Bulan Mey ini, Morgan Stanley Capital International mengeluarkan MSCI index. MSCI index sendiri di created tahun 1962 oleh Morgan Stanley. Apa itu MSCI index ? MSCI index sebagai acuan bagi fund manager global untuk mengukur performa pasar di area tertentu. Ada banyak sekali indeks yang dibentuk oleh MSCI, lebih dari 160.000 indeks. Jadi sebetulnya ini hal yang sudah biasa seperti tahun tahun sebelumnya. Tetapi tahun ini menjadi sangat berbeda karena MSCI menempatkan Saham China seri A dalam menentukan MSCI index emerging market. Padalah China bukan lagi negara masuk dalam kelompok Emerging Market. China udah negara maju. Dampaknya terjadi koreksi terhadap bobot Index MSCI Indonesia. Tepatnya saham Indonesia terdelusi karena Marcap saham Cina memang besar sekali.
MSCI memasukkan saham kelas A emiten China pada 15 Mei 2018. MSCI menambah satu saham dalam indeks MSCI Indonesia yang masuk MSCI Global Small Cap Indexs. Saham itu yaitu PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM). Selain itu, MSCI juga keluarkan lima saham Indonesia antara lain PT Indofarma Tbk (INAF), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Totalindo Eka Persada Tbk, dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON). Dalam jajaran MSCI Global Standard Index, MSCI menambah satu saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). Sedangkan MSCI lepas saham PT XL Axiata Tbk (EXCL). Maka apa yang terjadi ? Para manager investasi segera melakukan rebalancing saham, dengan merombak isi dari portofolio saham-saham.
Tentu ini berpengaruh terhadap bursa saham Indonesia. Mengapa? ya karena maklum investor asing menguasai sekitar 65 % dari pasar modal di Indonesia. Apalagi index MSCI ini sebagai acuan oleh permain di bursa global dengan capitalisasi USD 13 triliun, dimana didalamnya bursa Emerging market termasuk indonesia sebesar USD 1,7 triliun. Periode juni 2018 Saham-saham Bursa Efek Indonesia (BEI) terdelusi dari 22,54% menjadi 22,04%. Ini sangat significant. Diperkirakan Rp 18 triliun kemungkinan dana asing hengkang dari bursa Indonesia. Aksi jual investor asing terus terjadi hingga memasuki kuartal II 2018. Apalagi proses rebalancing sedang berlangsung. Belum lagi naiknya suku bunga the fed dan keadaan ekonomi Amerika Serikat (AS) menguat sehingga dorong penguatan dolar AS dan imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor AS capai level tertinggi. Dana bisa saja pindah dari saham ke obligasi.
Namun kalau saya perhatikan trend aksi jual saham itu tidak akan berlanjut lama. Mengapa ? kinerja APBN semakin baik. Pada kwartal pertama tahun 2018, realisasi APBN sudah mencapai 26%. Ini akan terus mendorong konsumsi dalam negeri. Belum lagi akan ada ASIAN GAME dan pertemuan IMF-Bank Dunia pada Oktober 2018 yang dapat mendorong sektor konsumsi menguat dan sentimen positip terhadap perekonomian Indonesia.
EmoticonEmoticon