Pendekatan dramaturgi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami penggunaan simbol-simbol dalam dunia sosial. Pendekatan dramaturgi ini disebut juga dengan dramatisme. Pendekatan dramaturgi pertama kali dikenalkan pada awal tahun 1950-an oleh Kenneth Burke. Pendekatan ini menyatakan bahwa interaksi manusia dapat digambarkan sebagai sebuah drama. Hubungan antara kehidupan dan teater bersifat literal bukan metafora.
Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan dramaturgi merambah ke dalam berbagai disiplin ilmu sosial yang lain. Beberapa murid dari Kenneth Burke-lah yang berjasa dalam penerapan pendekatan dramaturgi ini ke dalam beberapa disiplin ilmu, seperti :
- Susan Sontag, menggunakan pendekatan dramaturgi ke dalam ilmu filsafat.
- Hugh Dalziel Duncan, menggunakan pendekatan dramaturgi ke dalam ilmu sosiologi.
- Doris Graber, menggunakan pendekatan dramaturgi ke dalam ilmu politik.
- Erving Goffman, menggunakan pendekatan dramaturgi ke dalam ilmu komunikasi interpersonal.
Pendekatan dramaturgi terus dikembangkan oleh para peneliti dalam berbagai bidang ilmu tersebut, sehingga pendekatan dramaturgi ini sekarang berkembang sebagai suatu sarana untuk memahami kompleksitas penggunaan simbol-simbol manusia dalam komunikasi.
Teori Dramaturgi dalam Komunikasi. Dramaturgi pada dasarnya merupakan suatu perspektif sosiologi yang menitikberatkan pada manajemen dalam kehidupan sehari-hari. Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul : "The Presentation of Self in Everyday Life", menjelaskan suatu teori yang menggambarkan interaksi sosial sebagai sebuah teater. Erving Goffman mengambil pengandaian bahwa kehidupan individu sebagai sebuah teater atau panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai aktor kehidupan, yang kemudian disebut sebagai teori dramaturgi. Dalam teori dramaturgi terdapat dua esensi, yaitu :
- konsep front region (wilayah depan). Wilayah depan merujuk pada peristiwa sosial yang menunjukkan bahwa individu menampilkan peran formalnya. Mereka sedang memainkan perannya di atas panggung sandiwara dihadapan khalayak penonton. Dalam konsep ini, penilaian yang diberikan kepada orang lain didasarkan pada berbagai petunjuk yang orang lain berikan, begitu juga sebaliknya. Dari penilaian tersebut, kita akan menggunakannya untuk menampilkan diri kita dihadapan orang lain. Dengan kata lain, ketika kita berinteraksi dengan orang lain maka secara sengaja kita akan menampilkan diri kita sebagaimana yang kita inginkan.
- konsep back region (wilayah belakang). Wilayah belakang merujuk pada tempat dan peristiwa yang memungkinkan orang untuk mempersiapkan perannya di wilayah depan. Selain itu, ketika pertunjukan telah selesai, maka semua pemain atau pemeran akan kembali ke wilayah belakang. Mereka merasa bahwa semua tindakan yang ditampilkan di atas panggung telah secara bebas diekspresikan. Wilayah belakang merupakan tempat di mana pemain atau pemeran hadir namun dengan tanpa kehadiran khalayak yang menontonnya. Di wilayah belakang pula, seorang pemain atau pemeran dapat keluar dari karakter aslinya tanpa merasa takut dapat merusak penampilannya.
Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan panggung (font stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang panggung (back stage) tempat pada pemain atau pemeran bersantai, mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memerankan perannya di panggung depan.
Erving Goffman menyebutkan bahwa sebagai bagian atau wilayah depan (front region), dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
- front pribadi (personal front). Personal front meliputi bahasa verbal dan bahasa tubuh sang pemain atau pemeran, seperti berbicara sopan, intonasi, ekspresi wajah, pakaian, dan lain-lain.
- setting front pribadi. Setting front pribadi meliputi expressive equipment yaitu peralatan untuk mengekspresikan diri.
Sedangkan sebagai bagian atau belakang (back region) adalah : the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting atau penampilan diri yang ada pada front. "The self" yang dijelaskan oleh Erving Goffman tersebut sangat dipengaruhi oleh konsep "The Self" dari George Herbert Meat.
Teori dramaturgi mencoba untuk membandingkan dunia manusia dengan dunia teater, serta menggambarkan perbandingan antara manusia di kehidupan nyata dengan para pemain atau pemeran di atas panggung. Teori dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving Goffman ini mengasumsikan bahwa identitas disajikan kepada suatu khalayak pada suatu kejadian tertentu dan ditempat tertentu. Oleh karenanya, aspek penting dari teori dramaturgi dalam konteks komunikasi adalah :
- konsep khalayak, dan ;
- hubungan antara individu dengan khalayak dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Hakekat dari teori dramaturgi adalah menganalisis interaksi sosial sebagai suatu pertunjukan teatrikal. Kehidupan normal dibandingkan dengan suatu penampilan di atas panggung di mana manusia masing-masing memainkan peran dalam kehidupan. Peran yang manusia mainkan adalah suatu bentuk citra atau bayangan yang ingin diwujudkan oleh masing-masing individu dengan naskah cerita sebagai sebuah isi yang dikomunikasikan kepada khalayak. Tujuannya adalah agar khalayak percaya dengan apa yang disajikan.
Fokus dari teori dramaturgi adalah bukan pada apa yang orang lakukan, bukan apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka lakukan, tetapi berfokus pada bagaimana mereka melakukan. Berdasarkan pandangan Kenneth Burke bahwa pemahaman yang layak atas perilaku manusia harus bersandar pada tindakan, maka teori dramaturgi menekankan pada dimensi ekspresi atau impresi aktivitas manusia, yaitu bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga ekpresif. Oleh karena perilaku manusia bersifat ekspresif inilah maka perilaku manusia bersifat dramatik.
Teori dramaturgi mengeksplorasi bentukan diri sosial, hubungan, dan kenyataan sosial melalui penggunaan bahasa dan interaksi secara mikroanalisis. Teori dramaturgi Erving Goffman ini terinspirasi dari konsep dasar interaksi sosial George Herbert Mead, dan tentunya dipengaruhi juga oleh pendekatan dramatisme yang dikemukakan oleh Kenneth Burke.
Semoga bermanfaat.
EmoticonEmoticon