VENEZUELA..

May 01, 2019

Sore itu saya ada janji makan malam dengan teman dari Venezuela di Harbour Cafe Kowloon-Hong Kong. Saya datang lebih awal. Saya sabar menanti. Akhirnya dia datang juga. Masih cantik seperti saya kenal 15 taun lalu. Kini, tepatnya setahun lalu dia berkarir di Perusahaan consultant di Hong Kong.
“ Tadi siang saya membaca berita tentang krisis ekonomi yang berujung krisis politik di Venezuela. Berita CNN juga mengabarkan hal yang sama. “Kata saya mengawali.
“ Masalah jatuhnya ekonomi Venezuela bukan hanya berawal tahun 1998, tetapi memang sejarah Venezuela sejak merdeka, tidak pernah ekonomi negara dalam keadaan benar benar stabil. Jadi kalau sampai gagal, itu hanya masalah waktu"
“ Oh i see.”
“ Tentu saja ada pasang surut. Ada saat ketika ekonomi Venezuela merupakan salah satu negara yang paling cepat berkembang di dunia. Tetapi kurangnya perencanaan jangka panjang, kekacauan fiskal, sistem terpusat dan pengeluaran minyak yang tidak terkendali, malah tidak menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Inilah pemicu krisis "Black Friday" terjadi pada 18 Februari 1983, ketika devaluasi mendadak bolivar mengakhiri apa yang disebut "Saudi Venezuela”.

Sejak 1983, ekonomi Venezuela telah menurun, tidak ada langkah efektif dilakukan untuk perbaikan. Ketika langkah positif perbaikan dicoba dilakukan pada tahun 1989, terjadi krisis politik.  Dimulai dengan protes jalanan, dilanjutkan dengan upaya kudeta (4 Februari dan 27 November 1992) dan berakhir dengan pemberhentian presiden saat itu (Carlos A. Perez).”

“ Apakah setelah itu ekonomi Venezuela membaik? kata saya.
“ Ada harapan. Lahirnya rezim sosialis. Namun langkah-langkah ekonomi yang diambil selama periode 92-98 adalah populis. Gangguan fiskal tidak pernah diperbaiki, juga tidak ada rencana ekonomi jangka menengah atau panjang yang dibuat, dan masalah inflasi, devaluasi, dan proteksionisme yang berlebihan dipertahankan terhadap BUMN”

“ Kemudian?

“ Kemudian Chavez datang. Dia menduduki kursi kepresidenan. Satu-satunya rencananya adalah menghabiskan anggaran untuk ekspansi sosial dan, pada waktu bersamaan, ia menasionalisasi semua sumber daya.  Ia menerapkan skema populis yang membuat populasi tertidur. Harga minyak yang tinggi membantu menciptakan ilusi kesejahteraan, sementara industri non-minyak menjadi kurang kompetitif dari sebelumnya. Beberapa kemajuan dibidang produksi pertanian menurun drastis. Karena kebijakan penyitaan lahan pertanian yang dikuasai perusahaan besar dengan tujuan mengontrol produksi dan keadilan. Sama  dengan kebijakan komunisme. “

“ Oh i see. Singkatnya, bertahun-tahun korupsi, kebijakan ekonomi yang keliru atau tidak efektif, gangguan administrasi, populisme yang diperburuk, kurangnya rencana ekonomi jangka menengah dan panjang; Selain pengulangan kesalahan yang sama dalam lingkaran setan, telah membuat ekonomi Venezuela gagal meskipun memiliki pendapatan terbaik yang pernah ada.” Kata saya.

“ Ya, lebih buruk lagi itu terjadi by design oleh politik kiri. Chavez biar keroknya” Katanya.

“ Bisa ceritakan tentang  Chavez ?

“ Ia adalah seorang sosialis sejati. Namun dia tidak punya visi yang luas bagaimana negara sosialis bisa  berkembang di abad 21. Ia lahir dari keluarga pekerja, di Sabaneta, Barinas. Karis Chávez sempat menjadi seorang perwira militer. Namun itu tidak berjalan mulus. Ia merasa tidak puas dengan sistem politik Venezuela. Pada awal tahun 1980, ia mendirikan organisasi bawah tanah Revolutionary Bolivarian Movement-200 (MBR-200). Tujuannya menggulingkan pemerintahan. Akhirnya tahun 1992, dia nekat melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Carlos Andrés Pérez dari Partai Aksi Demokrasi. Aksinya mudah diredam. Iapun dipenjara. 

Setelah bebas dari penjara selama 2 tahun, ia mendirikan partai politik demokrasi sosial. Ia menyebut itu Gerakan Republik Kelima. Lewat Pemilu dia berhasil terpilih sebagai presiden Venezuela tahun 1998. Chávez langsung memperkenalkan konstitusi baru yang menambah hak-hak kaum terpinggirkan dan mengubah struktur pemerintahan Venezuela. Programnya sangat populis. Ia sangat populer dihati Rakyat. “
“ Makanya dalam pemilu berikutnya tahun 2000 dia terpilih lagi.”kata saya.
“ Ya. Pada masa pemerintahannya periode kedua, ia memperkenalkan sistem Misi Bolivarian, Dewan Komunal, koperasi pekerja, dan program reformasi tanah, sambil menasionalisasikan sejumlah industri penting di Venezuela.’
“ Itupun memuaskan rakyat yang memilihnya.” kata saya.
“ Ya.”
“ Makanya tidak mengejutkan bila Ia terpilih lagi tahun 2006 dengan jumlah suara 60%.”
“ Ya. Namun pada tanggal 30 Juni 2011, Chávez menyatakan bahwa ia sedang memulihkan diri pasca-operasi pengangkatan tumor sel kanker. Ia melaksanakan operasi kedua pada bulan Desember 2012. Namun tidak mengurangi ambisinya untuk terus berkuasa. Kembali pada 7 Oktober 2012, Chávez memenangkan pemilu presiden untuk keempat kalinya, mengalahkan Henrique Capriles, dan terpilih untuk masa jabatan selama enam tahun. Ia rencananya dilantik pada tanggal 10 Januari 2013, tetapi Majelis Nasional Venezuela sepakat menunda pelantikannya sampai ia pulih dan pulang dari tempat perawatannya di Kuba. Chávez meninggal dunia di Caracas tanggal 5 Maret 2013 pada usia 58 tahun.

“ Aneh juga. Mengapa empat kali Pemilu dia menang terus menang. Apakah memang rakyat puas denga kinerjanya? 
“ Menurut kita yang waras tentu tidak puas. Tetapi dia memang cerdas. Dia membangun kekuasaan diatas program populis. Ini tentu disambut oleh rakyat banyak yang sudah lama terpinggirkan oleh sistem ekonomi yang tidak adil. Apalagi ketika ia terpilih sebagai presiden pada tahun 1998, rasio GINI sangat lebar sekali. Chavez menjalankan berbagai reformasi sosial sebagai bagian dari revolusi Bolivariannya”

“ Darimana uangya untuk membiyai itu?

“ Dibiayai dari keuntungan atas harga minyak yang tinggi. Dengan kemelimpahan untung minyak  itu dia suplai uang ke rakyat. Apapun disubsidi, gaji PNS naik berlipat. Namun korupsi terjadi massive. BUMN tidak efisien dan salah kelola. Ini terus berlangsung sejak diawal kekuasaannya”

“ Mengapa sampai begitu parahnya? Apakah tidak ada kontrol dari Parlemen? 

“ Justru tahun 1999 dia telah mengebiri Parlemen dengan mengeluarkan konstitusi baru. Dia berangus demokrasi parlementer  begitu saja. Tidak ada lagi keseimbangan dalam sistem kekuasaan. Dia semakin menjadi lembaga tak tertandingi. “

“ Oh i see. Terus?

“ Tahun 2010 harga minyak jatuh di pasaran dunia. Ia tidak segera melakukan serangkaian reformasi ekonomi atas terjadinya trend menurunnya harga minyak itu. Ia justru menabuh genderang “Perang ekonomi” terhadap kelangkaan barang.”
“ Apa kebikananya?
“ Ya. Dalam upaya menstabilkan ekonomi dan mengendalikan harga barang-barang penting, Chavez memperkenalkan kontrol ketat terhadap pertukaran mata uang asing, tetapi mekanisme itu segera menjadi alat untuk korupsi. Dampaknya adalah sistemik. Hiperinflasi dan runtuhnya industri sektor swasta. Keruntuhan ekonomi antara tahun 2013 hingga 2017 lebih buruk daripada kondisi Amerika Serikat (AS) saat Depresi Besar (The Great Depression).

“Oh i see. Nah, ketika Chavez meninggal karena kanker, tempatnya diambil oleh menteri luar negerinya, Nicolás Maduro. Bagaimana dengan Maduro ?

