Guru Dibebani Hal Yang Bukan Tugasnya, Administrasi Menumpuk. Lalu Bagaimana Mereka Bisa Fokus Mendidik?

January 13, 2020


Mendikbud.id -  Guru sekarang banyak sekali kegiatan seperti bimtek kurikulum baru, pelatihan-pelatihan dari dinas, ngurusi BOSDA, ngurusi BOSPUS, akreditasi sekolah, sibuk melengkapi Dapodik, Padamu negeri, pendataan-pendataan, ngurusi adiwiyata, ngurusi sarpras, atau ke dinas pendidikan ngurusi berbagai macam urusan kedinasan. 

Yang jadi korban adalah anak-anak didik yang terlalu sering ditinggal gurunya. Mereka cuma diberi tugas mencatat atau mengerjakan LKS tetapi kurang sekali diterangkan dengan jelas oleh gurunya. Sehingga anak-anak pun menjadi terlantar & liar karena tidak ada guru yang mengawasinya di dalam kelas. Hal ini jelas berpengaruh buruk terhadap prestasi, tingkat & kualitas pendidikan anak.

Guru memang top model bagi anak didik, tapi guru bukanlah malaikat. Penuturan presiden Jokowi di atas merupakan bentuk pengakuan bahwa administrasi guru masih belum humanis. Harapannya, administrasi guru harus lebih dilangsingkan lagi, agar mereka lebih fokus kepada program pembelajaran dan bimbingan.

Administrasi guru dirasa terlalu melimpah, mulai dari kegiatan harian, mingguan, bulanan, semesteran, hingga tahunan.

Beban administrasi guru saat ini tidak hanya berupa silabus dan turunannya semisal, prota (program tahunan), promes (program semester), RPP, KKM, analisa KD, dan sistem penilaian (kognitif), akan tetapi ditambah dengan administrasi tambahan berupa penilaian afektif dan psikomotorik. Dan setiap aspek terdiri dari berbagai indikator penilain yang bejibun. Begitu banyak beban tugas guru yang harus dipenuhi karena perubahan sistem.

Belum lagi peraturan guru yang sangat ketat. Guru saat ini tak lebih seperti halnya buruh pabrik. Tolok ukur hanya berpacu pada presensi dengan sidik jari (finger print).

Pelangsingan administrasi guru di sini bukan berarti bentuk ketidakmampuan guru, hanya saja menghindari hal-hal yang tidak diinginkan semisal, pembuatan berkas administrasi yang asal-asalan karena mengejar deadline. Dengan demikian, guru bisa lebih konsentrasi dalam menanamkan nilai-nilai luhur (moral). Karena moral adalah goal setting yang harus dipenuhi oleh anak didik.

Guru bukanlah buruh. Menjadi buruh tidak memerlukan syarat pendidikan khusus, ritme kerjanya sama, objek yang dihadapi benda mati, bekerja demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, dan terikat dengan upah semata. 

Lain halnya guru, diperlukan persyaratan pendidikan khusus, pola kerjanya harus kreatif, variatif, dan inovatif, objeknya adalah benda hidup, prinsip kerjanya agar siswa dapat belajar menyenangkan, komunikatif, dan kreatif, serta diikat oleh tanggung jawab moral dan sosial.

Sumber :lintasgayo.co

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan, semoga ada manfaatnya untuk kita semua..........\

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »