Fregat Iver Huitfeldt class (photo : Brian Aitkenhead) Soal Pembelian Kapal Patroli, Ini Kata Kemenkeu JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menanggapi keinginan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan untuk membeli kapal berukuran besar guna menjaga laut Indonesia. Hal ini berkaitan dengan masuknya kapal Coast Guard China ke Perairan Natuna, Kepulauan Riau. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menjelaskan, pada dasarnya pemerintah melalui Kementerian Pertahanan sudah menganggarkan pendanaan untuk alat utama sistem senjata (alutsista). Namun, terkait penambahan kapal tersebut, dirinya belum mengetahui apakah sudah masuk dalam alokasi yang ada atau belum. "Tentunya kami tidak tahu apa yang disampaikan (penambahan kapal) itu sudah ada alokasinya atau belum, nanti dicek persisnya, tentunya di Kemenhan sudah ada pendanaan alutsista, apakah itu kapal atau peralatan untuk perang lainnya," ujar Askolani ditemui di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (7/1/2020). Kendati demikian, Askolani menyebut, jika terjadi peningkatan ketegangan antara Indonesia dan China di Perairan Natuna maka pemerintah memiliki dana on call yang bisa dicairkan kapan pun. Serupa seperti kebutuhan ketika Indonesia menghadapi konflik di Aceh dan Sulawesi. Askolani menekankan, tentunya dana on call tersebut hanya akan disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Mengingat Kementerian Pertahanan sendiri merupakan kementerian dengan alokasi anggaran terbesar. "Nanti kita lihat kebutuhan, ini baru awal tahun. Pagu Kemenhan kan banyak," kata dia. Sebelumnya, Luhut menyebut, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan berencana membeli kapal patroli dengan ukuran 138-140 kelas frigate pada tahun ini untuk menjaga wilayah Perairan Natuna. Meski demikian, Luhut tak menyebutkan berapa unit kapal yang akan dibeli. Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah memerintahkan untuk menambah pasukan serta unit kapal pengawasan guna memperketat pertahanan di Perairan Natuna yang diakuinya masih minim petugas patroli. "Seharusnya kita marah pada diri kita sendiri. Kita punya kapal tapi belum cukup, sehingga presiden memerintahkan lagi untuk membangun lebih banyak kapal dan coast guard kita yang patroli," ujar Luhut di kantornya, Jakarta, Jumat (3/1/2020). (Okezone)
KRI Teuku Umar 385 dan rudal pertahanan udara dari TNI AD sudah hadir di Natuna (photo : Antara) TNI-AL Tambah Lima Kapal Perang ke Natuna JawaPos.com – Jalur diplomatik menjadi pilihan pemerintah Indonesia dalam menyikapi pelanggaran zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang dilakukan Tiongkok. Pada saat bersamaan, operasi penjagaan diperkuat. Bahkan, tambahan lima KRI dikirim ke Laut Natura Utara untuk mengintensifkan operasi. Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya TNI Yudo Margono menyatakan, hubungan baik antara Indonesia dan Tiongkok harus tetap terjaga. Tidak boleh rusak lantaran dinamika yang terjadi di Natuna Utara. Masuknya kapal nelayan berikut kapal Coast Guard Tiongkok ke perairan ZEE Indonesia di Natuna Utara, kata Yudo, sudah ditindaklanjuti. Bukan hanya pemerintah, TNI bersama instansi lain seperti Badan Keamanan Laut (Bakamla) juga bertindak. Mereka mengirim pasukan beserta alat utama sistem persenjataan (alutsista) ke Natuna Utara. Yudo menegaskan, armada tersebut hadir bukan untuk bertindak gegabah. Melainkan sebagai tindakan persuasif. Yakni menyampaikan kepada kapal-kapal Tiongkok bahwa ZEE merupakan bagian dari Indonesia. Sehingga tidak boleh ada pelanggaran hukum, apalagi illegal fishing. Yudo memastikan bahwa arahan itu sudah disampaikan kepada para prajurit yang dikirim ke Natuna Utara. Jenderal bintang tiga TNI-AL tersebut menekankan kepada para prajurit untuk melaksanakan tugas sesuai prosedur. ”Kehadiran kapal perang Indonesia adalah representasi negara. Sehingga mereka (Tiongkok, Red) seharusnya paham, ketika negara mengeluarkan kapal perangnya, negara sudah hadir di situ,” tandasnya. Dilansir dari Batam Pos, saat ini tiga Coast Guard Tiongkok masih mengawal kapal ikan nelayan Tiongkok di perairan Indonesia. Posisinya berada di 130 nautical mil timur laut Pulau Bunguran. TNI-AL pun melakukan langkah persuasif. ”KRI Teuku Umar dan KRI Tjiptadi yang sedang patroli langsung melakukan komunikasi ke kapal Coast Guard Tiongkok dan meminta untuk segera meninggalkan wilayah ZEE Republik Indonesia,” kata Yudo.
