Proses Pembenihan Ikan Gurame, Pemeliharaan Induk, Pemilihan Induk Siap Pijah, Pemijahan, Penetasan Telur dan Pemeliharaan Benih

April 05, 2016


Pembenihan Ikan Gurame

Usaha pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan induk pemijahan, penetasan telur, dan perawatan larva sampai berukuran sebesar biji oyong. Larva berumur 12-30 hari ini selanjutnya dirawat sampai bobotnya mencapai 10 – 15 g/ekor (umur 4 bulan). Benih sebesar ini siap untuk didederkan. Namun, ada juga yang menjual telur untuk ditetaskan.

1. Pemeliharaan Induk

Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau sedang dalam masa produktif. Selain itu, induk harus berasal dari strain yang bagus, sehat, kuat, dan tidak cacat fisik. Bobot gurame yang pantas dijadikan induk adalah 1,5 – 2 kg per ekor.
Induk gurame yang sudah dipilih kemudian dipelihara dalam kolam pemeliharaan. Pemeliharannya dapat dcampur dengan ikan jenis lain seperti ikan mas atau ikan tambak yang mirip gurame. Kedalaman kolam induk minimum 75 cm. Kolam yang terlalu dangkal tidak baik digunakan, karena gurame suka sekali begerak naik turun. Kolam juga harus dilengkapi dengan pintu masuk dan keluarnya air sehingga air dapat diganti-ganti. Lahan yang digunakan sebaiknya tidak berlumpur, tetapi memiliiki air yang jernih. Kepadatan kolam hendaknya disesuaikan dengan tingkat luas kolam. Jika luas kolam 3-4 m2, induk ikan yang dimasukkan berukuran 2-3 kg per ekor.
Sebelum benih ditebarkan, kolam induk harus diolah terlebih dulu dengan cara membalik dasar tanah dengan cangkul. Cara ini berguna untuk mengembalikan kondisi tanah serta membuang sisa bahan beracun dan penyakit. Oleh sebab itu, setelah pembalikan tanah dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah. Dosis pengapuran 15-25 g/m2.
Konstruksi kolam induk harus dibuat kokoh. Kolam dapat dibuat dari tembok dengan dasar tanah. Namun jika dasar kolam dan dinding pematang terbuat dari bahan dasar tanah, dinding kolam harus dilapisi dengan bilik atau anyaman bambu. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan pematang akibat perilaku ikan yang suka mengorek makanan dari tanah pematang, sehingga menyebabkan kebocoran.
Penebaran indukan harus dilakukan hati-hati. Pasalnya penebaran yang dilakukan secara serampangan akan menyebabkan induk stres. dan dapat mengganggu proses pemilahan nantinya. Sebaiknya penebaran induk dilakukan pada pagi hari agar suhu udara tidak terlampau panas. Lebih baik lagi jika kolam induk dberi naungan yang berfungsi menahan sinar matahari berlebih sehingga ikan di dalamnya dapat berenang dengan tenang.
Selama pemeliharaan induk, pemberian pakan harus dilakukan secara intensif. Pakan yang diberikan dapat berupa pelet dengan kadar protein berkisar 40% dengan dosis 1,5 – 2% dari bobot badan ikan per hari. Selain berkadar protein tinggi pakan juga harus mengandung vitamin dan mineral yang cukup. Selain itu, pakan alami berupa daun talas dapat dijadikan makanan tambahan yang diberikan sekitar 0,5% dari bobot badan ikan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara bertahap, karena gurame termasuk ikan yang lamban dalam merespon makanan terutama makanan buatan. Pemberian pakan yang bermutu dimaksudkan untuk memacu kematangan gonad induk gurame.

