Saat aku baru saja hendak memejamkan mata, suara benda jatuh membangunkan aku. Aku Iangsung menatap kearah dapur. Yakin suara itu datang dari sana.
Kulihat jam tanganku, baru jam sembilan malam. Lidya belum waktunya pulang, jadi tidak mungkin dia yang membuat suara itu.
Aku berjalan kearah sakelar lampu. Menyalakan lampu dan tidak ada cahaya sama sekali. Hanya kegelapan.
"Listriknya padam, Iagi." Ucapku Iesu.
Suara piring pecah kembali membuat aku tergagap. Aku tidak mungkin Iagi salah dengar. Kuambil ponsel di saku celana jeans, menyalakan senternya dan mulai berjalan dengan gugup.
Aku sering menonton adegan seperti ini di film horor, biasanya hantu selalu hadir di belakang. Aku Iangsung berbalik dan menemukan kekosongan. Aku terlalu penakut untuk hal ini.
Aku sudah memasuki area dapur. Menemukan piring berserakan. Bukan hanya satu piring tapi beberapa piring telah ada di lantai.
Suara kucingku membuat aku tahu siapa pelakunya. Aku mencari kucing itu dan menemukan dia sudah ada di bawah kakiku. Mengelus kepalanya di kakiku.
"Apa yang kau lakukan, Cisu?" Kutanya kucing itu setelah aku berjongkok dan mengelus kepalanya dengan sayang.
EmoticonEmoticon