Sejak aku mengenalnya, hidupku berubah 180 derajat. Farell Albimo us Aghnelli, atau panggil saja dia Bimo. Ya, laki laki yang kupanggil Kak Bimo itu pada akhimya membuatku jatuh hati padanya. Lebih tepatnya, aku terlambat menyadari bahwa aku jatuh hati padanya. Lelaki yang dulu kupanggil Om Mesum itu telah mengalihkan pandanganku yang dulunya sangat, sangat, sangaaat membencinya, menjadi pandangan yang penuh benci padanya. Om Mesum? Julukan itu kuberikan karena dulu dj mataku, ia hanyalah seorang pria tua yang suka cari perhatian dengan cara konyol dan... mesum.
Meskipun sebenarnya ia bukan laki laki mesum, tapi rasa tidak sukaku padanya telah mengantarku pada pikiran negatif tentang sosok Bimo. Aku hanya tidak mengerti, terkadang aku merasa berlebihan terhadap orang lain. Ya, mungkin itu hukuman yang tepat bagiku jika kemudian aku jatuh hati pada Bimo.
Oke, kita sudah berkenalan dengan Bimo. Dia adalah pria yang mengisi hari hariku, membantuku melewati masalah, dan sosok dengan sejuta peso na yang kenyataannya dia adalah suamiku.
“Aku benar benar beruntung mendapatkan perempuan cantik seperti dirimu,” bisiknya. Tentu saja aku tak mudah percaya dengan rayuan murah an yang sering kali keluar dari mulutnya, meskipun rayuan itu senantiasa membuatku jatuh cinta padanya lagi, dan lagi.
Bagiku saat itu, pinangan Kak Bimo menjadi sesuatu yang kutunggu tunggu dan mengusik malam malamku. Aku selalu berharap akan menemukannya berbaring di sampingku saat aku akan menutup mata di malam hari dan terbangun di pagi hari. Kubayangkan aku tidur dalam pelukannya. Dalam dadanya yang bidang, kudengar detak jantungnya, kurasakan hembusan napasnya yang hangat. Dan ketika seluruh harap dan mimpiku
EmoticonEmoticon