Anda punya Pemasukan Rp. 8 juta. Pengeluaran Rp. 9 juta. Sementara cicilan utang Rp. 1 juta. Artinya disamping defisit , anda juga masih harus membayar utang. Begitulah kondisi ekonomi yang diwarisi Jokowi dari SBY. Gimana solusinya ? Dalam ilmu keuangan dikenal dengan teori counter cyclical. Apa itu ? suatu langkah kebijakan dengan menambah modal ( uang ) dengan tujuan meningkatkan kapasitas agar pertumbuhan terjadi sehingga kemampuan membayar lebih tinggi. Memang cara cepat melakukan counter cyclical adalah menambah utang. Bukan utang untuk belanja rutin yang tidak berdampak kepada peningkatan kapasitas. Tetapi untuk investasi meningkatkan kapasitas.

Apakah gampang menarik utang ditengah kondisi down atau shock ? Tidak. Coba aja anda bayangkan. Kalau dalam kondisi perusahaan atau rumah tangga sedang kesulitan keuangan, kan engga gampang menarik utang. Makanya selalu counter cyclical di ikuti dengan serangkaian kebijakan yang memastikan terjadinya pertumbuhan. Para kreditur memperhatikan tekad anda untuk berubah dalam mengatasi masalah financial. Nah apabila kebijakan ini sinkron dengan rencana ada berhutang maka kreditur akan percaya memberikan utang. Nah apa hasilnya ? utang memang bertambah namun kemampuan membayar utang juga meningkat. Terbukti semua cicilan utang bisa dibayar dan ekonomi tetap tumbuh diatas 5%.

Kedua, FB mengakui bahwa utang di era Jokowi masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Indikatornya adalah Debt to Ratio yang masih dibawah 30% dari PDB. Namun FB merendahkan prestasi Debt to Ratio ini dengan membandingkan kepada negara maju. Dia bandingkan dengan Jepang yang ratio utang terhadap PDB sebesar 250%. Alasanya, Jepang walau tinggi rasio utangnya namun Jepang memberikan pinjaman kepada negara lain. Jepang berhutang kepada rakyatnya sendiri. Jadi Dalil ini tidak ada kaitanya untuk menjustifikasi rasio utang seperti jepang itu lebih baik dari Indonesia. Mengapa ? rumus rasio utang itu berhubungan dengan kemampuan negara membayar utang yang dikaitkan dengan kapasitas ekonomi. Di era Jokowi utang memang bertambah namun rasio utang sebesar 30% atas PDB atau tetap dibawah pagu UU yang menentukan maksimum utang 60% dari PDB. 

Mengapa utang bertambah tetapi rasio utang tidak jauh beda dengan era SBY? karena rumus rasio utang itu berbanding terbalik dengan PDB. Artinya semakin besar utang selagi PDB juga meningkat, hasilnya tidak akan meningkatkan rasio utang. Sama dengan anda pinjam uang ke bank untuk investasi meningkakan produksi. Utang bertambah, tapi asset produksi juga meningkat. Rasio utang terhadap asset tidak akan meningkat Sementara kemampuan membayar juga meningkat. Lain hal utang untuk kawin lagi. Gimana? kalau utang 250% seperti Jepang? sementara kapasitas hanya 100%?. Engga perlu sekolah tinggi untuk menjawab itu. Faktanya Jepang suffering mengatasi beban utang itu. Pertumbuhan mendekati 0%, bahkan pernah minus. Hanya masalah waktu tabungan masyarakat tidak akan mampu lagi membayar ongkos yang terus meningkat akibat harga naik dan pertumbuhan ekonomi rendah.

Ketiga, pembangun infrastruktur hanya disediakan anggaran oleh pemerintah sebesar 9,8% saja dari Rp 5000 triliun. Sisanya menerapkan pembiayaan non APBN. Soal utang untuk pembiayaan infrastruktur yang dilakukan oleh BUMN dan Swasta itu urusan bisnis. Pemerintah hanya memberikan konsesi yang apabila jangka waktu habis, kembali ke negara tanpa negara keluar uang. FB seharusnya tidak perlu membahas utang bisnis. Karena utang BUMN atau Swasta itu tidak dijamin negara. Antara kreditur dan debitur ada hitungan bisnis yang ketat dalam proses memberikan pinjaman.

Keempat, FB mengatakan bahwa utang G2G lebih baik daripada utang ke pasar uang lewat SBN, dengan alasan suku bunga lebih rendah dan kalau gagal bayar lebih mudah dibicarakan. Itu juga alasan yang tidak terpelajar. Mengapa ? Utang G2, syarat ditentukan oleh negara krditur, yang umumnya menjajah. G2G tidak ada urusannya dengan kinerja negara. Yang penting presiden nya loyal. Bukti semua negara yang berhutang kepada negara lain tidak punya posisi tawar yang kuat dalam politik luar negeri. Kehormatan negara otomatis jatuh. Sementara utang SBN itu berkaitan dengan keterbukaan atau transparansi. Negara menentukan aturan sendiri soal syarat utang. Tingkat bunga SBN ditentukan oleh pasar dan ini tergantung kinerja pemerintah. Kalau makro ekonomi kita sehat dan korupsi rendah , bunga akan rendah dengan sendirinya. Buktinya suku bunga SBN kita atau actual rate tidak lebih tinggi dari bunga bank atau G2G. Kehormatan negara tetap tinggi.

Alangkah baiknya bila FB focus kepada keahliannya dibidang ekonomi dengan mengungkap data secara jujur. Cukup bicara dengan data apa adanya dan simpulkan data itu apa adanya. Contohlah Uda Dr. Muhammad Chatib Basri, S.E., M.Ec, yang pernah jadi Menteri Keuangan era SBY. Dia jujur bicara apa adanya. Dia memuji langkah kebijakan pemerintah Jokowi.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »