Versi Kombatan "Elang Hitam" Mampu Terbang Sejauh 250 Km dan Bawa Rudal 300 Kg

December 30, 2019
30 Desember 2019


Prototipe pesawat udara nirawak "Elang Hitam" akan dibuat empat pesawat (photo : Antara)

Drone Buatan Indonesia Mampu Terbang Sejauh 250 Km dan Bawa Rudal 300 Kg

BANDUNG - Pesawat udara nirawak (Puna) Medium Altitude Long Endurance (MALE) bernama Elang Hitam atau Black Eagle yang dibuat oleh enam lembaga dan BUMN ini memiliki sejumlah kelebihan.

Drone buatan anak bangsa yang rencananya mulai beroperasi pada 2024 mendatang ini mampu terbang sejauh 250 kilometer dengan membawa peluru kendali (rudal) seberat 300 kilogram.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfien Goentoro mengatakan, pesawat nirawak ini mampu terbang dengan maximum endurance 30 jam dalam perhitungan maximum cruising speed 235 km/jam.Tak hanya itu, pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh ini mampu terbang sejauh 250 km. Namun, pesawat ini hanya mampu membawa beban sekitar 300 kg. Beban ini rencananya bisa dipakai untuk kebutuhan militer seperti membawa misil atau rudal.

Elang Hitam versi militer (graphic : BPPT)

"Tetapi untuk tahap awal bukan untuk kombatan. Tetapi bisa dipakai untuk kebutuhan pengawasan dari udara seperti ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing," jelas dia, Senin (30/12/2019).

Pesawat ini memiliki lebar 16 meter, panjang 8,65 meter, dan tinggi 2,6 meter. Saat take off, pesawat bisa mengunakan landasan sepanjang 700 meter. Sedangkan saat mendarat (landing) bisa pada landasan sepanjang 500 meter. Kemampuan ini hampir mirip dengan pesawat N212 buatan PTDI yang dibuat untuk bandara perintis.

Menurut Kepala BPPT Hammam Riza, pesawat nirawak ini diperlukan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara yang sangat efisien dan dapat mengurangi potensi kehilangan jiwa karena dioperasikan tanpa pilot.

Misssion system UAV Elang Hitam (photo : Angkasa Review)

Dengan kemandirian ini, diharapkan PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan skadron TNI AU dalam mengawasi wilayah NKRI melalui udara. Selain itu, dapat menumbuhkembangkan industri dalam negeri yang sesuai dengan mandat Undang-Undang No.16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. "Produk ini diharapkan mengisi kebutuhan impor nasional. Sehingga menjadi negara mandiri dan kompetitif," imbuh dia. (SindoNews)


BPPT-PT DI buat tiga lagi prototipe pesawat nirawak MALE hingga 2024

Bandung (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT Dirgantara Indonesia serta institusi lain yang tergabung dalam Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) akan membuat tambahan tiga prototipe pesawat udara nir awak (PUNA) atau drone tipe medium altitude long endurance (MALE) yakni PM-2, PM-3 dan PM-4 pada periode 2020-2024. 

"Kita akan buat tiga lagi prototipe PUNA MALE dalam periode 2020-2024," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro di dalam acara Roll Out PUNA atau drone tipe MALE di PT DI Bandung, Jawa Barat, Senin.

Ground Control Station UAV Elang Hitam (photo : Angkasa Review)

Konsorsium itu beranggotakan BPPT, Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, Institut Teknologi Bandung sebagai mitra perguruan tinggi, PT DI sebagai mitra industri pembuatan pesawat, PT LEN Persero yang mengembangkan sistem kendali dan muatan, serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. 

Prototipe PM-1 telah diluncurkan di PT DI pada Senin (30/12) yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam dan ditargetkan bisa terbang perdana pada 2020. 

"Drone ini targetnya adalah bisa take off dan landing sekitar 700 meter dengan ketinggian sekitar 20.000 kaki dengan kecepatan maksimum 235 km/jam," ujarnya.

"Untuk PM-4 itu targetnya dilengkapi sertifikatnya pada tahun 2024 untuk sudah berupa pesawat drone yang sudah bisa kombatan," tuturnya.

Elang Hitam MALE UAV (graphic : Sindo)

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe mengatakan mesin akan dipasang pada prototipe PM-1 dalam waktu sepekan ke depan. Wahyu menuturkan prototipe kedua PUNA MALE dikembangkan untuk mendapatkan sertifikasi pada 2020. 

PUNA MALE ketiga atau PM-3 dikembangkan untuk uji statis atau kekuatan struktur pesawat yang kemungkinan diuji di Serpong. 

Sementara PUNA MALE keempat atau PM-4 untuk mendapatkan sertifikat tipe dari Kementerian Pertahanan RI. Sertifikat tipe adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan kelaikudaraan sesuai peraturan penerbangan sipil. 

Prototipe PUNA MALE keempat akan mampu mengakomodasi misi kombatan dengan membawa sekitar 300 kg muatan, misalnya diperlengkapi dengan rudal. 

PUNA MALE kedua akan diipasang radar apertur sintetis dan kamera yang sifatnya bukan kombatan tapi lebih mengarah untuk mendukung kegiatan intelijen, pengawasan, pengintaian dan penargetan. Sementara PM-4 akan terbang dengan dilengkapi peralatan alutsista. 

"Kita mau supaya satu pesawat tapi bisa mengangkut berbagai macam misi," ujarnya. (Antara)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »