Virus corona: Tragedi pesta ulang tahun yang jadi sumber infeksi Covid-19, 14 tertular, tiga meninggal dunia

April 16, 2020
[ad_1]




Clovis (paling kiri) bersama istri, anak dan menantunya.Hak atas foto
Arsip keluarga



Image caption

Clovis (paling kiri) bersama istri, anak dan menantunya.

Sebuah pesta ulang tahun Maret lalu di Sao Paulo, Brasil, berubah menjadi tragedi ketika 14 anggota keluarga terinfeksi virus corona dan tiga di antara mereka meninggal dunia.

Sehari sebelum pesta, pencetus acara Vera Lucia Pereira, 59 tahun, sudah sempat ragu menjalankan rencana itu.

“Kami ragu, tapi memutuskan untuk lanjut karena belum banyak kasus virus corona di negeri kami,” katanya kepada BBC News Brasil.

Pada hari pesta, 13 Maret, Kementerian Kesehatan Brasil memastikan ada 98 kasus, dan 56 di antaranya di Sao Paulo.

Pesta dengan 28 tamu

Pesta Pereira dilakukan di halaman belakang rumah, dengan 28 tamu.

Di antara hadirin ada kakak iparnya, Paulo Vieira, 61 tahun, yang meninggal dunia dua minggu kemudian.

"Kami mengundang saudara-saudara dan keponakan. Hanya keluarga dekat agar tak terlalu banyak yang datang," kata Pereira.

Beberapa hari sesudah pesta, mulai ada yang menunjukkan gejala batuk, demam, dan sesak napas, gejala khas orang-orang terkena Covid-19.

Menurut perkiraan keluarga, setengah dari yang hadir di pesta menunjukkan gejala sakit beberapa hari sesudahnya.

Kegembiraan dari pesta berubah menjadi duka.

Minggu lalu, tiga bersaudara dari satu keluarga meninggal dicurigai terinfeksi virus corona.







Hak atas foto
Arsip Keluarga



Image caption

Salete (paling kiri) dan keluarganya. Tak ada yang menyangka pesta ini jadi tempat penularan virus corona.

Minggu ini, hasil tes diterima. Salah satu dari mereka, María Salete Vieira, 60 tahun, positif Covid-19.

"Kini kami yakin kematian ibu kami disebabkan oleh virus corona," kata anak Maria, Rafaela Hanae, 33 tahun.

“Penyakit ini agresif sekali. Ibuku sudah dirawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan ventilator, tapi tetap tak bisa diselamatkan”.

Keluarga ini masih menunggu hasil tes dua orang lagi, tapi mereka yakin hasilnya akan seperti yang mereka perkirakan.

"Dokter yang merawat menyatakan 99% yakin itu Covid-19 berdasarkan kondisi klinis dan bagaimana situasinya terjadi," kata Pereira.

Ia juga mengalami gejala, tapi kini sudah pulih.

“Secara fisik, saya baik-baik saja hanya batuk sedikit. Namun ini saat-saat yang sangat sulit. Ini semua tragedi,” katanya.

Reuni terakhir

Maria do Carmo Vieira, 58 tahun, mengatakan pesta ulang tahun Pereira dipakai jadi kesempatan ia dan saudara-saudaranya untuk bertemu.

"Kami sudah lama tidak berkumpul. Tak selesai mudah mengumpulkan semua di satu tempat," katanya.

Namun pesta itu jadi reuni terakhir mereka.

Dua hari kemudian, Maria Salete, salah satu perempuan di keluarga Vieira, mulai sakit. Ia diare parah.

"Kemudian ia mulai demam, seakan mengalami infeksi. Suami saya membawanya ke rumah sakit, ia diberi obat lalu pulang," kata salah seorang saudara perempuannya.

Beberapa hari kemudian kondisi Salete, yang menderita diabetes dan darah tinggi, memburuk.

Sesudah itu, anggota keluarganya yang lain mengalami gejala, sekalipun ringan dan tak perlu perawatan.

Tak percaya







Hak atas foto
Arsip keluarga



Image caption

Beberapa hari sesudah pesta, anggota keluarga satu demi satu mengalami gejala Covid-19, dan tiga dari mereka meninggal dunia.

Awalnya, keluarga ini tak percaya mereka terpapar virus corona.

“Baru sedikit kasusnya di Brasil, jadi kami pikir kami aman,” kata Vieira.

Menurut catatan, tak ada anggota keluarga yang memperlihatkan gejala saat pesta. Maka tak jelas siapa yang pertama kali terinfeksi.

"Menemukannya sekarang tak akan mengubah apa-apa,” kata Vieira.