 

2. Pemilihan Induk Siap Pijah

Ciri induk jantan yang dipilah adalah adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal dan tidak adanya bintik pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya memerah berbintik hitam terang degan perut membentuk sudut tumpul. Sedangkan induk betina yang siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya lebih terang daripada induk jantan dan bentuk perutnya besar bulat.
Ciri lainnya adalah kelamin induk betina akan mengeluarkan telur berwarna putih jika perut ditekan ke arah kelamin. Sedangkan induk jantan yang sudah matang akan mengeluarkan sperma berwarna putih. Cara mudah menentukan kematangan gonad induk jantan adalah dengan melihat tingkah lakuya yang selalu beriringan bersama induk betina dan mulai membuat sarang dari rumput kering. Sementara itu, kematangan gonad betina dapat dilihat dari perut yang membesar dan terasa lunak saat diraba.

 

3. Pemijahan Ikan Gurame

Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan. Kolam pemijahan merupakan kolam khusus yang ukuran minimumnya 20 m2 dan maksimum 1.000 m2, dengan kedalaman 1-1,5 m. Kualitas air kolam pemijahan yang baik bersuhu 25 – 30 C, nilai pH 6,5 – 8,0, laju penggantian air 10-15% per hari, dan ketinggian air kolam 40 – 60 cm.
Di dalam kolam harus dipasang bahan sarang dan sosog. Sosog sebagai tempat sarang telur diletakkan 25-30 cm dari permukaan air kolam, sementara bahan sarang dapat diletakkan di permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm dari permukaan air.
Pemindahan induk dari kolam pemeliharaan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan baskom. Perpindahan dengan cara ini akan mengurangi risiko stres pada ikan. Sebaiknya, induk diletakkan dekat pintu pemasukan air, karena pada bagian tersebut oksigen yang terlarut di dalamnya masih tinggi. Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam, dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3.
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung satu minggu setelah induk gurame berada di dalam kolam pemijahan. Keberhasilan pemijahan dapat diamati dengan melihat permukaan air kolam. Jika tercium bau amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di permukaan air, berarti telah terjadi proses pemijahan.
Setelah pemijahan selesai. Pengambilan sarang dilakukan secara hati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang.

 

4. Penetasan Telur Gurame

Sarang yang telah diangkat dari kolam pemijahan dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan campuran Metheline Blue. Telur yang hidup biasanya berwarna kuning cerah atau bening transparan, sedangkan telur yang gagal menetas berwarna putih suram dan tidak transparan. Telur-telur yang mati harus disingkirkan supaya tidak menular ke telur yang sehat.
Selanjutnya sarang dalam ember tersebut dibawa ke tempat penetasan. Telur akan menetas dalam kurun waktu 41 jam. Tempat penetasan sebaiknya berada di lingkungan tenang, karena telur tidak akan menetas jika sering kaget.
Dahulu banyak petani yang menetaskan telur gurame di kolam penetasan yang sekaligus juga merupakan kolam pemijahan. Telur-telur yang telah dibuahi induk jantan akan dijaga oleh induk betina sampai menetas. Gerakan induk betina di sekitar sarang akan menyebabkan bertambahnya oksigen terlarut di dalam air, dan akan menghidupkan telur-telur yang dijaganya. Telur akan menetas menjadi larva pada hari ke 11 – 12.

 

5. Pemeliharaan Benih

Benih yang sudah berukuran 0,5 g/ekor sudah dapat dipelihara dalam happa yang dipasang pada bak atau kolam pemeliharaan benih. Teknologi pemeliharaan dengan happa merupakan teknik untuk memacu pertumbuhan gurame sejak dini. Pemeliharaan dengan happa ini akan menghasikan benih yang bongsor dan sehat.
Happa dibuat dengan cara mengikat kain halus pada tonggak bambu yang ditancapkan ke dasar kolam. Jumlah tonggak bambu yang dibutuhkan minimum empat buah. Jika ukuran happa cukup besar, di bagian sisi terpanjang happa perlu ditambah 2 tonggak untuk menahan happa agar tidak jatuh. Atur posisi happa agar terendam dua pertiga bagian dalam air kolam.
Benih ditebar pada pagi atau ore hari dengan padat penebaran 75-100 ekor/m2. Selama pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pelet halus tiga kali sehari dengan dosis 10% dari bobot tubuh per hari. Setelah dipelihara selama 3 – 4 bulan di dalam happa, benih dapat ditebar di kolam pendederan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »