MEMBOSANKAN. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan hari-hari Vanessa Kiandra. Bangun, sarapan, berangkat kulial; pulang, mengerjakan tugas, tidur, bangun lagi, begitu terus siklusnya. Kemonotonan itu sudah
dilakoninya sejak empat tahun silam.
Tahun-tahun sebelumnya, Vanessa Kiandra yang kerap disapa Nessa adalah seorang gadis ceria. Ada satu hal yang membuat gadis itu kemudian berubah menjadi lebih pendiam dan enggan mengekspresikan kondisi hati. Seiring berlalunya waktu, ia merasa lebih nyaman mengunci bibir. Setidaknya, dengan begitu tidak akan ada orang yang
mempennainkannya.
Turun dan' bus yang membawanya pulang kampus, Nessa berjalan menuju rumah yang ditinggalinya berdua dengan kakak tersayang. Gadis itu melihat mobil berwama hitam mengilat di depan teras rumah. Yang jelas, itu bukan mobil kakaknya. Gadis berparas ayu itu menggerakkan dua pundak. siapa pun pemilik mobil itu, tentu saja bukan
urusannya. “Dik, sini.”
Nessa yang baru saja melewati pintu ganda yang menjadi akses utama masuk rumah, sejenak menghela napas tepat ketika suara kakaknya memanggil. Mau tak mau meski
lelah sepulang kuliah ia hams menghampiri si pemanggil.
EmoticonEmoticon