Lima KRI dalam perjalanan menuju Natuna (photo : TNI AL) Dalam situasi seperti saat ini, jelas Yudo, TNI-AL berusaha tegas, tapi menghindari terjadinya benturan. Nah, komunikasi secara persuasif dilakukan agar kapal asing, termasuk dari Tiongkok, meninggalkan wilayah ZEE di Laut Natuna. ”Tindakan pengusiran ini akan terus dilakukan. Baik di lapangan maupun secara diplomatik oleh Kemenlu,” ujarnya. Tiga KRI lebih dulu Selain kapal milik Bakamla, hingga kemarin sudah tiga KRI yang dikirim TNI-AL ke Natuna Utara. Dua kapal korvet KRI Tjiptadi 381 dan KRI Teuku Umar 385 sudah diperkuat satu unit kapal korvet lainnya, yakni KRI Usman-Harun 359. Komando Armada I yang berada di bawah Kogabwilhan I dalam operasi di Natuna Utara memastikan masih menambah kekuatan. Kepada Jawa Pos, Kadispen Koarmada I Letkol Laut Pelaut Fajar Tri Rohadi mengungkapkan bahwa kemarin lima KRI lain berada dalam perjalanan menuju Natuna. Lima kapal tersebut akan ikut dalam operasi Kogabwilhan I di Natuna Utara. ”KRI Karel Satsuit Tubun 356, KRI John Lie 358, KRI Tarakan 905, KRI Sutendi Senoputra 378, dan KRI Teluk Sibolga 536,” jelas dia. Fajar memastikan bahwa lima KRI berbagai jenis itu segera tiba di Natuna Utara. Terhadap seluruh pengawak kapal perang tersebut, Koarmada I menuturkan bahwa mereka harus menaati seluruh aturan dan hukum laut. Baik hukum yang berlaku di Indonesia maupun hukum internasional. Seluruh tindakan yang dilakukan kapal-kapal TNI-AL harus dilaksanakan secara terukur dan profesional. Tujuannya ialah memastikan tidak ada tindakan gegabah yang bisa membuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok terganggu. Mereka juga diminta melaksanakan rules of engagement (RoE).
Kapal selam KRI Alugoro-405 bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi dalam rangka ujicoba (photo : JawaPos) JawaPos.com – Kapal selam KRI Alugoro-405 bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi kemarin sore. Kapal tersebut memiliki panjang 67 meter. Kapal selam itu hadir di Banyuwangi dalam rangkaian sea acceptance test (SAT) atau uji coba. Kapal diesel elektrik tersebut merupakan join production antara PT PAL Indonesia (Persero) dan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co., Ltd (DSME), Korea Selatan. Komandan Lanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal mengungkapkan, Pelabuhan Tanjung Wangi dipilih sebagai tempat sandar karena lokasinya sangat strategis. Dari segi kesiapan dan keamanan dermaga sangat mendukung. ’’Kebutuhan logistik maupun transportasi menuju Banyuwangi sangat mudah dijangkau,” kata Yulius.
KRI Alugoro-405 saat uji coba (photo : submarines.id) Kapal selam KRI Alugoro-405, lanjut dia, merupakan kapal baru dan pertama di Indonesia. Saat ini, kapal tersebut sedang menjalani kegiatan uji coba. ’’Setelah melewati tahap uji coba, baru akan diresmikan dan diserahkan kepada TNI-AL” jelasnya. General Manager PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Wangi Moh. Nizar Fauzi menambahkan, Pelabuhan Tanjung Wangi mendukung penuh kegiatan uji coba kapal selam Alugoro. ’’Pelabuhan Tanjung Wangi memiliki dermaga dengan kedalaman kurang lebih 14 LWS. Sangat siap untuk sandar kapal selam,” terangnya. ”Uji coba kapal selam Alugoro ini diperkirakan selesai Juli 2020 mendatang,’’ imbuhnya. (JawaPos)
Fregat 138-140 meter akan dibeli pada tahun ini. Namun Luhut enggan menyampaikan berapa jumlah kapal yang akan dibeli itu (photo : Michael Leek) Kawal Ketat Natuna, RI Tambah Kapal hingga Bikin Pangkalan Militer Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia kekurangan kapal patroli di Perairan Natuna. Oleh sebab itu, tak heran kalau tahu-tahu ada kapal negara lain yang masuk tanpa izin. Contohnya kapal China yang masuk ke Natuna dan menimbulkan ketegangan di awal 2020 ini. Hal ini pun sudah dikoordinasikan Luhut dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Rencananya pemerintah akan menambah kapal besar dengan jenis ocean going (lintas samudera) untuk menjaga Natuna. "Jadi ke depannya, Pak Bowo (Menhan Prabowo Subianto) tadi juga sudah bilang akan memperbanyak kapal angkatan laut. Tadi saya usul supaya ada ocean going kapal yang lebih panjang karena di situ kalau kamu beli kapal 105 meter, baru 2 hari kamu sudah muntah darah," ujar Luhut usai bertemu Prabowo Subianto di kantornya, Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Jumat (3/1/2020). Menurut Luhut sejak Indonesia merdeka belum punya kapal ocean going. Soal pembeliannya sendiri diserahkan kepada Kementerian Pertahanan, baik harga maupun unitnya. "Kita belum pernah punya selama republik ini merdeka. Jadi sekarang ini yang tadi dengan Pak Bowo itu, mau beli yang 138-140 meter frigate," kata Luhut. "Kalau belinya ya nggak tahu itu urusannya Menteri pertahanan. Masa saya tanya-tanya gimana, walaupun saya tahu masa saya cerita," lanjutnya. Luhut menambahkan pemerintah akan melengkapi pengamanan di Natuna. Dia menyatakan pemerintah akan membuat pangkalan angkatan laut dan pangkalan coast guard. "Nah coast guard sendiri nanti akan kita lengkapi. Jadi nanti pangkalan angkatan laut di Natuna dan pangkalan coast guard di situ dan perikanan kita itu kan sudah dibuat tapi belum selesai semua," ungkap Luhut. (Detik)
Semakin besar kapal, sea state levelnya semakin tinggi sehingga mampu untuk misi ocean going (image : GAO) Luhut: Kapal Patroli Kita Kurang
tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia kekurangan kapal untuk berpatroli di Laut Natuna Utara. Luhut bilang hal ini menjadi perkara yang harus dibenahi dalam merespons klaim Cina atas Laut Natuna Utara. “Ya kalau kita enggak hadir kan, orang hadir. Jadi kita sebenarnya yang paling marah pertama itu pada diri kita sendiri. Kita punya kapal belum cukup,” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jumat (3/1/2019). Polemik laut Natuna ini bermula ketika Cina dianggap melakukan klaim sepihak atas laut Natuna Utara melalui Nine Dash-Line yang dikeluarkan negara itu. Melalui peta itu, Cina mengakui Laut Natuna Utara sebagai bagian dari wilayahnya baik darat maupun perairan. Pada Desember 2019, kapal penjaga laut Cina muncul di perbatasan perairan Natuna Utara. Posisi mereka belakangan diketahui masuk secara ilegal.
Dari hasil pembicaraannya dengan Presiden Joko Widodo, Luhut mengklaim pemerintah akan menambah produksi kapal dalam negeri. Ia menjelaskan kapal Angkatan laut Indonesia akan diperbanyak. “Nah presiden sudah perintahkan tadi untuk membangun lebih banyak lagi kapal kapal kita, coast guard kita untuk melakukan patroli,” ucap Luhut. Luhut pun mengusulkan agar Indonesia perlu membeli kapal baru ukuran 138-140 meter kelas frigate. Ia mengatakan selama Indonesia merdeka, kapal jenis ini belum pernah dimiliki. Hal ini katanya telah ia komunikasikan dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. “Dan tadi saya usul supaya ada ocean going kapal yang lebih panjang. Kita belum pernah punya selama republik ini merdeka. Jadi sekarang ini yang tadi dengan Pak Bowo itu, mau beli yang 138-140 meter frigate,” ucap Luhut. Ketika ditanya dari mana kapal itu akan dibeli, Luhut belum dapat memastikannya. Ia menyerahkan itu kepada Prabowo baik terkait harga maupun asal negara produsen. Yang pasti, ia merencanakan jika seandainya kapal itu bisa dibeli tahun ini. “Tahun ini [beli] saya kira begitu,” ucap Luhut (Tirto)
Tank BVP2 Korps Marinir TNI AL dilengkapi dengan kanon otomatis 2A42 kaliber 30 mm, senapan mesin PKT 7.62 mm serta antitank missile launcher (photo : Elfan) Dispen Kormar (Surabaya). Asisten Logistik Komandan Korps Marinir Kolonel Mar Agung Trisnanto meninjau uji fungsi penembakan Amunisi PKT (Polemet Kalasnikov Tank) BPV-2 Batalyon Arhanud 2 Marinir buatan Serbia, di Lapangan tembak Internasional Lettu Mar (ANM) FX. Soepramono Karangpilang, Surabaya, Senin (30/12/2019).
Kanon utama tank BVP2 (photo : Akmal Studio) Dalam kesempatan tersebut, Aslog Dankormar didampingi Kalabinsen Kolonel Laut (E)Cholik Kurniawan, Aslog Pasmar 2 Kolonel Mar Muh. Maftukin, Wadan Menart 2 Mar Letkol Mar Gunawan Tri Utomo, Paslog Menart 2 Mar Letkol Mar Rana Karyana, M.Tr. Hanla, SE,M.M., Danyon Arhanud-2 Marinir Letkol Marinir Agus Nyubianto, M.Tr.Opsla., PT Tri Sakti Nusa Arta Bpk. Dwi Satya. Sebelum melaksanakan penembakan, Danyon Arhanud 2 Marinir menjelaskan kepada tim peninjau dan penguji yang didamping oleh Pasiops Yon Arhanud 2 Mar Mayor Mar Laode Rustam Balemping, Danrai Bravo Kapten Mar Sindu Yanuarianto tentang daya tembak amonisi buatan Serbia tersebut, awak pucuk melaksanakan Drill Penembakan serta paparan Kasilap Senum Labinsen tentang Karateristik kelaikan pucuk ranpur Uji.
Dalam uji penembakan itu para tim penguji dari Korps Marinir memberikan penembakan langsung (untuk menguji jarak aman) dengan jarak 300 meter, penembakan arah langsung. (Korps Marinir)
Latihan terbang malam dengan pesawat Casa NC212 U-6205 (all photos : Puspenerbal) Latihan terbang malam yang dilaksanakan skuadron 600 wing udara 2 merupakan salah satu fase program latihan yang harus dilaksanakan oleh seorang penerbang dalam kegiatan Konfersi, Captaincy maupun Instruktursi Training kegiatan yang dilaksanakan ini adalah bentuk dukungan Skuadron Operasional kepada Skuadron 200/ Latih dalam meningkatkan profesi penerbang. Dalam kegiatan Terbang malam seorang penerbang akan diuji kemampuan terbang tanpa adanya visibility (jarak pandang) atau dalam istilah penerbangan disebut Instrument Flight Rules (IFR). Kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap pilot/penerbang militer. Dimana seorang pilot harus menggunakan semua instrument yang di pesawat untuk melaksanakan Take Off, bernavigasi dan juga landing.
Pada kesempatan kali ini (23/12) Pesawat Casa NC212 U-6205 yang dimiliki oleh Skuadron 600 Wing Udara 2, mengambil bagian dalam pelaksanaan program Captaincy Training guna mencetak Captain Pilot baru. Terlihat pada latihan kali ini siswa Captaincy sedang melaksanakan fase latihan Terbang Malam, dimana siswa diharapkan mampu memahami prosedur terbang malam dan mengaplikasikan dalam praktik terbang malam yang dilaksanakan. (Puspenerbal)