“ Maduro tidak membuat kebijakan membangun kepercayaan pasar. Ia justru membuat pasar semakin tidak percaya. Sistem demokrasi semakin kacau dan terpusat.  Dia memecat para hakim di Mahkamah Agung negara, dan menggantinya dengan para loyalisnya, dan membatalkan hukum yang disahkan oleh Majelis Nasional yang tidak sesuai keinginan dia , termasuk tindakan yang membebaskan para tahanan politik. Pemilihan gubernur provinsi ditangguhkan. Bahkan ia memutuskan mendukung pembubaran legislatif, tetapi keputusan itu dibatalkan setelah menghadapi protes nasional dan internasional. 

Pada bulan Juli 2017, Maduro mengadakan pemilihan umum untuk majelis konstituante, dengan kandidat dari daftar yang disetujui dia sendiri.  Ini cara dia memangkas atau membongkar lembaga negara yang berbeda pendapat. Itu cara dia untuk melangkahi Majelis Nasional yang dipimpin oposisi, yang dipilih dalam pemungutan suara bebas pada Mei 2016. Jaksa Agung yang dipekerjakan Maduro sendiri keberatan dan sejak itu melarikan diri ke Kolombia. Protes jalanan terhadap langkah itu dihancurkan, di mana lebih dari 110 orang tewas. Dampaknya, Pada tahun 2018, dengan ekonomi yang terjun bebas, kelaparan terus mewabah dan hingga sepersepuluh dari populasi (diperkirakan empat juta orang) telah meninggalkan negara itu. Beberapa anggota lingkaran dalam Maduro telah terlibat dalam perdagangan narkoba.

Dalam upaya untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya, Maduro mengadakan pemilihan awal pada bulan Mei tetapi jumlah pemilih di bawah 50 persen, dan PBB, Uni Eropa, dan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), menolak pemilihan tersebut dan menyatakannya sebagai kecurangan. Pelantikan Maduro tetap dilaksanakan pada 10 Januari 2019 yang memicu bentrokan dimana mana.”

“Wah malah lebih parah ya. Terus gimana? adakah harapan?

“ Rakyat Venezuela butuh pemimpin baru untuk membangun kembali ekonomi yang porak poranda. Muncul nama Juan Guaido? Ia tidak populer di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia Masih muda, usia 35 taun. Namun dia hadir karena didorong gelombang politik yang meluas atas ketidak puasan kepada Pemerintah. Kebetulan senior partainya semua di penjara atau dalam pengasingan.  Guaido pun diangkat menjadi ketua Majelis Nasional pada 5 Januari 2019 karena itu adalah giliran partainya, Voluntad Popular (People’s Will).”

“ Bagus juga. Guaido yang relatif tidak dikenal dan tidak terhubungn dengan masa lalu,  itu menjadi keuntungan tersendiri bagi karir poliitknya, di negara di mana oposisi umumnya gagal untuk membedakan dirinya, kehilangan keberanian pada saat-saat kritis, menyerah pada pertikaian, dan bukan tidak mungkin juga terlibat korupsi. Ada celah Guaido bisa naik?

“ Guaido memperjuangkan klaimnya sebagai presiden dengan sebuah pasal dalam konstitusi yang menyatakan bahwa ketua Majelis Nasional diizinkan untuk mengambil kekuasaan sementara dan mengumumkan pemilihan baru dalam 30 hari, jika legislatif menganggap presiden gagal memenuhi tugas pokok atau telah mengosongkan jabatan itu. “

“ Namun tentu ditentang oleh Maduro.”

“ Ya”

“ Bagaimana dengan AS?

“ AS umumnya lemah terhadap pemimpin otoriter sepanjang negara itu secara politik dan ekonomi stabil. Namun untuk Maduro hal yang berbeda. Trump memanfaatkan krisis politik di Venezuela ini untuk mendapatkan simpati terhadap para pendukungnya yang memang menginginkan reformasi ekonomi dan politik di Venezuela. Maklum hampir semua konglomerat perbankan dan lembaga keuangan punya akses ke elite politi AS , dan mereka menginginkan AS menjatuhkan rezim yang berkuasa agar ekonomi venezuela membaik dan hutang bisa dibayar. Pemerintahan Trumps menolak dialog untuk perubahan rezim. Opsi serangan militer mungkin akan diambil. “

“ Namun Rusia, China, Iran dan negara lainnya keberatan atas opsi serangan militer. Mengapa ?

“ Karena tidak ada people power atau gelombang massa yang bergerak, yang mendasari bahwa rezim Maduro tidak di sukai oleh rakyat.

“ Mengapa ? 

“ Ya, walau dalam derita yang tak tertanggungkan, namun rakyat  Venezuela jauh lebih takut dari ancaman Kapitalis. Mindset itu terbenam dalam diri mereka. Karenanya mereka bisa berdamai dengan kenyataan dan takut berubah.” katanya dengan wajah mendung.

Hidangan telah tersedia diatas meja. Dia pandang saya sejurus. “ Saya kadang menyesali mengapa saya tidak dilahirkan di Indonesia. Venezuela di karunia Sumber daya Alam berupa gas dan minyak yang melimpah. Bahkan terbesar di dunia dari segi cadangan. Namun kehidupan kami dari tahun ketahun bukannya bertambah baik dan maju, malah semakin mundur. Ketika Indonesia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya dan semakin dipercaya oleh pasar uang dengan predikat investment grade, pertumbuhan ekonomi Venezuela malah minus. Hutang terus bertambah, mencicil tidak bisa. Hutang itu bukan untuk pembiayaan pembangunan tetapi hutang untuk bayar hutang dan mengongkosi krisis politik yang minus income. Rasio utang dan cicilan dua kali dari penerimaan negara.” Katanya.

“ Ya. Tapi kan sumber dana multilateral tertutup akibat rating surat utang no value. Gagal bayar dimana mana. Terjadi penumpukan tunggakan dan biaya hukum dari kasus arbitrase. Rasio utang terhadap ekspor ikut meningkat”

“ Pinjaman baru secara konvensioanl memang tidak mungkin. Venezuela terpaksa menarik dana dari black market sumber shark loan yang berbunga tinggi dan syarat mencekik. Dampaknya utang bertambah berlipat dalam dua tahun belakangan ini. Kapal tanker yang mengangkut ekspor minyak kami melakukan aksi mogok. Karena tagihan tidak pernah dibayar. Dampaknya ekspor migas jatuh. Ekpsor kami bukan tidak ada pembeli tetapi tidak ada kapal yang mau mengangkut.

Transaksi LC antar bank untuk ekspor juga tidak bisa lagi dilakukan karena perbankan kami tidak punya credit settlement antar bank dalam perdagangan international. Kami semakin terasing dalam perdagangan dunia. Kalau kini Venezuela dilanda kekacauan dan akis demo dari kelompok oposisi,itu bukanlah karena mereka membenci Pemerintah. Tetapi karena semakin sulitnya mendapatkan akses kepada barang. Memang BBM murah tapi kami tidak hidup dari BBM Kami butuh makanan, susu dan obat obatan, itu semua menjadi barang langka di sini, dear. Berbeda dengan Indonesia. Akses kepada barang dan jasa terbuka lebar. Barang melimpah dan produksi terus terjadi. Selalu ada cinta dan tawa. Hal itu yang hilang pada kami kini.

Rezim kiri yang berkuasa di Venezuela telah bermetamorfosis menjadi diktator. Awalnya mereka berkuasa menjanjikan banyak hal. Gaji PNS naik berlipat. Semua kebutuhan pokok murah, Subsidi terjadi disemua barang dan jasa. Tetapi setelah berkuasa bulan madu hanya sebentar. Setelah itu elite politik mengambil segala galanya, termasuk kebebasan. Lambat laun tidak ada lagi uang untuk mengongkosi kebijakan populis itu. Dan mereka menyalahkan AS dan negara penyokong kapitalis. Kami sebagai rakyat tidak bisa menyalahkan negara Barat dan AS yang meng embargo kami. Itu wajar. Sama dengan kami. Karena mereka juga korban dari rezim yang engga becus. Mau berhutang tapi tidak tahu bagaimana harus membayar. Venezuela telah mengalami proses percepatan kemunduran yang signifikan terhadap kualitas hidup kami, membuat kami lebih sulit untuk mengakses hal-hal paling mendasar sebagai manusia.” Katanya.

“ Indonesia memang negeri yang diberkati Tuhan. Anda berhasil melaksanakan pemilu jujur dan adil. Seorang tukang kayu yang humanis berhasil menjadi pemenang Pemilu. Itulah demokrasi, Itulah people power dari sistem demokrasi. Rakyat Indonesia beruntung tidak jatuh ke tangan kelompok yang percaya dengan sistem otoriter yang berbungkus agama dan sosialis.” sambungnya.

“ Mengapa ? 

“kamu kan tahu dear, itu pernah terjadi di Venezuela 15 tahun lalu. Kini kami menderita karena itu, dan negeri kami menjadi negara gagal. Belajarlah dari yang gagal agar tetap melangkah kearah yang baik. “ katanya. 



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »