"Produk impor yang banyak dipakai mereknya Marco," kata pemilik PO Rejeki Transport, Wiwit Kurniawan saat ditemui di Wonogiri, Kamis 22 Desember 2016. Perangkat ini dilengkapi dengan tiga corong terompet. Menurutnya, perangkat buatan Pakistan ini juga banyak digunakan oleh bus di luar negeri. "Pengusaha bus Indonesia tahu klakson ini saat berada di Arab," katanya. Harga klakson ini, kata dia, bisa mencapai Rp 2,5 juta, belum termasuk ongkos pasang.
Pengusaha bus banyak yang memilih produk tersebut lantaran suaranya yang nyaring. "Cukup awet juga," katanya. Berbeda dengan produk lokal yang terkadang suaranya sumbang.
Meski demikian, produk lokal memiliki suara yang lebih bervariasi. "Ada yang menggunakan lima hingga enam corong," katanya. Pengemudi juga bisa memainkannya dengan nada-nada yang ada di lagu populer.
"Harga produk lokal juga cukup murah," katanya. Perangkat itu bisa ditebus dengan harga mulai Rp 600 ribu. "Tinggal pilih yang impor atau lokal," kata pengusaha bus asal Yogyakarta itu.
Hanya saja, perangkat telolet ini hanya efektif jika dipasang di bus besar. "Karena punya sistem pengisian kompresor angin otomatis," katanya. Sedangkan untuk bus kecil dan sedang, pengusaha harus menambah kompresor tambahan yang harus diisi angin secara manual.
EmoticonEmoticon