Pengertian Resesi Ekonomi. Istilah resesi sangat erat kaitannya dengan masalah perekonomian, terutama berkaitan dengan kemerosotan atau kelesuan perekonomian suatu negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resesi diartikan sebagai :
- kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti).
- menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal yang seringkali tidak bisa dikendalikan, seperti mekanisme pasar dan lainnya. Dalam konteks ekonomi makro, resesi adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB atau GDB ini merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Faisal Basri, seorang ahli ekonomi Indonesia, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah mencatat angka negatif selama dua triwulan berturut-turut. Sedangkan National Bureau of Economic Research (NBER) mengartikan resesi sebagai periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh ekonomi dan berlangsung selama lebih dari beberapa bulan.
Indikator Resesi. Secara umum, resesi terjadi ketika ekonomi menurun secara signifikan. Terdapat beberapa indikator terjadinya resesi, yaitu sebagai berikut :
- pertumbuhan ekonomi lambat, bahkan melemah selama dua kuartal berturut-turut. Pada umumnya, pertumbuhan ekonomi digunakan bagai ukuran untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalamai kenaikan berarti negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang kuat, demikian sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami penurunan, bisa jadi negara tersebut diambang resesi ekonomi.
- terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi. Kondisi inflasi yang terlalu tinggi akan mempersulit kondisi ekonomi suatu negara, karena harga-harga komoditas akan melonjak sampai tidak dapat dijangkau oleh masyarakat. Kondisi inflasi yang demikian akan memicu terjadinya resesi ekonomi. Demikian halnya dengan deflasi. Harga-harga komoditas yang menurun secara drastis akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan yang rendah. Akibatnya, biaya produksi tidak tertutup sehingga volume produksi akan rendah. Kondisi yang demikian juga akan memicu terjadinya resesi ekonomi.
- terjadi ketidak-seimbangan atara produksi dengan konsumsi. Keseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi, maka ketika produksi dan konsumsi tidak seimbang akan mengakibatkan permasalahan dalam siklus ekonomi. Jika tingkat produksi tinggi, tetapi tidak diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi juga akan mengakibatkan terjadinya penumpukan stok persesediaan barang. Demikian juga sebaliknya, apabila produksi rendah sementara konsumsi tinggi, maka kebutuhan masyarakat tidak dapat tercukupi, dan harus dilakukan impor. Hal demikian dapat memicu terjadinya resesi ekonomi.
- nilai impor lebih besar dibandingkan nilai ekspor. Apabila nilai perdagangan impor dan ekspor suatu negara tidak stabil, dalam arti nilai impor lebih besar dari pada nilai ekspor maka hal tersebut akan berdampak pada perekonomian negara yang bersangkutan. Nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor akan beresiko pada defisit anggaran negara. Hal demikian akan memicu terjadinya resesi ekonomi.
- tingkat pengangguran tinggi. Tingkat pengangguran yang tinggi akan berpengaruh kepada rendahnya daya beli masyarakat. Dalam tataran tententu dapat memicu timbulnya tindak kriminal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi yang demikian itu dapat juga memicu terjadinya resesi ekonomi.
Faktor Penyebab Resesi Ekonomi. Selain dari beberapa indikator terjadinya resesi ekonomi tersebut di atas, terdapat juga beberapa sebab terjadinya resesi ekonomi, diantaranya adalah :
- suku bunga tinggi.
- hilangnya kepercayaan investasi.
- jatuhnya harga properti.
- anjloknya pasar modal.
- krisis kredit.
- deregulasi.
- deflasi.
Dampak Resesi Ekonomi. Dengan kondisi perekonomian yang terus menurun, akan banyak lini kehidupan yang akan terpengaruh. Resesi ekonomi akan menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, diantaranya sebagai berikut :
- mengakibatkan penurunan pada aktifitas atau kegiatan ekonomi masyarakat.
- mengakibatkan sulitnya ketersediaan lapangan kerja, investasi, dan mengurangi keuntungan suatu perusahaan.
- meningkatnya jumlah pengangguran.
- daya beli masyarakat menurun serta kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.
- banyak usaha yang tutup karena bangkrut.
- angka kriminalitas meningkat.
Mengatasi Resesi Ekonomi. Dampak dari resesi ekonomi dapat berimbas pada neraca pembayaran dari sisi impor maupun ekspor, juga akan berpengaruh pada pasar saham dan pasar uang. Terdapat beberapa cara yang akan diambil oleh pemerintah dalam upayanya mengatasi resesi ekonomi yang terjadi, diantaranya adalah :
- melakukan kebijakan fiskal, seperti penurunan bea masuk, pemberian subsidi dan menciptakan insentif agar perusahaan atau sektor usahanya tidak terbebani terlalu besar.
- mempertahankan suku bunga acuan dari bank central.
Resesi ekonomi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh kegiatan ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Di mata masyarakat awam, resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi) atau meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.
Semoga bermanfaat.
EmoticonEmoticon