Mereka mulai memperhitungkan kemungkinan adanya infeksi virus corona seminggu sesudah gejala pertama muncul di keluarga mereka.

"Kasusnya mulai meningkat di seluruh negeri, terutama di Sao Paulo dan kami sadar bahwa penyakit ini tak kelewat jauh dari kami. Lalu karena gejalanya sama, kami paham bahwa saudara-saudara kami dan keluarga Vera telah terinfeksi," kata Vieira.

Korban jiwa lain

Saudara dari Vieira yang mengalami gejala parah Covid-19 bernama Clovis, 62 tahun.

"Tiga hari sesudah pesta, ayahku mulai batuk-batuk, sakit kepala dan demam. Ia kehilangan indera perasa dan penciuman," kata Arthur Ribeiro, 30 tahun.

Kesehatan Clovis, yang tak punya penyakit sebelumnya, memburuk beberapa hari kemudian.

Arthur lalu membawa ayahnya ke rumah sakit tanggal 23 Maret, dan dokter memberi resep obat dan menyuruhnya pulang.

"Mereka tidak berpikir itu virus corona," katanya.

Segera sesudahnya, suami Pereira, Paulo, juga dibawa ke rumah sakit.

Ia dianggap yang paling sehat di antara saudara-saudaranya. Ia berolahraga setiap hari, dan sering bersepeda dan hiking.

Ketika masuk rumah sakit, kesehatannya dianggap baik, hanya sedikit tersengal-sengal.

"Dua hari kemudian kondisinya memburuk dan ia dirawat di unit perawatan intensif (ICU)," kata Pereira.

Sepanjang hidup mereka, Clovis and Paulo bersama-sama di hari-hari terakhir mereka.

Keduanya dicurigai terinfeksi virus corona dan ditempatkan di tempat tidur yang berdekatan dengan pasien Covid-19 di rumah sakit umum.

Berakhir tragis

Pagi hari 1 April, Salete mengalami gagal jantung dan paru dan tidak selamat.

Hari berikutnya, Clovis Vieira juga meninggal dengan gagal jantung. Malamnya, adiknya Paulo meninggal.

“Kami sangat sedih. Kami tujuh bersaudara yang dekat. Kami sayang satu sama lain. Hidup keluarga kami jadi mimpi buruk. Saya tak percaya apakah ini benar-benar terjadi,” kata Maria do Carmo Vieira.

Salete dan Paulo dikuburkan dalam peti mati tertutup sebagaimana panduan yang dikeluarkan oleh National Agency for Health Surveillance untuk tersangka atau pasien dengan Covid-19.

Clovis dikremasi, sebagaimana keinginannya.

Tiga upacara diadakan terpisah, beberapa hari sesudah kematian, dilangsungkan singkat dihadiri oleh 10 orang, maksimum yang diperbolehkan pihak berwenang Brasil.

Penyintas

Para penyintas pesta 13 Maret kini masih diisolasi.

Gejala mereka sudah pulih. Namun semua memilih tetap mengisolasi diri untuk berjaga-jaga. Kini mereka meminta orang agar menghindar kemungkinan penularan dan tidak keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak.

"Ini bukan pilek. Ini bencana. Virus ini mengerikan dan kejam. Cepat sekali ia mengambil nyawa orang. Semua harus tahu pentingnya merawat diri, mengisolasi diri dan merawat orang yang kamu sayangi. Penting sekali berempati dan menghormati orang lain saat ini," kata Rafaela Hanae, anak satu-satunya Salete.

Vera Lucia Pereira yang berulang tahun, juga meminta orang merawat diri dan tinggal di rumah.

Ia merasa kesulitan terbesar menghadapi virus ini di Brasil justru bersumber dari pernyataan-pernyataan presiden Jair Bolsonaro.

"Omongannya tak masuk akal. Ia orang yang berwenang dan ia perlu sadar akan hal itu. Orang tak boleh mengikutinya waktu ia bilang virus corona itu sebanding dengan pilek. Warga Brasil harus bisa mengurus diri mereka sendiri," katanya.

Bagi Vera kini ia harus hidup tanpa suaminya.

"Kami harus terus hidup. Kami tak mau keluarga lain mengalami seperti apa yang kami alami,” katanya.









PETA dan INFOGRAFIS: Gambaran pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia

GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk kering terus menerus

SEBERAPA CEPAT VAKSIN JADI: Paling tidak 20 vaksin tengah dikembangkan, namun kapan tersedia?

LAPORAN KHUSUS VIRUS CORONA











[ad_2]

Source link

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »